yang lebih tipis. Sedangkan pada tegalan penambahan bahan organik yang tidak merata dapat menyebabkan indeks kestabilan agregat beragam antar titik.
4.2.2. Porositas dan Bobot Isi
Tabel 5 menunjukkan bahwa hutan bambu memiliki porositas 51.68 lebih besar dibandingkan tegalan 44.08. Tingginya porositas pada hutan bambu tidak
terlepas dari banyaknya perakaran, bahan organik dan aktivitas organisme tanah. Perakaran yang sudah melapuk akan meninggalkan lubang bekas akar dalam tanah
dan bahan organik dapat meningkatkan kesarangan tanah. Sedangkan pada tegalan terjadi penurunan porositas tanah seiring dengan intensitas pengolahan tanah yang
menyebabkan bobot isi meningkat. Di samping itu pengolahan tanah menyebabkan pemutusan dan penyumbatan ruang pori tanah. Tabel Lampiran 3 menunjukkan
bahwa penggunaan lahan nyata mempengaruhi porositas tanah. Akibat porositas tanah yang seragam pada setiap titik pengambilan sampel maka koefisien keragaman
porositas sangat rendah yaitu hutan bambu 6.79 dan tegalan 10.41 . Pada Tabel 5 dapat dilihat hutan bambu memiliki bobot isi sebesar 1.39 gcm
3
lebih rendah dibandingkan tegalan yang memiliki bobot isi sebesar 1.57 gcm
3
. Bobot isi tersebut cukup tinggi untuk jenis tanah Latosol yang memiliki sifat granul. Akan
tetapi bobot isi yang tinggi pada Latosol dapat terjadi karena adanya horizon atau lapisan yang menyemen dan kompak yang disebut laterit Soepardi, 1983. Analisis
ragam Tabel Lampiran 4 menunjukkan adanya pengaruh nyata penggunaan lahan terhadap bobot isi tanah. Bobot isi memiliki koefisien keragaman sangat rendah
dimana bobot isi hutan bambu memiliki koefisien keragaman sebesar 6.74 sedangkan bobot isi tegalan memiliki koefisien keragaman sebesar 7.64 . Tanah
dengan bobot isi tinggi berarti porositasnya rendah dan tanah tersebut semakin padat. Adanya hubungan terbalik ini memungkinkan bobot isi dipakai untuk menduga
pemadatan tanah. Bobot isi tegalan cukup tinggi sehingga tanahnya lebih padat. Hal ini
dikarenakan pengolahan tanah yang intensif dan umur penggunaan lahan yang sudah lama. Dari keterangan pengguna lahan, rata-rata umur tegalan sudah mencapai 10-15
tahun. Di samping itu, pembuatan guludan sering dilakukan sehingga sulit menentukan lapisan top soil yang sebenarnya, akibatnya pengambilan sampel tanah
dilakukan pada jalur-jalur bekas urukan tanah di antara guludan.
4.2.3. Bahan Organik