dan perbedaan diameter antar osteosit pada medium yang diberi penambahan ekstrak dapat menunjukkan terjadinya proses diferensiasi sel.
Transformasi osteoblas menuju osteosit melibatkan perubahan morfologi seperti penurunan ukuran sel, peningkatan proses intraseluler, dan perubahan
dalam organel-organel intraseluler Palumbo 1986. Sel pada tahapan diferensiasi antara osteoblas menuju osteosit salah satunya disebut dengan osteosit muda atau
preosteosit. Sel ini berukuran lebih besar dibandingkan osteosit matang dan memiliki aparatus golgi yang berkembang dengan sangat baik Dallas dan
Bonewald 2010. Beberapa studi menunjukkan bahwa tergantung pada tipe tulang dan aktivitas serta ukuran dari osteoblas yang dapat menyebabkan ukuran osteosit
berbeda-beda. Osteosit yang baru tertanam dalam tulang dapat bervariasi dalam bentuk dan ukuran. Hal ini tergantung pada umur masing-masing osteosit dan
tingkat kematangan osteosit Dallas dan Bonewald 2010.
4.2.2 Komposisi Jumlah Osteoblas dan Osteosit
Banyak faktor yang dapat menimbulkan ekspresi dari sifat osteoblas dalam kultur antara lain medium kultur yang digunakan, waktu kultur dan adanya
komponen yang dapat menyebabkan sel berproliferasi dan berdiferensiasi. Komponen tersebut antara lain dapat berupa hormon maupun faktor pertumbuhan.
Komposisi jumlah osteoblas dan osteosit dalam kultur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Persentase osteoblas dan osteosit yang tumbuh dalam medium yang diberi ekstrak batang sipatah-patah Cissus quadrangula Salisb.
Perlakuan Osteoblas
Osteosit Kontrol positif
82.73 ± 4.07
b
17.27 ± 4.07
a
Kontrol negatif 83.41 ± 2.91
b
16.58 ± 2.91
a
CQ 0.3 69.00 ± 11.26
ab
30.99 ± 11.26
ab
CQ 0.6 62.90 ± 15.93
a
37.09 ± 5.93
b
CQ 1.2 72.64 ± 7.19
ab
27.34 ± 7.19
ab
Ket : Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata P0.05.
Pemberian ekstrak pada dosis CQ 0.6 menunjukkan persentase jumlah osteoblas terendah yakni sebesar 62.90 ± 15.93 dan persentase jumlah osteosit
tertinggi sebesar 37.09 ± 15.93. Dibandingkan dengan kontrol positif dan negatif, persentase osteoblas pada dosis CQ 0.6 secara signifikan menurun dan persentase
osteosit semakin meningkat P0.05. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pemberian ekstrak batang sipatah-patah Cissus quadrangula Salisb.
menginduksi terjadinya proses diferensiasi osteoblas menjadi osteosit. Osteosit merupakan sel akhir dari diferensiasi osteoblas dan bukan sel hasil proliferasi dari
osteoblas Kogianni dan Noble 2007. Proporsi dari osteoblas dipengaruhi antara lain oleh spesies hewan, umur, tipe tulang, hormon dan status penyakit Dallas
dan Bonewald 2010. Isoflavon yang terkandung dalam fitoestrogen akan berikatan dengan
reseptor estrogen β yang terdapat pada osteoblas dan menginduksi terjadinya
proses diferensiasi osteoblas melalui aktivasi transforming-growth factor β TGF-
β Kim et al. 1998. TGF-β merupakan salah satu protein yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan yang berperan dalam proliferasi, determinan, diferensiasi,
motilitas dan kematian sel. TGF- β akan mempengaruhi kerja enzim tirosin kinase
yang merupakan enzim penting dalam pertumbuhan dan diferensiasi sel Massague 1998. Menurut Pradel et al. 2008, kandungan vitamin C dapat
mengoptimalkan peningkatan diferensiasi sel tulang yang dikultur. Oleh karena itu, kandungan isoflavon dan vitamin C yang terdapat dalam ekstrak tanaman
sipatah-patah dapat menginduksi terjadinya proses diferensiasi osteoblas menjadi osteosit pada kultur. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Potu et al.
2009, bahwa penambahan ekstrak Cissus quadrangularis Linn. ke dalam kultur bone marrow mesenkhimal stem cell MSCs dapat menstimulasi proliferasi dan
diferensiasi MSCs menjadi osteoblas. Diferensiasi MSCs menjadi osteoblas melalui jalur Wnt-LRP-
β-catenin. Wnt-signaling pathway merupakan protein yang berperan dalam perkembangan embrio dan diferensiasi sel bekerja sama dengan
low density lipoprotein receptor related protein 5 LRP5 dan β-catenin Akiyama
2000. Berdasarkan data-data yang diperoleh, pemberian ekstrak batang sipatah-
patah Cissus quadrangula Salisb. dapat meningkatkan proliferasi dan
diferensiasi terhadap sel tulang tikus yang dikultur. Kandungan fitoestrogen yang berasal dari ekstrak dapat meningkatkan proliferasi osteoblas dan meningkatkan
diferensiasi osteoblas menjadi osteosit sehingga pembentukan tulang dapat terjadi dengan cepat dan kepadatan tulang juga akan semakin meningkat. Hal ini sejalan
dengan penelitian Sabri 2011 yang dilakukan secara in vivo yakni pemberian ekstrak batang sipatah-patah Cissus quadrangula Salisb. dapat meningkatkan
kepadatan tulang, pertambahan panjang tulang femur, dan peningkatan bobot badan pada tikus prapubertas. Kandungan kalsium serta fosfor yang tinggi juga
dapat digunakan dalam pembentukan tulang sehingga kepadatan tulang akan meningkat. Tingginya kadar kalsium dalam darah akan memicu kerja kelenjar
thiroid dalam penyimpanan kalsium ke dalam tulang. Selain itu, dapat menekan kerja kelenjar parathiroid dalam mengaktivasi kerja osteoklas dalam perombakan
tulang. Kepadatan tulang yang didapat selama masa pertumbuhan merupakan faktor yang menentukan terjadinya kasus osteoporosis di kemudian hari. Individu
dengan kepadatan tulang yang tinggi pada masa pertumbuhan sampai masa premenopause akan terhindar dari osteoporosis pada masa pascamenopause
Compston et al. 1993.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan