Kultur In Vitro Efek Pemberian Ekstrak Batang Sipatah-patah (Cissus quadrangula Salisb.) terhadap Proliferasi dan Diferensiasi Sel Tulang Tikus secara In Vitro

estrogen di tulang. Tiga unsur utama dari fitoestrogen adalah isoflavon, caumenstan, dan lignan. Isoflavone memiliki unsur utama yaitu genistien dan daidzein. Isoflavone mampu mengikat reseptor estrogen beta dalam osteoblas dan dapat menstimulasi proliferasi dari osteoblas Yamaguchi 2002. Selain itu isoflavon juga menginduksi terjadinya diferensiasi dari osteoblas yakni melalui aktivasi transforming-growth factor β TGF-β Kim 1998. Menurut Reid 1996, di dalam osteoblas terdapat reseptor dari estrogen dan juga kalsitriol. Rachman et al. 1996, penggunaan fitoestrogen memiliki efek keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan estrogen sintetis atau obat-obat hormonal pengganti hormonal replacement therapyHRT. Pada saat kadar estrogen menurun, akan terdapat banyak kelebihan reseptor estrogen yang tidak terikat, walaupun afinitasnya rendah, fitoestrogen dapat berikatan dengan reseptor tersebut. Fitoestrogen menstimulasi aktivitas osteoblas melalui aktivitas reseptor- reseptor estrogen dan mampu meningkatkan produksi hormon pertumbuhan insulin-like growth factors-1 IGF-1 yang memiliki hubungan positif terhadap pembentukan massa tulang. Fitoestrogen dapat mengurangi gejala menopause Rachman 1996, memperbaiki kadar lipid atau lemak dalam plasma, menghambat perkembangan ateriosklerosis, serta menghambat pertumbuhan sel-sel tumor atau kanker pada payudara dan endometrium Dewell et al. 2002.

2.3 Kultur In Vitro

Kultur sel cell culture didefinisikan teknik menumbuhkan dan memelihara sel-sel dari organisme multiseluler di luar tubuh organisme terutama dalam wadah khusus yang ditempatkan pada kondisi lingkungan menyerupai kondisi tubuh organisme seperti temperatur, kelembaban, nutrisi, dan kondisi bebas kontaminasi. Sel, jaringan, dan organ yang diisolasi serta dipelihara pada laboratorium merupakan objek hidup yang dikultur. Perkembangan kultur sel berkaitan erat dengan kultur jaringan dan organ. Menurut Butler 2004 kultur sel asal hewan memiliki beberapa tujuan, antara lain 1 mengetahui fisiologi normal atau proses biokimia yang terjadi dalam sel, seperti memperlajari metabolisme sel; 2 menguji berbagai pengaruh senyawa kimiawi ataupun obat pada tipe sel spesifik, seperti senyawa metabolit, hormon, growth factors, toksik, ataupun senyawa mutagenik yang mungkin untuk dievaluasi dalam kultur sel; 3 mempelajari kombinasi variasi tipe sel sehingga menghasilkan jaringan buatan, seperti menghasilkan kulit buatan untuk perawatan kulit terbakar; 4 mensintesis produk biologis bernilai pada kultur sel skala besar. Produk biologis seluler memiliki cakupan luas termasuk protein spesifik ataupun virus yang memerlukan sel hewan dalam perkembangannya, seperti protein yang jumlahnya sangat sedikit dalam tubuh dapat disintesis dalam jumlah gram hingga kilogram dengan menumbuhkan sel secara genetis secara in vitro. Jumlah produk biologis yang bernilai komersial telah meningkat dengan cepat selama beberapa dekade terakhir. Pada kultur skala besar penting untuk menghindari kontaminasi seperti virus dan protein tak diinginkan yang dapat menyebabkan kerugian besar. Sel hewan memiliki bentuk dan karakteristik tertentu yang bersatu membentuk jaringan berbeda-beda. Menurut Butler 2004 terdapat lima jenis sel dalam jaringan yang sering digunakan pada kultur sel, antara lain 1 Jaringan epitel, tersusun atas selapis sel yang menutup organ dan saluran seperti kulit dan saluran pencernaan. Sel-sel epitel tumbuh dengan baik pada kultur sebagai sel tunggal monolayer. 2 Jaringan ikat membentuk komponen utama struktur tubuh hewan. Fibroblas merupakan jenis sel jaringan ikat yang paling banyak digunakan untuk kultur sel karena mampu tumbuh dengan baik pada laju pertumbuhan 18-24 jam. Osteoblas merupakan sel dalam jaringan tulang yang dapat ditumbuhkan dalam kultur. 3 Jaringan otot mampu tumbuh dalam kultur khususnya sel myoblas. Sel tersebut mampu berdiferensiasi membentuk myotubes, yakni suatu proses yang hanya bisa diamati dalam kultur. 4 Jaringan saraf dapat ditumbuhkan pada kultur dengan menambahkan growth factors pada kultur neuron sehingga membentuk neurit. Kultur sel saraf sering digunakan untuk mengetahui pertumbuhan neuroblastoma. 5 Darah dan getah bening lymph mengandung suspensi sel yang dapat tumbuh dalam kultur. Limfoblast merupakan salah satu jenis sel darah putih yang secara luas digunakan dalam kultur karena mampu mensekresikan senyawa immunoregulasi. Menurut Malole 1990, kondisi in vitro diciptakan menyerupai kondisi in vivo antara lain temperatur 37°C, pH 7.4, oksigen, CO 2 5, tekanan osmosis, permukaan untuk melekat sel, nutrien, proteksi terhadap zat toksik, hormon, dan faktor pertumbuhan serta faktor diferensiasi. Substrat yang dapat digunakan dalam kultur antara lain gelatin, kolagen, laminin, atau fibronectin Freshney 2005. Malole 1990, medium dasar berfungsi untuk mengatur pH, tekanan osmosis dalam medium, dan sumber ion organik yang esensial. Menurut Frehsney 2005 medium pertumbuhan yang sering digunakan dalam kultur in vitro adalah Dulbecco’s Modified Eagle Medium DMEM. DMEM mengandung konsentrasi asam amino dua kali lipat lebih banyak dari Eagle’s Minimal Essential Medium MEM, empat kali vitamin, dan mengatur konsentrasi HCO 3 dan CO 2 . Sedangkan menurut Buttler 2004, DMEM mengandung asam amino dan vitamin empat kali lebih banyak dibanding Eagle’s Basal Medium EBM. Nutrisi lainnya yaitu dengan penambahan serum yang berasal dari sapi Fetal Calf Serum FCS dan Newborne Calf Serum NCBS, serum asal manusia, dan serum asal kuda. Penambahan serum dalam medium berkisar antara 5-20. Serum berfungsi sebagai sumber faktor pertumbuhan, faktor hormonal, faktor pelekat sel, dan fakto penyebar sel Malole 1990. Untuk mengatasi adanya kontaminasi pada kultur dapat ditambahkan antibiotik pada medium Buttler 2004.

2.4 Kultur Tulang