Identifikasi Kerugian Faktor Kinerja Mesin Forming Line 1

38 Gambar 15. Grafik Pencapaian Jumlah Produksi Terhadap Target Produksi Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pencapaian terendah jumlah produksi terhadap target produksi terjadi pada periode tanggal 13 Juni 2009 sampai dengan tanggal 18 Juni 2009, sedangkan pencapaian tertinggi jumlah produksi terhadap target produksi terjadi pada tanggal 7 Juni 2009 98,57 dengan jumlah produksi sebesar 6900 kg pada kapasitas 7000 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian nilai rasio kinerja mesin yang rendah disebabkan oleh dua faktor, yaitu jumlah produksi dan target produksi. Menurut Nakajima 1988 apabila pencapaian jumlah produksi kurang dari target produksi, maka dapat disimpulkan bahwa pada proses produksi terjadi kerugian, baik yang disebabkan oleh mesin dan peralatan itu sendiri, seperti berhenti sejenak dan kehilangan kecepatan, maupun operator dalam menjalankan proses produksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis secara lebih terperinci mengenai kerugian dari faktor kinerja mesin pada mesin Forming Line 1.

E. Identifikasi Kerugian Faktor Kinerja Mesin Forming Line 1

Mesin Forming Line 1 merupakan mesin yang paling baru diantara ketiga mesin lainnya dimana dapat beroperasi dengan kecepatan mencapai 1000 kgjam. Berdasarkan hasil penelitian ditunjukkan bahwa pada proses produksi seringkali terjadi waktu menganggur dari mesin dimana pada saat mesin sedang beroperasi tidak ada bahan baku yang diolah sehingga mengakibatkan kehilangan kapasitas. 39 Selain itu pada proses produksi juga seringkali terjadi kehilangan kecepatan, baik yang disebabkan oleh mesin itu sendiri maupun yang disebabkan oleh kesalahan operator dalam pengaturan kecepatan mesin pada saat mesin baru dinyalakan sehingga menyebabkan nilai rasio kinerja mesin menjadi rendah. Hasil pengukuran terhadap mesin Forming Line 1 selama 30 hari menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi pada kecepatan aktual mesin sehingga sulit untuk menentukan standar kecepatan mesin. Oleh sebab itu pada penelitian ini digunakan standar deviasi σ untuk menentukan standar kecepatan mesin. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat ditentukan seberapa besar terjadi berhenti sejenak dan kehilangan kecepatan. Berhenti sejenak terjadi bila kecepatan aktual mesin di bawah standar, sedangkan kehilangan kecepatan terjadi bila kecepatan aktual mesin di atas standar. Hal ini terjadi karena kesalahan operator dalam mengatur kecepatan pada saat mesin baru dinyalakan dan kurangnya pengawasan oleh operator pada saat proses produksi sedang berjalan sehingga mesin tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan kedua hal tersebut dapat ditentukan seberapa besar terjadi kehilangan kapasitas dan kehilangan nisbah. Menurut Nakajima 1988 berhenti sejenak disebabkan oleh kejadian- kejadian seperti pemberhentian mesin sejenak, kemacetan mesin, dan waktu menganggur dari mesin, dimana hal-hal tersebut dapat mengakibatkan kehilangan kapasitas sedangkan kehilangan kecepatan disebabkan mesin tidak bekerja secara optimal sesuai dengan teoretisnya. Pada kecepatan yang lebih tinggi, secara teoretis akan terjadi penurunan kualitas dari produk. Berikut akan diuraikan secara lebih terperinci mengenai faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya nilai rasio kinerja mesin selama 30 hari pada mesin Forming Line 1. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 11 dan klasifikasi standar kecepatan mesin pada Tabel 12. 40 Tabel 11. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Rasio Kinerja Mesin Forming Line 1 Tanggal Kecepatan Aktual kgjam Berhenti Sejenak menit Kehilangan Kapasitas kg Kehilangan Kecepatan kgjam Kehilangan Nisbah kg 1 2 3 758 Kecepatan Standar 4 860 Kecepatan Standar 5 968 – – 28 194 6 768 Kecepatan Standar 7 986 – – 46 322 8 630 Kecepatan Standar 9 673 Kecepatan Standar 10 11 933 Kecepatan Standar 12 968 – – 28 194 13 584 21 200 – – 14 638 Kecepatan Standar 15 523 71 621 – – 16 549 49 445 – – 17 585 20 193 – – 18 557 42 390 – – 19 860 Kecepatan Standar 20 679 Kecepatan Standar 21 921 Kecepatan Standar 22 914 Kecepatan Standar 23 768 Kecepatan Standar 24 976 – – 36 255 25 717 Kecepatan Standar 26 27 985 – – 45 317 28 29 975 – – 35 247 30 626 Kecepatan Standar Rataan 776 40,4 369,6 36,4 254,7 σσσσ 164 – – – – Mesin tidak digunakan no-order 41 Tabel 12. Klasifikasi Standar Kecepatan Mesin Forming Line 1 Kecepatan Aktual kgjam Standar Deviasi Standar Kecepatan Mesin Klasifikasi kgjam Rataan SD Rataan ± SD Berhenti Sejenak Kehilangan Kecepatan 776 164 776 ± 164 776 – 164 776 + 164 612 940 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa selama 30 hari pada mesin Forming Line 1 terjadi fluktuasi pada kecepatan aktual mesin dengan nilai rataan sebesar 776 kgjam. Oleh sebab itu pada penelitian ini digunakan standar deviasi untuk memudahkan untuk menentukan standar kecepatan mesin. Hasil pengukuran pada Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai standar deviasi untuk kecepatan aktual mesin Forming Line 1 adalah 164. Grafik fluktuasi kecepatan mesin Forming Line 1 selama 30 hari dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Grafik Fluktuasi Kecepatan Mesin Forming Line 1 Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa selama 30 hari pada mesin Forming Line 1 terjadi kehilangan kapasitas dan kehilangan nisbah dengan jumlah yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan kehilangan kapasitas tertinggi terjadi pada tanggal 15 Juni 2009 dengan jumlah kerugian sebesar 510 kg, 42 sedangkan kehilangan nisbah tertinggi terjadi pada tanggal 27 Juni 2009 dengan jumlah kerugian sebesar 208 kg. Histogram jumlah rataan kerugian produksi selama 30 hari pada mesin Forming Line 1 ditunjukkan pada Gambar 17. Gambar 17. Histogram Rataan Jumlah Kerugian Mesin Forming Line 1 Histogram di atas menunjukkan bahwa pada mesin Forming Line 1 terjadi kerugian produksi dengan jumlah rataan kehilangan kapasitas sebesar 369,6 kg dan jumlah rataan kehilangan nisbah sebesar 254,7 kg. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah rataan total kerugian produksi mencapai 624,4 kg dengan persentase nilai rataan sebesar 11,49. Hasil identifikasi ini dapat digunakan sebagai dasar peningkatan nilai rasio kinerja mesin pada mesin Forming Line 1.

F. Peningkatan Nilai Rasio Kinerja Mesin Forming Line 1

Dokumen yang terkait

Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing Berdasarkan Evaluasi Overall Equipment Effectiveness dan FMEA pada Industri Manufaktur Plastik

13 124 92

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiviness (OEE) Sebagai Dasar Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di PT INALUM Batu Bara Sumatera Utara)

11 110 156

Study Peningkatan Overall Equipment Effectiveness Melalui Penerapan Total Productive Maintenance Di PTPN IV PKS Pasir Mandoge

19 90 160

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Studi Kasus di PT. Delta Nusantara, Yogyakarta)

1 7 12

BAB 1 PENDAHULUAN PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Studi Kasus di PT. Delta Nusantara, Yogyakarta).

0 2 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Studi Kasus di PT. Delta Nusantara, Yogyakarta).

1 10 5

BAB 3 LANDASAN TEORI PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Studi Kasus di PT. Delta Nusantara, Yogyakarta).

0 3 13

PENGUKURAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DENGAN LABVIEW 8.5 SEBAGAI PENGENDALI MAINTENANCE

0 1 8

Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada Mesin Ripple Mill

2 7 6