33
Menurut  Nakajima  1988  berhenti  sejenak  disebabkan  oleh  kejadian- kejadian  seperti  pemberhentian  mesin  sejenak,  kemacetan  mesin,  dan  waktu
menganggur  dari  mesin.  Pada  kenyataannya,  kerugian  ini  tidak  dapat  dideteksi secara  langsung  tanpa  adanya  alat  pelacak,  dan  ketika  operator  tidak  dapat
memperbaikinya dalam waktu yang telah ditentukan, hal tersebut dapat dianggap sebagai suatu kerusakan, sedangkan kehilangan kecepatan disebabkan mesin tidak
bekerja  secara  optimal  sesuai  dengan  teoretisnya.  Pada  kecepatan  yang  lebih tinggi, secara teoretis akan terjadi penurunan kualitas dari produk sehingga jumlah
produk  gagal  meningkat.  Oleh  sebab  itu  perlu  penanganan  khusus  untuk mengatasi  masalah  kinerja  mesin  pada  mesin  Forming  Line  1  agar  proses
produksi  dapat  berjalan  secara  optimal,  dengan  demikian  fokus  permasalahan yang  akan  dibahas  secara  lebih  terperinci  pada  mesin  Forming  Line  1  adalah
faktor kinerja mesin.
D. Identifikasi Faktor Kinerja Mesin Forming Line 1
Kinerja  mesin  merupakan  suatu  rasio  yang  menggambarkan  kemampuan dari mesin dan peralatan dalam menghasilkan produk. Rasio ini merupakan hasil
dari rataan kecepatan mesin saat beroperasi dan rataan kecepatan waktu produksi. Rataan  kecepatan  mesin  saat  beroperasi  mengacu  kepada  perbedaan  antara
kecepatan ideal berdasarkan desain mesin atau peralatan dan kecepatan  operasi aktual,  sedangkan  rataan  kecepatan  waktu  produksi  mengukur  pemeliharaan  dari
suatu  kecepatan  selama  periode  tertentu.  Dengan  kata  lain,  ia  mengukur  apakah suatu  operasi  tetap  stabil  dalam  periode  selama  mesin  atau  peralatan  beroperasi
pada  kecepatan  rendah  Nakajima,  1988.  Hasil  pengukuran  nilai  rasio  kinerja mesin selama 30 hari pada mesin Forming Line 1 dapat dilihat pada Tabel 9.
34
Tabel 9. Hasil Pengukuran Nilai Rasio Kinerja Mesin Forming Line 1
Tanggal Jumlah Produksi
kg Target Produksi
kg Kinerja Mesin
1 2
3 5305
7000 75,79
4 6020
7000 86,00
5 6773
7000 96,75
6 5375
7000 76,79
7 6900
7000 98,57
8 4410
7000 63,00
9 4712
7000 67,32
10 11
6533 7000
93,33 12
6773 7000
96,75 13
4085 7000
58,36 14
4466 7000
63,80 15
3664 7000
52,35 16
3840 7000
54,86 17
4092 7000
58,46 18
3896 7000
55,65 19
6020 7000
86,00 20
4753 7000
67,89 21
6450 7000
92,14 22
6400 7000
91,43 23
5375 7000
76,79 24
6834 7000
97,62 25
5017 7000
71,67 26
27 6896
7000 98,51
28 29
6825 7000
97,50 30
4383 7000
62,61
Rataan 5432
7000 77,60
Mesin tidak digunakan no-order
35
Berdasarkan  Tabel  9,  persentase  nilai  rasio  kinerja  mesin  pada  mesin Forming  Line  1  selama 30  hari  menunjukkan  bahwa  pencapaian  persentase  nilai
rasio  tertinggi  tercapai  pada  tanggal  7  Juni  2009  dengan  nilai  rasio  sebesar 98,57, sedangkan pencapaian persentase nilai rasio terendah terjadi pada tanggal
15  Juni  2009  dengan  nilai  rasio  sebesar  52,35.  Grafik  persentase  nilai  rasio kinerja mesin Forming Line 1 dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Grafik Persentase Nilai Rasio Kinerja Mesin Forming Line 1 Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada kondisi yang optimal,
mesin  Forming  Line  1  memiliki  nilai  rasio  kinerja  mesin  yang  sangat  baik, mengingat  standar  ideal  perusahaan  kelas  dunia  untuk  nilai  rasio  kinerja  mesin
dicapai  pada  persentase  95  Dal,  2000.  Berdasarkan  hasil  penelitian, pencapaian  nilai  rasio  kinerja  mesin  ditentukan  oleh  dua  faktor,  yaitu  jumlah
jumlah  produksi  dan  target  produksi.  Hasil  pengukuran  jumlah  produksi  dan kerugian produksi selama 30 hari pada mesin Forming Line 1 dapat dilihat pada
Tabel 10.
36
Tabel 10. Jumlah Kerugian Produksi Mesin Forming Line 1
Tanggal Jumlah
Produksi kg
Target Produksi
kg Kerugian
Produksi kg
1 2
3 5305
7000 1695
4 6020
7000 980
5 6773
7000 228
6 5375
7000 1625
7 6900
7000 100
8 4410
7000 2590
9 4712
7000 2288
10 11
6533 7000
467 12
6773 7000
228 13
4085 7000
2915 14
4466 7000
2534 15
3664 7000
3336 16
3840 7000
3160 17
4092 7000
2908 18
3896 7000
3104 19
6020 7000
980 20
4753 7000
2247 21
6450 7000
550 22
6400 7000
600 23
5375 7000
1625 24
6834 7000
166 25
5017 7000
1983 26
27 6896
7000 104
28 29
6825 7000
175 30
4383 7000
2617
Rataan 5432
7000 1568
Persentase 77,60
22,40
Mesin tidak digunakan no-order
37
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa selama 30 hari persentase nilai rataan  pencapaian  jumlah  produksi  terhadap  target  produksi  cukup  rendah,  yaitu
hanya  sebesar  77,60.  Histogram  pencapaian  nilai  rataan  jumlah  produksi terhadap  kapasitas  produksi  selama  30  hari  pada  mesin  Forming  line  1  dapat
dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Histogram Nilai Rataan Jumlah Produksi Mesin Forming Line 1 Berdasarkan  histogram  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  selama  30  hari  pada
mesin Forming Line 1 memiliki nilai rataan pencapaian jumlah produksi sebesar 5432  kg  dan  nilai  rataan  pencapaian  target  produksi  sebesar  7000  kg.  Hal  ini
menunjukkan bahwa selisih antara jumlah produksi dengan target produksi cukup tinggi,  yaitu  sebesar  1568  kg.  Dengan  kata  lain,  pada  proses  produksi  terjadi
kerugian  sebesar  22,40.  Hal  ini  merupakan  sesuatu  yang  seharusnya  dapat dihindari  mengingat  mesin  Forming  Line  1  merupakan  mesin  yang  paling  baru
diantara  ketiga  mesin  lainnya,  sehingga  pada  kondisi  yang  normal  seharusnya mesin Forming Line 1 memiliki nilai rasio kinerja mesin yang lebih baik. Grafik
pencapaian  jumlah  produksi  terhadap  target  produksi  selama  30  hari  pada  mesin Forming Line 1 dapat dilihat pada Gambar 15.
38
Gambar 15. Grafik Pencapaian Jumlah Produksi Terhadap Target Produksi Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pencapaian terendah jumlah
produksi  terhadap  target  produksi  terjadi  pada  periode  tanggal  13  Juni  2009 sampai  dengan  tanggal  18  Juni  2009,  sedangkan  pencapaian  tertinggi  jumlah
produksi  terhadap  target  produksi  terjadi  pada  tanggal  7  Juni  2009  98,57 dengan jumlah produksi sebesar 6900 kg pada kapasitas 7000 kg. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pencapaian nilai rasio kinerja mesin yang rendah disebabkan oleh  dua  faktor,  yaitu  jumlah  produksi  dan  target  produksi.  Menurut  Nakajima
1988  apabila  pencapaian  jumlah  produksi  kurang  dari  target  produksi,  maka dapat  disimpulkan  bahwa  pada  proses  produksi  terjadi  kerugian,  baik  yang
disebabkan  oleh  mesin  dan  peralatan  itu  sendiri,  seperti  berhenti  sejenak  dan kehilangan kecepatan, maupun operator dalam menjalankan proses produksi. Oleh
sebab  itu  perlu  dilakukan  analisis  secara  lebih  terperinci  mengenai  kerugian  dari faktor kinerja mesin pada mesin Forming Line 1.
E. Identifikasi Kerugian Faktor Kinerja Mesin Forming Line 1