dimana bobot isi hutan bambu memiliki koefisien keragaman sebesar 6.74 sedangkan bobot isi tegalan memiliki koefisien keragaman sebesar 7.64 . Tanah
dengan bobot isi tinggi berarti porositasnya rendah dan tanah tersebut semakin padat. Adanya hubungan terbalik ini memungkinkan bobot isi dipakai untuk menduga
pemadatan tanah. Bobot isi tegalan cukup tinggi sehingga tanahnya lebih padat. Hal ini
dikarenakan pengolahan tanah yang intensif dan umur penggunaan lahan yang sudah lama. Dari keterangan pengguna lahan, rata-rata umur tegalan sudah mencapai 10-15
tahun. Di samping itu, pembuatan guludan sering dilakukan sehingga sulit menentukan lapisan top soil yang sebenarnya, akibatnya pengambilan sampel tanah
dilakukan pada jalur-jalur bekas urukan tanah di antara guludan.
4.2.3. Bahan Organik
Dari hasil pengukuran hutan bambu memiliki bahan organik 5.15 lebih tinggi dibandingkan tegalan 3.69 Tabel 5. Analisis ragam menunjukkan bahwa
penggunaan lahan nyata mempengaruhi bahan organik tanah Tabel Lampiran 11. Tingginya jumlah bahan organik tanah pada hutan bambu tidak terlepas dari
banyaknya serasah yang berasal dari daun, ranting, batang dan akar yang sudah kering kemudian terdekomposisi menjadi bahan organik tanah. Organisme tanah
mempercepat penguraian serasah menjadi bahan organik tanah. Sedangkan pada tegalan jumlah bahan organik sedikit kemungkinan disebabkan tergerus oleh air dan
penambahan bahan organik jarang dilakukan akibat sumber bahan organik yang sedikit.
Hutan bambu memiliki koefisien keragaman 19.02 dengan kelas keragaman rendah sedangkan tegalan 34.41 dengan kelas keragaman sedang. Hal
ini menunjukkan jumlah bahan organik pada setiap titik ataupun lokasi tidak terlalu berbeda. Pada hutan bambu, sumber bahan organik dan proses pelapukan bahan
organik yang homogen menyebabkan jumlah bahan organik tanah tidak terlalu beragam. Sedangkan pada tegalan jumlah bahan organik tanah dipengaruhi oleh
penambahan bahan organik tanah yang dilakukan manusia. Penambahan bahan organik pada tegalan terkadang tidak seragam di semua tempat sehingga jumlah
bahan organik tanah pun berbeda-beda. Di samping itu perbedaan lokasi sangat menentukan jumlah bahan organik akibat kemungkinan perbedaan curah hujan.
4.2.4. Pori Drainase
Penggunaan lahan nyata mempengaruhi pori drainase tanah seperti yang terlihat pada Tabel Lampiran 6. Pada Tabel 5 dapat dilihat jumlah pori drainase pada
hutan bambu lebih tinggi dibandingkan pada tegalan. Hutan bambu memiliki pori drainase sebesar 16.80 sedangkan tegalan memiliki pori drainase sebesar 11.89 .
Sedangkan koefisien keragaman pori drainase termasuk rendah, yaitu
hutan bambu 16.80 dan tegalan
17.40 dikarenakan pada hutan bambu agen pembentuk pori sama, yaitu akar dan organisme tanah, sedangkan pada tegalan pengolahan tanah
yang seragam menghasilkan jumlah pori drainase yang tidak jauh berbeda antar
lokasi ataupun titik pengambilan sampel. Tingginya jumlah pori drainase pada hutan bambu tidak terlepas dari pembentukan ruang pori oleh perakaran dan organisme
tanah. Akar-akar yang berdiameter besar akan meninggalkan lubang bekas akar yang besar demikan sebaliknya, sedangkan aktivitas organisme tanah akan membentuk
rongga-rongga dalam tanah yang kemudian berfungsi sebagai pori yang berdiameter besar.
4.2.5. Pori Air Tersedia