Identifikasi Stasiun Kerja Forming Line

23 Gambar 9. Histogram Persentase Nilai Rataan OEE Lini Produksi Dragee Berdasarkan histogram di atas, stasiun kerja Forming Line memiliki nilai rataan OEE yang terendah 75,51. Menurut Dal 2000 pencapaian nilai OEE yang masih di bawah 85 mengindikasikan bahwa mesin-mesin pada stasiun kerja tersebut belum dalam kondisi ideal atau belum memenuhi standar perusahaan kelas dunia, dengan demikian fokus permasalahan yang akan dibahas secara lebih terperinci adalah stasiun kerja Forming Line.

B. Identifikasi Stasiun Kerja Forming Line

Pada stasiun kerja Forming Line terdapat empat mesin, dimana keempat mesin tersebut memiliki kecepatan mesin yang berbeda. Mesin 1 dapat beroperasi dengan kecepatan mencapai 1000 kgjam, mesin 2 dan mesin 3 dapat beroperasi dengan kecepatan mencapai 600 kgjam, dan mesin 4 dapat beroperasi dengan kecepatan mencapai 500 kgjam. 1 Diagram Sebab-Akibat Fishbone Diagram Pada stasiun kerja Forming Line terdapat berbagai masalah khusus yang berkaitan dengan rendahnya nilai OEE. Oleh sebab itu digunakan diagram sebab-akibat untuk mengidentifikasi dan menganalisis penyebab-penyebab masalah pada stasiun kerja Forming Line secara lebih terperinci. 24 Menurut Gaspersz 2003 diagram sebab-akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada. Diagram ini dapat digunakan dalam situasi dimana: 1 Terdapat pertemuan diskusi dengan menggunakan teknik brainstorming untuk mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi. 2 Diperlukan analisis lebih terperinci terhadap suatu masalah. 3 Terdapat kesulitan untuk memisahkan penyebab dari akibat. Hasil identifikasi masalah umum terhadap stasiun kerja Forming Line yang disajikan dalam bentuk diagram sebab-akibat dapat dilihat pada Gambar 10 dan klasifikasi hasil identifikasi masalah umum dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6. Gambar 10. Diagram Sebab-Akibat Mesin Forming Line 1 25 Tabel 2. Identifikasi Faktor Manusia Stasiun Kerja Forming Line Faktor Spesifikasi Masalah Penyebab Khusus Alternatif Solusi Implementasi Manusia Ketidaktelitian Letih bekerja Membuat dan mendistribusikan jadwal lembur yang sesuai dengan kemampuan karyawan Melakukan pendekatan khusus kepada karyawan untuk mengetahui kegiatan karyawan diluar pekerjaan Kurangnya pengawasan Membuat dan mendistribusikan jadwal pengawasan produksi secara berkala kepada penyelia Melakukan pengawasan secara intensif oleh penyelia untuk memastikan kelancaran proses produksi Jenuh terhadap rutinitas Membuat dan mendistribusikan jadwal pemindahan area kerja bagi karyawan Melakukan pemindahan area kerja secara berkala dalam periode yang tidak terlalu lama Kurang bertanggung jawab Mengubah paradigma karyawan terhadap mesin dan peralatan produksi Memberi pengertian kepada karyawan bahwa mesin yang dioperasikan adalah miliknya selama proses produksi berjalan Kedisiplinan Tidak tepat waktu Memberi peringatan secara bertahap kepada karyawan Membuat surat peringatan bertahap dengan konsekuensi tertentu sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan pada tahap terakhir Kurang serius dalam bekerja Jenuh terhadap rutinitas Membuat dan mendistribusikan jadwal pemindahan area kerja bagi karyawan Melakukan pemindahan area kerja secara berkala dalam periode yang tidak terlalu lama Kurang bertanggung jawab Mengubah paradigma karyawan terhadap mesin dan peralatan produksi Memberi pengertian kepada karyawan bahwa mesin yang dioperasikan adalah miliknya selama proses produksi berjalan 26 Tabel 3. Identifikasi Faktor Bahan Baku Stasiun Kerja Forming Line Faktor Spesifikasi Masalah Penyebab Khusus Alternatif Solusi Implementasi Bahan baku Tidak tersedia pasokan bahan baku dari proses sebelumnya Menunggu finishing proses sebelumnya Membuat kisaran standar waktu pergantian proses Mengalokasikan standar waktu pergantian proses dari mesin atau stasiun kerja sebelumnya ke mesin atau stasiun kerja berikutnya Kerusakan bahan baku Kegagalan proses Pengaturan presisi mesin yang optimal Melakukan pengaturan secara lebih teliti pada saat menyalakan mesin dan penyetelan presisi suku cadang mesin secara akurat Pengawasan produksi yang intensif Melakukan pengawasan yang intensif untuk memastikan kelancaran proses produksi Tabel 4. Identifikasi Faktor Lingkungan Stasiun Kerja Forming Line Faktor Spesifikasi Masalah Penyebab Khusus Alternatif Solusi Implementasi Lingkungan Kondisi lingkungan tempat bekerja yang kurang kondusif Lantai licin Menggunakan sepatu khusus anti licin Menyediakan sepatu khusus dari bahan sol karet agar pekerja tidak terpeleset dan mudah melakukan pergerakan agar tercapai efisiensi kerja 27 Tabel 5. Identifikasi Faktor Mesin Stasiun Kerja Forming Line Faktor Spesifikasi Masalah Penyebab Khusus Alternatif Solusi Implementasi Mesin Kecepatan mesin tidak sesuai standar Kesalahan operator dalam pengaturan kecepatan mesin Perlu adanya indikator kecepatan mesin Menginstalasi indikator kecepatan yang akurat pada setiap mesin Indikator kecepatan mesin kurang akurat Perlu dilakukan kalibrasi pada mesin dan peralatan produksi Melakukan kalibrasi mesin dan peralatan produksi secara berkala Kegagalan produksi karena presisi suku cadang mesin kurang sesuai Menggunakan suku cadang buatan lokal Perlu dilakukan studi kelayakan Membuat analisis biaya mengenai perbandingan antara harga suku cadang asli dengan jumlah kerugian yang harus ditanggung dalam periode tertentu Waktu menganggur mesin yang terlalu lama Tidak ada pasokan bahan baku atau operator yang menjalankan proses produksi Perlu disusun jadwal produksi yang ketat Menyusun jadwal produksi yang lebih ketat guna mengoptimalkan kinerja mesin dan peralatan produksi 28 Tabel 6. Identifikasi Faktor Metode Kerja Stasiun Kerja Forming Line Faktor Spesifikasi Masalah Penyebab Khusus Alternatif Solusi Implementasi Metode Kerja Kehilangan Kapasitas berhenti sejenak Menyusun jadwal produksi yang efektif Menyesuaikan jadwal produksi yang efektif antara jumlah permintaan dengan kapasitas produksi waktu menganggur mesin, tidak ada bahan baku yang diolah pada saat mesin sedang beroperasi Jumlah produksi produksi kurang dari kapasitas Kesalahan operator dalam pengaturan kecepatan mesin Penyuluhan intensif bagi operator Memberi pelatihan secara intensif kepada operator mengenai spesifikasi mesin dan peralatan produksi Kecepatan mesin di bawah standar Pemantauan mesin secara intensif Melakukan pengawasan yang intensif terhadap mesin saat proses produksi berjalan Menetapkan standar kecepatan mesin Melakukan identifikasi terhadap kecepatan aktual mesin selama periode tertentu agar dapat ditetapkan standar kecepatan ideal mesin Kehilangan Nisbah Kehilangan Kecepatan Menyusun jadwal produksi yang efektif Menyesuaikan jadwal produksi yang efektif antara jumlah permintaan dengan kapasitas produksi Jumlah produksi melebihi kapasitas Penurunan kualitas dari produk Kesalahan operator dalam pengaturan kecepatan mesin Penyuluhan intensif bagi operator Memberi pelatihan secara intensif kepada operator mengenai spesifikasi mesin dan peralatan produksi Kecepatan mesin di atas standar Pemantauan mesin secara intensif Melakukan pengawasan yang intensif terhadap mesin saat proses produksi berjalan Menetapkan standar kecepatan mesin Melakukan identifikasi terhadap kecepatan aktual mesin selama periode tertentu agar dapat ditetapkan standar kecepatan ideal mesin 29 2 Hasil Pengukuran Hasil pengukuran nilai rataan OEE terhadap stasiun kerja Forming Line selama 30 hari menunjukkan bahwa dari keempat mesin hanya terdapat satu mesin yang telah memenuhi standar ideal perusahaan kelas dunia 85, yaitu mesin 4 88,19, sedangkan pada ketiga mesin lainnya belum memenuhi standar ideal perusahaan kelas dunia. Hasil pengukuran nilai OEE selama 30 hari pada stasiun kerja Forming Line dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pengukuran Nilai OEE Stasiun Kerja Forming Line Tanggal OEE Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin 4 1 70,49 79,38 69,23 2 3 68,33 92,73 75,16 96,64 4 86,00 94,51 87,00 54,95 5 86,00 92,62 88,46 6 76,79 89,78 99,23 7 98,06 88,21 89,45 90,21 8 59,86 36,35 53,79 96,08 9 65,50 77,05 89,87 85,74 10 81,90 92,31 84,89 11 40,00 52,92 69,30 99,23 12 85,00 96,15 13 53,25 98,90 79,89 82,83 14 60,00 63,51 88,21 89,17 15 52,35 69,03 85,05 87,56 16 45,43 69,23 75,43 62,55 17 53,50 97,74 42,31 98,40 18 54,86 56,70 85,82 95,54 19 78,40 66,15 99,23 20 67,26 99,12 52,06 96,29 21 91,86 42,96 36,63 98,08 22 91,29 40,31 79,38 83,85 23 76,79 59,79 87,09 24 51,09 92,88 98,76 25 71,11 91,64 93,22 26 27 64,50 97,36 58,76 28 59,54 99,14 29 72,30 96,92 87,69 79,38 30 62,61 86,29 99,23 Rataan 68,48 77,11 76,60 88,19 Mesin tidak digunakan no-order 30 Berdasarkan Tabel 7, persentase nilai rataan OEE pada stasiun kerja Forming Line selama 30 hari secara berturut-turut mulai dari yang tertinggi adalah mesin 4 88,19, mesin 2 77,11, mesin 3 76,60, dan mesin 1 68,48. Histogram nilai rataan OEE pada stasiun kerja Forming line dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Histogram Nilai Rataan OEE Stasiun Kerja Forming Line Berdasarkan histogram di atas, mesin Forming Line 1 memiliki nilai rataan OEE yang terendah 68,48. Menurut Dal 2000 pencapaian nilai OEE yang masih di bawah 85 mengindikasikan bahwa mesin tersebut belum dalam kondisi yang ideal atau belum memenuhi standar perusahaan kelas dunia, dengan demikian fokus permasalahan yang akan dibahas secara lebih terperinci adalah mesin Forming Line 1.

C. Identifikasi Mesin Forming Line 1

Dokumen yang terkait

Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing Berdasarkan Evaluasi Overall Equipment Effectiveness dan FMEA pada Industri Manufaktur Plastik

13 124 92

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiviness (OEE) Sebagai Dasar Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di PT INALUM Batu Bara Sumatera Utara)

11 110 156

Study Peningkatan Overall Equipment Effectiveness Melalui Penerapan Total Productive Maintenance Di PTPN IV PKS Pasir Mandoge

19 90 160

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Studi Kasus di PT. Delta Nusantara, Yogyakarta)

1 7 12

BAB 1 PENDAHULUAN PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Studi Kasus di PT. Delta Nusantara, Yogyakarta).

0 2 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Studi Kasus di PT. Delta Nusantara, Yogyakarta).

1 10 5

BAB 3 LANDASAN TEORI PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Studi Kasus di PT. Delta Nusantara, Yogyakarta).

0 3 13

PENGUKURAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DENGAN LABVIEW 8.5 SEBAGAI PENGENDALI MAINTENANCE

0 1 8

Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada Mesin Ripple Mill

2 7 6