Faktor Penyebab Tradisi Bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

ANNISA ELFA ARIANTY NIM : 1112054100016

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

ANNISA ELFA ARIANTY NIM : 1112054100016

Dibawah Bimbingan

Ahmad Zaky, M.Si. NIP. 19771127 200710 100 1

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/ 2016


(3)

(4)

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2016

Annisa Elfa Arianty NIM : 1112054100016


(5)

i

Faktor Penyebab Tradisi Bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan Perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah sudah bukan hal yang biasa. Data menunjukan bahwa terjadi peningkatan kasus bullying, tindakan kekerasan tersebut dianggap sebagai hal yang wajar terjadi sehingga permasalahan

bullying terjadi terus menerus bahkan menjadi sebuah tradisi disekolah. Perilaku tradisi bullying juga dirasakan di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dimana kegiatan penindasan yang dilakukan oleh para murid terjadi begitu saja

Penelitian ini penting dilakukan karena masih banyak sekolah-sekolah yang tidak mengetahui ciri-ciri orang menjadi pelaku bullying khusus nya di SMA Al Azhar dan bagaimana dampak yang dirasakan oleh korban, selain itu untuk memberi solusi bagi sekolah yang belum memiliki program penanganan dan pencegahan

bullying dengan baik agar kasus bullying di sekolah bisa dihindari sedini mungkin. Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana penyebab terjadinya bullying di SMA Al Azhar 2? Dan bagaimana peran sekolah dalam menangani dan mencegah perilaku bullying di sekolah. Pada Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (Descriptive Research). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa setiap jenjang kelas terdapat peluang terjadinya kasus bullying, namun presentase terbesar terjadinya bullying terdapat pada kelas XII kepada kelas X. Selain itu data yang didapatkan dari guru bimbingan konseling dan perwakilan dari bidang ketahanan sekolah mengatakan penyebab pelaku melakukan tindakan bullying adalah adanya permasalahan pola asuh dari keluarga, kurangnya perhatian dari keluarga menjadi faktor penyebab anak berperilaku bullying. Tidak hanya itu penyebab perilaku

bullying dikarenakan masalah senioritas serta rasa dendam yang dialami oleh korban sehingga menjadi pelaku saat menjadi senior. Korban tindakan bullying adalah anak yang terlihat mencolok di angkatannya ataupun anak yang terlihat pendiam dan pemalu, kelompok minoritas dikelas, dan korban yang memiliki ciri atau etnis yang berbeda dengan mayoritas anak dikelasnya. Tindakan bullying berdampak pada penurunan prestasi akademik korban di sekolah, pola belajar korban, interaksi sosial korban dengan orang-orang disekitarnya bahkan perilaku korban sehari-hari yang bisa menjadikan penyimpangan perilaku, sehingga saat mereka menjadi senior akan melakukan hal yang sama pada juniornya.


(6)

ii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Faktor Penyebab Tradisi Bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menghaturkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusun skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto, M. Ed, Ph. D selaku wakil Dekan bidang akademik. Dr. Roudhonah, MA selaku wakil Dekan bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, MSi selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.


(7)

iii

Sosial. Terimakasih atas nasihat dan bimbingannya.

3. Bapak Ahmad Zaky, MSi selaku dosen pembimbing yang luar biasa sabar dalam membantu mengarahkan, membina, dan selalu bersedia meluangkan waktunya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis. 5. Kepada informan yaitu Bapak Abdullah, MSi selaku Kepala Sekolah SMA

Islam Al Azhar 2 Pejaten dan Bu Nurniati, S.Pd selaku guru bimbingan dan konseling (BK), serta kepada seluruh informan peneliti yang telah bersedia memberikan informasi dan waktunya sehingga penelitian ini dapat selesai tepat waktu dan terimakasih juga untuk pengalaman serta cerita kalian yang membuat peneliti paham secara mendalam mengenai penelitian ini.

6. Terimakasih yang tidak terhingga untuk mama ku tersayang yang sudah selalu mendukung, selalu mendoakan, dan selalu memberikan perhatian penuh selama mengerjakan tugas akhir ini. Terimakasih untuk Papa tercinta yang tiada henti memberikan motivasi terbesar sejak mulai kuliah hingga Papa dipanggil Allah yang Maha Kuasa. Kalian penyemangat terbesar sehingga tugas akhir ini berjalan dengan lancar.


(8)

iv

ini.

8. Terimakasih untuk Hendry Boy Syamshier selaku teman terdekat yang selalu ada dan selalu memberikan support terbaik baik materiil maupun moril. Ich Liebe Dich, Bang!

9. Untuk Aisyah Rahma Utami, S.Sos yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan dorongan, serta selalu memberikan bantuan berupa tenaga, pikirannya dan terus menyemangati untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi.

10.Untuk Sarah Meutia, terimakasih selalu menghibur dan memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Serta untuk teman-teman Happy Family yang selalu memberi semangat dan menghibur.

11.Teman-teman di kampus Eka Puji, Dyah Ayu, Nurmila, Tria Anjarwati, Ira Rahmawati, Saila Arimy, Khusnul Fadilah, kessos 2012. Serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun selalu memberikan support yang tiada hentinya, tanpa kalian mungkin skripsi ini terasa sangat berat. Terimakasih semua atas dukungan kalian.

Jakarta, September 2016


(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Pembatasan dan perumusan penelitian... 9

C. Tujuan dan manfaat penelitian ... 10

D. Metodologi penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 23

A. Bullying ... 23

1. Definisi bullying ... 23

2. Faktor penyebab perilaku bullying ... 27

3. Bentuk-bentuk bullying ... 29

4. Ciri-ciri bullying ... 30

5. Karakteristik bullying ... 31

B. Remaja... 33

1. Definisi Remaja ... 33

2. Tahap Perkembangan Remaja ... 35

3. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Remaja ... 36

4. Kenakalan Remaja ... 41

BAB III ... 43

A. Profil SMA Al Azhar 2 ... 43


(10)

vi

4. Struktur Organisasi SMA Al Azhar 2 ... 48

B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... 49

1. Perencanaan program bimbingan murid ... 49

2. Pengidentifikasian keadaan dan masalah murid ... 50

3. Pelaksanaaan layanan bimbingan dan konseling ... 50

4. Evaluasi ... 52

5. Pelaporan ... 52

C. Mekanisme Penanganan Murid Bermasalah ... 52

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS ... 54

A. Penyebab Terjadinya Bullying ... 54

1. Hubungan Keluarga ... 55

2. Senioritas ... 62

3. Rasa Dendam ... 65

B. Bentuk-bentuk Bullying ... 69

C. Dampak Bullying bagi Korban ... 77

D. Peran Sekolah Dalam Menangani dan Mencegah Bullying ... 81

BAB V PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN


(11)

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Berita tentang kasus tindak kekerasan yang terjadi di sekolah sering kita baca atau dengar di media massa. Tindak kekerasan yang diberitakan berbagai macam antara lain yang dilakukan oleh oknum guru terhadap muridnya, kakak kelas terhadap adik kelasnya maupun antar teman sebaya. Tindak kekerasan ini diyakini sudah lama terjadi namun kurang mendapat perhatian, oleh karenanya tidak diekspos oleh media massa. Oleh beberapa orang, tindak kekerasan tersebut dianggap sebagai hal yang wajar terjadi hingga suatu situasi dimana korban mengalami luka parah ataupun sampai meninggal baru diberitakan sebagai berita yang menggemparkan, bahkan terkadang masih banyak kasus kekerasan pada anak seperti ini yang tidak sampai terekspos oleh media.

Banyak pihak seperti orang tua, sekolah, masyarakat belum familiar dengan istilah bullying, sehingga orang tua serta pihak sekolah sering kali mengabaikan, membiarkan dan menganggap sepele masalah bullying.

Istilah bullying pertama kali muncul di Swedia sekitar akhir tahun 1960 – awal tahun 1970.1Perilaku bullying memiliki dampak negatif bagi siswa baik sebagai korban maupun pelaku bullying. Dampak bullying terhadap korban, yaitu hilangnya rasa percaya diri, merasa cemas ketika berinteraksi dengan orang lain, merasa tidak berharga, depresi, sulit berkonsentrasi di sekolah, merasakan fisiknya sakit, sulit

1

Olweus, D, Bullying at School : Understanding children‟s worlds, (USA: Blackwell Publishing, 1993)


(12)

tidur, dan yang paling parah adalah bunuh diri.2 Sedangkan dampak bagi pelaku

bullying yaitu akan lebih mudah untuk melakukan kekerasan, mengalami gangguan perilaku, dan secara keseluruhan akan berdampak pada rendahnya fungsi sosial, misalnya bermasalah dalam berinteraksi dengan orang lain atau pasangan.3

Telah hilangnya rasa kasih sayang dan sifat kelembutan dalam diri seseorang menyebabkan lahirnya tindakan kekerasan dan penganiayaan, melakukan perbuatan-perbuatan yang merusak, serta menimbulkan kerugian dan penderitaan kepada orang lain, padahal Islam telah mensyari‟atkan perlunya manusia itu bersifat lemah lembut kepada sesama dan saling berkasih sayang. Dalam Islam sendiri sangat melarang keras dan sangat tidak menganjurkan perilaku merendahkan orang lain atau berperilaku bullying terhadap sesama. Hal ini sebagai mana penjelasan pada sebuah firman Allah swt dalam surat Al-Hujurat ayat 11:

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang Seburuk-buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”(Q.S. Al-Hujurat: 11)

2 Sharps, S, & Smith, P.K, School Bullying : Insight and Perspective, (New York: Routledge, 2003)

3


(13)

Dari ayat tersebut sudah sangat jelas, bahwa sudah sepatutnya setiap muslim harus berusaha untuk saling menjaga satu sama lain baik dari kejahatan lisan (mengolok-olok, memanggil bukan dengan namanya (meledek), mengungkit-ngungkit masalahnya, membongkar rahasianya, membongkar aibnya, dll) dan tangannya (dari kesemana-menaan, mencuri, merampok, ataupun tindak seksual).

Perilaku bullying terhadap anak di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, menurut Komisi Perlindungan Anak, Total dari 2011 sampai Agustus 2014 mencapai 12.790 aduan. Korban kasus kekerasan meningkat cukup signifikan di tahun 2014. Akan tetapi, data KPAI menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus kekerasan di sekolah pada tahun 2015.4 Dari laporan yang diterima Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mencatat bahwa di kawasan Jabodetabek pada 2010 mencapai 2.046 kasus. Laporan kekerasan pada anak tahun 2011 naik menjadi 2.462 kasus. Pada 2012 naik lagi menjadi 2.626 kasus dan pada 2013 melonjak menjadi 3.339 kasus. Di tahun 2014 di bulan Januari hingga April, KPAI menerima 622 laporan kekerasan pada anak. Namun, terjadi penurunan kasus anak dari 2014, 5.666 kasus menjadi 3820 di tahun 2015.

Kasus bullying di Indonesia sering kali terjadi di intitusi pendidikan. Fenomena

bullying di lingkungan sekolah di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Pada tahun 2014 seorang pelajar bernama Arfiand Caesary Alirhami meninggal dunia

4

http://www.kompasiana.com/taurahida/hampir-seluruh-siswa-di-indonesia-pernah-dibully_562c8f3f527a614808ffd5fe. (2016, februari 15)


(14)

dengan bekas sejumlah 37 luka pada tubuhnya. Luka-luka tersebut menguatkan dugaan terjadi penganiayaan terhadap Arfiand saat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler (ekskul) pecinta alam SMU Negeri 3 Setiabudi Jakarta. Kegiatan tersebut dilakukan di kawasan wisata Tangkuban Perahu Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Arfiand Caesary Alirhami meninggal dunia pada tanggal 20 Juni 2014, tiga belas hari kemudian Padian Prawirodirya menyusul temannya yang lebih dahulu meninggal dunia.5

Kasus yang hampir serupa juga sempat terjadi di tahun 2005 lalu, Vivi Kusriani nekat mengakhiri hidup dengan menggantung diri memakai seutas tali di kamar mandi rumah nya. Jasadnya ditemukan sekarat oleh ibunya. Mereka mencoba menolong siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Bantar Gebang itu, tapi gagal. Menurut Joko Kirsang, ayah Vivi, putrinya sempat mengeluh sering diejek teman sekolahnya sebagai anak tukang bubur. Apalagi menjelang tahun ajaran baru ini Vivi belum punya seragam sekolah. Kasus yang terjadi pada Vivi bukan merupakan kekerasan fisik melainkan mental, Vivi merasa tertekan karena julukan nya sebagai anak tukang bubur, ia juga sempat menyatakan kesedihan kepada ayah nya karena ayahnya harus bersusah-payah menjual bubur untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Selain kasus yang dialami Vivi, masih banyak kasus bullying pada pelajar yang sampai melakukan percobaan bunuh diri karena tertekan namun jarang terekspos media.

Maraknya kasus-kasus kekerasan seperti di atas merupakan bagian dari kasus

bullying di sekolah. Kasus bullying merupakan permasalahan yang sudah mendunia,

5


(15)

tidak hanya menjadi permasalahan di Indonesia saja, tetapi juga di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Perilaku bullying dari waktu ke waktu terus menghantui anak-anak Indonesia. Kasus bullying yang sering di jumpai adalah kasus senioritas atau adanya intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik fisik maupun secara non-fisik. Di Indonesia, perilaku bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah belum mendapat perhatian yang serius. Padahal dibeberapa Negara lain perilaku bullying ini telah mendapat perhatian yang serius karena telah terlihat dampak negatif dari perilaku

bullying ini baik bagi korban maupun pelaku.

Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan (fisik, psikologis maupun sosial) individu, khususnya remaja. Sehingga hal tersebut akan terus mempengaruhi perkembangan mereka selanjutnya. Oleh karena itu, sebagai pekerja sosial professional perlu memberikan pengetahuan bagi remaja terkait pencegahan perilaku bullying dan cara penanggulangannya yang difokuskan pada preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan untuk pengenalan dan pencegahan atau pengendalian masalah bullying di sekolah.

Faktor yang mempengaruhi perilaku bullying adalah faktor personal meliputi harga diri, tempramen, dan keluarga yang memberikan kecenderungan individu untuk menampilkan perilaku agresi. Keluarga yang menggunakan bullying sebagai cara untuk proses belajar anak akan membuat anak beranggapan bahwa bullying adalah perilaku yang wajar dan bisa diterima dalam berinteraksi dengan orang lain dan


(16)

dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan.6 Keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan keterlibatan seseorang pada perilaku bullying. Keluarga merupakan tempat sosialisasi utama bagi anak dan berperan penting dalam pembentukan perilaku anak.

Ejekan, cemoohan dan olok-olok mungkin terkesan sepele dan tidak signifikan. Kenyataannya hal ini bisa menjadi senjata tidak kenal ampun yang secara perlahan tetapi pasti menghancurkan seorang anak. Lebih banyak lagi anak-anak dan remaja korban bullying yang terus hidup dan tidak cenderung mengakhiri hidupnya namun tumbuh dewasa menjadi orang-orang yang berkepribadian rapuh, mudah sedih, pemarah dan tidak percaya diri. Orang-orang seperti ini sulit sekali meraih sukses dan hidup tidak bahagia.7

Korban bullying bukanlah sekedar pelaku pasif dari situasi bullying. Ia turut berperan serta memelihara dan melestarikan situasi bullying dengan bersikap diam. Rata-rata korban bullying tidak pernah melaporkan kepada orang tua dan guru bahwa mereka telah dianiaya atau ditindas anak lain di sekolahnya. Melihat banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh adanya perilaku bullying, maka diperlukan usaha-usaha kerjasama yang melibatkan peran orang tua maupun guru agar perilaku ini dapat dicegah atau dibatasi sedini mungkin.

SMA Al Azhar 2 Pejaten, terletak di Jalan Siaga Raya, Pejaten Barat, Jakarta Selatan. Sekolah yang berorientasi Islam ini masih sering terjadi kasus bullying yang

6O‟Connell, J, Bullying at School

(CaliforniaL Department of Education, 2003)

7

Sejiwa.Bullying: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru.Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. (Jakarta: Grasindo, 2007)


(17)

sampai menimbulkan korban. Contohnya, pada tahun 2011 kasus bullying atau penindasan yang dilakukan antara senior terhadap junior ini seperti sudah menjadi tradisi dan turun temurun. Beberapa murid laki-laki kelas XII memeras atau memalak adik kelas X untuk memberikan sejumlah uang kepada senior nya setiap hari. bila para adik kelas menolak, mereka harus menerima pukulan-pukulan dari senior. Bahkan ketika akan ditindak lanjuti oleh pihak sekolah, seluruh siswa dari ketiga angkatan menolak hukuman tersebut untuk si pelaku karena mereka merasa bahwa penindasan seperti ini wajar terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan data grafik presentase tingkat bullying yang dibuat oleh Bimbingan Konseling, didapati bahwa tingkat bullying menurun dari tahun 2014 hingga 2016. Berikut tabel grafik presentasenya:

GRAFIK PRESENTASE TINGKAT BULLYING DI SMA ISLAM AL AZHAR 2

TAHUN AJARAN 2014, 2015, 2016

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

2013-2014 2014-2015 2015-2016

GRAFIK PRESENTASE BULLYING SMA ISLAM AL AZHAR 2 TAHUN 2014, 2015, 2016


(18)

Menurut data dari Bimbingan Konseling SMA Al Azhar 2, kasus bullying

masih sering terjadi, terlihat dari data yang tercatat di Buku kasus bimbingan konseling. Kasus penindasan oleh senior terhadap junior masih terjadi sampai tahun 2016 ini, hanya saja kasus bullying yang terjadi sekarang kebanyakan dilakukan oleh siswa perempuan. Seperti memalak meminta dibelikan barang, makanan atau sekedar accessories yang dibutuhkan para pelaku. Dari hasil observasi sementara peneliti kepada guru bimbingan konseling di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan ini, ternyata kasus bullying yang terjadi masih melibatkan alumni disela-sela siswa. Campur tangan alumni yang meminta sejumlah uang untuk kegiatan rutin yang diadakan sebuah organisasi atau “genk” turun-temurun di sekolah, juga pemungutan uang untuk pembuatan almamater bertuliskan nama “genk” tersebut dengan ancaman

agar semua adik kelas menuruti permintaan alumni dan beberapa kakak kelas yang diperintahkan untuk mengkoordinasi kegiatan tersebut.

Peneliti tertarik untuk meneliti penyebab terjadinya tradisi perilaku bullying

terhadap junior karena beberapa perilaku bullying yang mencuat ke permukaan di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh senior terhadap juniornya, selain itu masih banyak yang beranggapan bahwa pelaku bullying adalah orang yang salah 100% padahal kita tidak tahu sebenarnya apa yang melatar belakangi seseorang berperilaku

bullying tersebut. Penelitian juga akan dilakukan pada mantan pelaku bullying

(alumni SMA) untuk mendapatkan pandangan dari orang yang pernah melakukan namun sudah tidak pernah melakukan perilaku bullying kembali. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat meminimalisasi kemungkinan didapatkannya jawaban-jawaban yang bersifat defensif dari informan ketika wawancara, mengingat


(19)

topik penelitian yang cukup sensitif. Pada penelitian ini juga dipaparkan bagaimana peranan sekolah dan kebijakannya dalam menangani dan mencegah perilaku bullying

agar tidak timbul kembali.

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Al Azhar 2 Pejaten karena „keunikan‟ perilaku bullying yang umumnya terjadi pada sekolah tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka peneliti terdorong untuk mengambil judul “FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING DI SMA AL AZHAR 2 PEJATEN JAKARTA SELATAN”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Karena permasalahan bullying sangat kompleks maka peneliti membatasi fokus permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian. Yaitu yang akan menjadi pembatas masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya tradisi bullying yang terjadi di lingkungan SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan serta bagaimana peran sekolah dalam menangani dan mencegah perilaku bullying agar tidak terulang kembali.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan penelitian diatas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah "Faktor Penyebab Tradisi Bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan". Dari permasalahan utama ini, peneliti selanjutnya merumuskan beberapa sub permasalahan, yaitu:


(20)

a) Bagaimana penyebab terjadinya tradisi bullying di lingkungan SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan?

b) Bagaimana peran sekolah dalam menangani dan mencegah perilaku

bullying?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, maka yang menjadi tujuan peneliti adalah:

a) Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya tradisi bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

b) Untuk mengetahui bagaimanakah upaya sekolah dalam menangani dan mencegah perilaku bullying.

2. Manfaat Penelitian a) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa khususnya jurusan Kesejahteraan Sosial yang nantinya akan berhadapan dengan kasus Bullying, agar dapat mengetahui bagaimana bullying bisa terjadi. Sebab Bullying sampai sekarang masih terjadi berulang kali setiap tahunnya dan sulit menemui titik terang.

b) Manfaat Praktis

Untuk menambah wawasan kepada peneliti agar dapat mampu menyelesaikan permasalahan bullying yang ada di lingkungan sekitar.


(21)

Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat luas khususnya orang tua untuk mencegah anak nya melakukan atau menjadi korban bullying

disekolah dan untuk mencegah berkembangnya perilaku bullying setiap tahun nya di sekolah. Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran orangtua dalam mendidik seorang anak agar tidak tumbuh dengan sikap temperamental. Serta mampu mengetahui hal apa yang harus dilakukan apa bila sudah terlihat ciri-ciri perilaku bullying baik untuk pelaku maupun korban.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah dan menganalisa data secara kualitatif dan menafsirkannya secara kualitatif. Hal ini dimaksudkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung dan wawancara mendalam dengan informan yang sangat memahami permasalahan yang diteliti

Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak8

2. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah menggunakan penelitian deskriptif (Descriptive Research), yaitu penelitian yang

8


(22)

menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh dilapangan secara terperinci sesuai dengan focus penelitian yang telah ditetapkan. 9 Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yaitu bagaimana.10 Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalah nya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara secara langsung, catatan lapangan atau memo dan dokumentasi lainnya.11

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di sekitar wilayah Jakarta sesuai dengan lokasi informan yang akan diteliti. Dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2016 sampai dengan bulan September 2016

4. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling bertujuan dimana informan dipilih

9

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h.131

10

W. Gulo, Metodelogi Kualitatif (Jakarta : Grafindo, 2000), h. 19.

11

Burhan Bugin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-2


(23)

berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.12

Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana memilih informan misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan mempermudah peneliti menjelajahi objek/ situasi sosial yang diteliti. Yang terpenting disini bukan jumlah informannya, melainkan potensi dari setiap kasus untuk dapat memberikan secara teoritis mengenai aspek yang dipelajari.13

Dalam penelitian ini, jumlah informan penelitian berjumlah 5 (lima) orang yaitu 2 orang pelaku bullying masing-masing dari perempuan dan laki-laki dan korban bullying yang sudah menjadi alumni SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dengan latar belakang kasus bullying yang berbeda-beda, selain itu peneliti memilih guru bimbingan konseling dan bidang ketahan sekolah untuk menjadi informan dalam melengkapi penelitian ini. Dua informan yaitu pelaku bullying yang peneliti pilih yaitu “AM” dan “NE” adalah seorang

karyawan swasta. Peneliti memilih kedua nya sebagai informan dikarenakan mereka sudah menjadi alumni dan pernah melakukan perilaku bullying dengan cara yang berbeda dari pihak siswa laki-laki dan siswa perempuan. selain itu, sudah banyak pihak yang mengetahui permasalahan perilaku bullying yang

12

Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.63

13

Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), Cet ke-5, h. 54


(24)

mereka lakukan. Informan selanjutnya sebagai korban yaitu “ATC”, ia adalah alumni SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan yang kerap kali menjadi korban bullying saat masih sekolah, kini ia adalah seorang mahasiswi di satu kampus di Jakarta. Peneliti memilih informan “ATC” karena pengalaman nya menjadi korban bullying dan karena perubahan perilaku yang ia alami. Yang terakhir adalah guru bimbingan konseling dan bidang ketahanan sekolah, peneliti memilih guru BK dan perwakilan dari TanSek karena dapat memberikan informasi bagaimana kebijakan sekolah dalam penanganan dan pencegahan perilaku bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan. 5. Sumber Data

Sumber data yang diambil peneliti ini terdapat dua data, yaitu data primer (pokok) dan data sekunder (pendukung).

a) Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya. Pada penelitian ini data akan diperoleh dari pelaku bullying (perempuan dan laki-laki) dan korban bullying yang sudah menjadi alumni di SMA Al Azhar 2 Pejaten, data dari kepala sekolah, guru bimbingan konseling serta bidang ketahanan sekolah (TanSek).

b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan surat kabar atau media kabar, dokumen yang berkaitan dengan penelitia14 seperti isu-isu yang terjadi di Indonesia melalui pemberitaan online, surat kabar atau Koran

14


(25)

yang membahas mengenai permasalahan, dan dari data-data yang diberikan oleh SMA Al Azhar 2 Pejaten.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi, yaitu mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian untuk mengetahui gejala-gejala yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti dengan harapan akan memperoleh suatu kelengkapan data. Observasi atau pengamatan pada informan yang berperan serta menceritakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan atau observasi. Observasi atau pengamatan berperan serta sebagai peneliti yang mencirikan interaksi secara sosial memakan waktu cukup lama antara peneliti dan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.15 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif, yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari seseorang yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada.16

15

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 194.

16

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 166.


(26)

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan informan. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka. Dengan wawancara, proses wawancara data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.17 Wawancara ini dilakukan karena peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaannya akan diajukan telah ditetapkan oleh peneliti sendiri secara jelas dalam suatu bentuk catatan. Selain dengan wawancara mendalam peneliti juga menggunakan jenis wawancara pembicaraan informal, dalam jenis ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara.Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraanbiasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai18.

17

W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 119.

18

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cetakan Ke-26 edisi revisi, h. 187.


(27)

c. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau foto sehingga dengan adanya bantuan dokumen peneliti terbantu mendapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan19.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif, data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian. Menurut Bogdam, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.20

Pada saat menganalisis data hasil wawancara, peneliti mengamatinya secara detail dan dilakukan berulang ulang dari awal sampai akhir, kemudian menyimpulkannya. Setelah itu menganalisa katagori katagori yang terlihat pada data data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi suatu objek dan peristiwa. Katagori dari analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang terlihat

19

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 216.

20


(28)

pada tempat penelitian tersebut. Setelah data dianalisa kemudian disajikan dalam tulisan tulisan.

F. Teknik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data pengecekan atau perbandingan terhadap dua data tersebut. Teknik triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lainnya.21

G. Tinjauan Pustaka

NAMA JUDUL ISI SKRIPSI

Ari Nur Husaini Hubungan Antara

Persepsi Jenis Pola Asuh Orangtua Terhadap Risiko Perilaku Bullying

Siswa di SMA Triguna Utama Ciputat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh demokratis memiliki resiko perilaku bullying rendah, serta adanya hubungan yang signifikan antara persepsi jenis pola asuh orangtua terhadap resiko perilaku bullying

siswa. Dalam penelitian ini diharapkan sekolah bersama orangtua siswa diharapkan dapat lebih memperhatikan

bullying, dan tidak menganggap

bullying sebagai hal yang biasa terjadi di sekolah, dan dapat bekerjasama dengan bidang keperawatan untuk pencegahan dampai penanggulangan

bullying, penyuluhan tentang problem solving, manajemen marah, atau penyuluhan bullying beserta dampak

21

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cetakan Ke-18 edisi revisi, h. 330


(29)

cara menanganinya. Farisa Handini Hubungan Konsep Diri

Dengan Kecenderungan Berperilaku Bullying

Siswa SMAN 70 Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan kecenderungan berperilaku

bullying siswa SMAN 70 Jakarta. Dengan hasil penelitiannya yaitu adanya hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku

bullying SISWA SMAN 70 Jakarta yang hasilnya adalah semakin tinggi konsep diri siswa, maka semakin rendah kecenderungan berperilaku

bullyingnya, begitupula sebaliknya, semakin rendah konsep diri siswa maka semakin tinggi kecenderungan berperilaku bullyingnya. Konsep diri terbagi menjadi konsep diri positif dan negatif. karena siswa yang memiliki konsep diri positif tidak mengarah pada perilaku bullying, sedangkan siswa berkonsep diri negatif memiliki kecenderungan berperilaku bullying. Wuriyanti Handayani Hubungan Antara Faktor-faktor Munculnya Konformitas Kelompok Sebaya dengan Perilaku

Bullying pada Remaja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor munculnya konformitas kelompok sebaya dengan perilaku

bullying pada remaja. Pada masa remaja perkembangan sosial yang dialami beirkaitan dengan perluasan pergaulan pada remaja yang menuntut remaja untuk melakukan banyak penyesuaian terhadap kelompok sosialnya yang sebaya. Tekanan kelompok dalam konformitas pada remaja bisa berpengaruh positif dan negatif. Salah satu pengaruh negatif dari konformitas adalah munculnya perilaku agresif seperti perilaku


(30)

dengan tujuan untuk menyakiti korban. Siti Nurbaiti Peran Bimbingan dan

Konseling dalam Mengatasi Perilaku

Bullying Siswa SMA Al Izhar Pondok Labu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran bimbingan dan konseling dalam menangani perilaku

bullying karena seperti yang sudah kita ketahui perilaku bullying adalah merupakan masalah yang serius yang harus segera di atasi karena bullying

membawa banyak dampak yang negatif terhadap siswa dan lingkungannya. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, di setiap sekolah harus sudah memiliki lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa seperti bimbingan dan konseling.

Annisa Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Perilaku Bullying

Remaja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengindikasi apakah ada hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku

bullying pada remaja. Peliknya masalah bullying pada remaja harus ditangani karena dampak besar yang diakibatkan oleh perilaku bullying. Karena keluarga adalah salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mem-bully orang lainnya. Sebagai bagian dari orangtua, seorang ibu sangat berperan penting dalam mendidik seorang anak. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberi pengetahuan bagi orangtua khususnya ibu dalam mendidik seorang anak agar anak dapat menangani kemarahannya dan dapat meminimalisasi perilaku

bullying. Dairisena Arsela Gambaran Sikap Remaja

Terhadap Perilaku

Bullying saat SMA di Kota Maju

Sikap pemuda yang setuju terhadap perilaku bullying menjadi salah satu prediktor perilaku bullying, karena sikap dipengaruhi oleh lingkungan


(31)

dimana seseorang tinggal. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap remaja apakah mereka menyetujui perilaku bullying

yang terjadi di sekolah.

H. Teknik Penelitian

Adapun dalam penelitian skripsi ini, peneliti berpedoman pada buku “Pedoman Penelitian Karya Ilmiah”, (skripsi, tesis, dan disertasi).Diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development amd Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun 2007.22

I. Sistematikan Penelitian

Secara garis besar skripsi ini akan dibagi dalam lima (5) bab dan setiap bab dibagi atas beberapa sub bab dengan kebutuhan pembahasan dan uraiannya, yaitu:

BAB I : Bab ini berisi tentang latar belakang masalah tentang

bullying, berbagai macam kasus bullying secara global ataupun universal, fakta-fakta serta faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi pelaku ataupun korban bullying. Selanjutnya pada bab ini peneliti menuliskan apa yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian dalam menuliskan hasil temuan dalam melaksanakan penelitian ini dan metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penelitian.

22


(32)

BAB II : Bab ini akan membahas mengenai landasan teori saat melaksanakan penelitian. Seperti mengetahui apa pengertian bullying, berbagai ciri, bentuk, dampak-dampak yang didapatkan pelaku maupun korban bullying, serta pemahaman bagaimana penyebab terjadinya bullying tersebut.

BAB III : Pada bab ini berisi tentang profil lembaga yaitu SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

BAB IV : Analisis Temuan Lapangan. Pada bab ini peneliti mencoba memberikan temuan dan analisis terhadap apa yang menyebabkan bullying bisa terjadi di SMA Al Azhar 2 Pejaten serta bagaimana peran sekolah dalam menangani dan mencegah terjadinya perilaku bullying.

BAB V : Penutup pada bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.


(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab dua ini akan diuraikan mengenai konsep dan pengertian yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu bullying dan remaja. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing konsep dan pengertiannya.

A. Bullying

1. Pengertian Bullying

Berbagai definisi serta konsep mengenai bullying telah banyak diberikan oleh para ahli, peneliti dan pengarang mengenai bullying. Terlebih pada beberapa tahun belakangan ini, banyak dari mereka para ahli, peneliti, ataupun pengarang yang tertarik pada permasalahan mengenai bullying, terutama bullying yang terjadi di sekolah-sekolah. Dalam Kamus Bahasa Indonesia bullying diartikan sebagai perilaku „menggertak‟ atau „menggencet‟ namun padanan kata tersebut dirasa belum tepat untuk merepresentasikan kata bullying itu sendiri sehingga untuk pembahasan selanjutnya, kata bullying akan tetap dipakai.

Sejarah bullying dimulai bahkan sejak ratus ribu tahun yang lalu saat manusia Neanderthal digantikan oleh Homo Sapiens yang lebih kuat dan lebih berkembang. Tema utama yang terekam dari sejarah-sejarah mengenai perilaku

bullying adalah eksploitasi yang lemah oleh yang kuat, bukan secara tidak sengaja namun secara purposif atau bertujuan.


(34)

Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabad-abad,

bullying tidak menerima perhatian penelitian signifikan sampai tahun 1970-an (Olweus, 1978). Profesor Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang memfokuskan diri pada topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya pada literatur bullying. Banyak penelitian Olweus menjelaskan mengapa beberapa anak melakukan bullying dan mengapa beberapa lainnya menjadi korban bullying. Bukan itu saja, Olweus juga menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat direduksi secara signifikan. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat penting.

Menurut Sullivan, dalam bukunya “The Anti-Bullying Handbook Tahun 2000”, mendefinisikan bullying adalah tindakan menyerang yang dilakukan secara sadar dan sengaja dan atau di manipulasi oleh satu atau lebih banyak orang terhadap orang lain atau orang banyak. Bullying dapat bertahan untuk waktu yang singkat atau bahkan selama bertahun-tahun, dan ini adalah sebuah penyalahgunaan kekuasaan oleh mereka yang melakukannyanya. Kadang-kadang direncanakan, dan kadang-kadang dilakukan dengan oportunis, kadang-kadang dilakukan terutama terhadap satu korban, dan kadang-kadang terjadi berturutan dan acak.23

Sedangkan menurut Olweus (1993) menyatakan bahwa bullying ialah:“I define bullying or victimization in the following general way: A student is being bullied or victimized when he or she is exposed, repeatedly and over time, to negative actions on the part of one or more other students.”

Olweus mendefinisikan bahwa bullying atau penganiayaan sebagai berikut: Seorang siswa sedang ditindas atau menjadi korban ketika ia dipermalukan secara

23


(35)

berulang-ulang dan dari waktu ke waktu, untuk sebuah tindakan negatif dari satu atau lebih siswa lain.24

Menurut Ken Rigby Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.25

Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan dengan tenang/tanpa beban, disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri.

Sedangkan bila kita mengkhususkan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah (school bullying) maka dapat diambil sebuah pengertian school bullying

sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Menurut Bourdieu, kekerasan berada dalam lingkup kekuasaan. Hal tersebut berarti kekerasan merupakan pangkal atau hasil sebuah praktik kekuasaan. Ketika sebuah kelas mendominasi kelas yang lain, maka didalam proses dominasi tersebut akan menghasilkan sebuah kekerasan. Kekerasan muncul sebagai upaya kelas dominan untuk melanggengkan dominasi atau kekuasaannya dalam strukur sosial.

24

Olweus, D, Bullying at School, What We Know and What We Can Do (Oxford: Blackwell, 1993)

25

Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak, (Jakarta: Grasindo, 2008)


(36)

Jadi, kekerasan dan kekuasaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan.26

Bullying adalah perilaku menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik dalam bentuk kekerasan fisik, verbal, ataupun psikologis. Tindakan ini bisa dengan mudah dikenali, di antaranya adalah pelecehan, diskriminasi, intimidasi, pengucilan, ejekan, dan kekerasan nonfisik lainnya. Dampaknya bukan hanya pada fisik tetapi aspek psikologis, apalagi bagi anak-anak usia sekolah yang sangat rentan menciptakan awal yang buruk bagi masa depannya.27

Dampak paling fatal yang sangat ditakutkan adalah bagi perkembangan psikologi anak itu sendiri. Karena konsekuensi logisnya bisa menjadi efek negatif yang permanen dan merusak masa depan anak yang khususnya ada dalam kondisi yang transisional. Anak yang menjadi korban bullying umumnya akan terlihat enggan pergi ke sekolah, roman wajah muram, dan prestasi akademik menurun.

Olweus (1993) pun mengatakan: “Bullying involves a desire to hurt, hurtfill action, a power imabalance (an imbalance is obvious enough when a bully towers over a cowering victim or group of bullies abuse a solitary Individual), (typically) repetition, an unjust use of power, avidental enjoyment by aggressor and a sense of being oppressed on the part of the victim”.

Berdasarkan pernyataan Olweus di atas, maka di dapat pengertian bahwa

bullying dapat terjadi karena adanya hasrat untuk menyakiti atau perilaku merugikan, adanya kekuatan atau power yang tidak seimbang (ketidakseimbangan tersebut cukup jelas terlihat, ketika pelaku bullying atau yang biasa disebut bully

menyebabkan ketakutan yang berlebih pada korban atau melakukan

26

Nanang, M, Kekerasan Simbolik di Sekolah (Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre Bourdieu), PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 2012), h. 39

27

Olweus, D, Bullying at School, What We Know and What We Can Do (Oxford: Blackwell, 1993)


(37)

macam dari perilaku bullying itu terhadap individu yang dikucilkan). Terdapat adanya pengulangan dalam melakukan bullying, adanya penyalahgunaan kekuatan (kekuasaan), merasakan adanya kenikmatan dengan melakukan tindakan agresif dan penindasan terhadap korbannya.28

Tanpa sadar siswa kelas bawah dijadikan korban dominasi, korban penindasan kelas atas secara simbolis. Sering kali mereka (siswa kelas bawah) tidak sadar ketika mereka sebenarnya hanya menjadi objek, menjadi bahan tontonan dan hiburan, menjadi bahan olokan atau ejekan, dan menjadi objek bels kasihan kelas dominan.29

2. Faktor-faktor penyebab Bullying

Tindakan bullying mencerminkan bahwa bullying adalah masalah penting yang dapat terjadi di setiap sekolah jika tidak terjadi hubungan sosial yang akrab oleh sekolah terhadap komunitasnya, yakni murid, staf, masyarakat sekitar, dan orang tua murid. Faktor-faktor bullying antara lain disebabkan sebagai berikut:30

a. Perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, jender, etnisitas/rasisme. b. Senioritas, sebagai salah satu perilaku bullying, seringkali pula justru

diperluas oleh siswa sendiri sebagai kejadian yang bersifat laten. Keinginan mereka untuk melanjutkan masalah senioritas adalah untuk hiburan,

28

Olweus, D, Bullying at School, What We Know and What We Can Do (Oxford: Blackwell, 1993)

29

Nanang, M, Kekerasan Simbolik di Sekolah (Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre Bourdieu), PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 2012), h.102

30

Sullivan, dkk, Bullying in Secondary Schools: What is Looks Like and How to Manage it


(38)

penyaluran dendam, iri hati, atau mencari popularitas, melanjutkan tradisi atau untuk menunjukkan kekuasaan.

c. Keluarga yang tidak rukun.

d. Situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif. e. Karakter individu/ kelompok, seperti:

1. Dendam atau iri hati

2. Adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual; dan

3. Untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan teman sepermainan (peer group)-nya.

4. Pemahaman nilai yang salah atas perilaku korban.

3. Bentuk-bentuk Bullying

Perilaku bullying yang merupakan bentuk dari tindakan agresivitas yang membuat korban merasa tidak nyaman dan terluka, baik secara fisik maupun psikologis, seperti telah dikatakan oleh para ahli di atas, maka terdapat jenis-jenis dari perilaku bullying tersebut diantaranya, bullying dibagi dalam 2 bentuk:31

a. Fisik

Contohnya adalah menggigit, menarik rambut, memukul, menendang, mengunci, dan mengintimidasi korban di ruangan atau dengan mengitari, memelintir, menonjok, mendorong, mencakar, meludahi, mengancam, dan

31

Sullivan, dkk, Bullying in Secondary Schools: What is Looks Like and How to Manage it


(39)

merusak kepemilikan (property) korban, penggunaan senjata dan perbuatan kriminal.

b. Non - Fisik: Terbagi dalam bentuk verbal dan non-verbal

Verbal: Contohnya, panggilan telepon yang meledek, pemalakan, pemerasan, mengancam, atau intimidasi, menghasut, berkata jorok pada korban, berkata menekan, menyebarluaskan kejelekan korban. Non-Verbal: terbagi menjadi langsung dan tidak langsung:

1. Tidak Langsung:

Diantaranya adalah manipulasi pertemanan, mengasingkan, tidak mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut, curang, dan sembunyi-sembunyi.

2. Langsung:

Contohnya gerakan (tangan, kaki, atau anggota badan lain) kasar atau mengancam, menatap, muka mengancam, menggeram, hentakan, mengancam, atau menakuti.

Berdasarkan penjelasan di atas, jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk

bullying terbagi manjadi dua, yaitu fisik dan non fisik. Fisik seperti memukul dan menendang, sedangkan non-fisik terbagi menjadi dua, yaitu verbal seperti mengancam atau mengintimidasi, dan non-verbal seperti menghasut dan menakuti.


(40)

4. Ciri perilaku Bullying

Pelaku bullying mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:32

1. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa di sekolah; 2. Menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah/di sekitarnya;

3. Merupakan tokoh popular di sekolah;

4. Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai: sering berjalan di depan, sengaja menabrak, berkata kasar, menyepelekan/melecehkan.

Sedangkan, ciri-ciri korban yang mengalami bullying antara lain: 1. Pemalu/ pendiam/ penyendiri;

2. Bodoh/ Dungu;

3. Mendadak menjadi penyendiri/pendiam;

4. Sering tidak masuk sekolah dengan alasan tak jelas;

5. Berperilaku aneh atau tidak biasa (takut/ marah tanpa sebab, mencoret-coret, dsb).

Berdasarkan pemaparan di atas, dijelaskan ciri-ciri pelaku bullying dan korban bullying. Ciri pelaku bullying diantaranya ialah hidup berkelompok, berkuasa, tokoh popular di sekolah, sedangkan cirri-ciri korban bullying ialah pemalu, pendiam, bodoh, sering tidak masuk sekolah karena alasan yang tidak jelas dan berperilaku yang aneh (tidak biasa).

32

Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak, (Jakarta: Grasindo, 2008)


(41)

5. Karakterisitik Bullying

Berdasarkan hasil penelitian para ahli, antara lain oleh Rigby, bullying

yang banyak dilakukan di sekolah umumnya mempunyai tiga karakteristik yang terintegrasi sebagai berikut:33

1. Ada perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korbannya.

2. Tindakan itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga menimbulkan perasaan tertekan korban.

3. Perilaku itu dilakukan secara berulang atau terus-menerus.

Beberapa sumber psikologis yang mendasari munculnya perilaku bullying. Sumber-sumber psikologis tersebut adalah:34

a. Para pelaku bullying mempunyai keinginan yang kuat untuk kekuasaan dan dominasi. Mereka terlihat sangat menikmati dalam mengontrol orang lain dan adanya keinginan untuk memiliki orang lain dalam maksud yang tidak baik.

b. Bagaimana para pelaku bullying ini dibesarkan di lingkungan keluarganya. Pelaku bullying dibesarkan di dalam keluarga yang authoritarian dengan tingkat kepaduan yang rendah dan menunjukkan sikap bermusuhan. Orangtua menganggap bahwa pendapat orangtua lah yang benar dan tidak menghargai pendapat anak. Hukuman fisik pun

33

Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak, (Jakarta: Grasindo, 2008)

34

Olweus, D, Bullying at School, What We Know and What We Can Do (Oxford: Blackwell, 1993)


(42)

sering dilakukan untuk menghukum anak mereka. Dengan demikian, adalah hal yang wajar untuk berasumsi bahwa para pelaku bullying

tersebut telah mengembangkan sikap bermusuhan terhadap lingkungan mereka sendiri, seperti perasaan yang dapat membuat mereka merasa senang atau puas ketika telah membuat seseorang terluka dan menderita. c. Adanya komponen keuntungan atas perilaku mereka.

Para pelaku bullying terkadang suka memanfaatkan korban bullying untuk memberikan mereka rokok, uang, bir, atau sesuatu yang berharga atau ada harganya untuk para pelaku bullying. Dapat disimpulkan bahwa bullying

merupakan perilaku yang mengandung komponen anti sosial dan perilaku yang suka melanggar aturan. Hal itu dapat menyebabkan remaja yang berperilaku agresif dan suka melakukan bullying terhadap orang lain mempunyai kesempatan menjadi seseorang yang selalu dipenuhi dengan masalah-masalah seperti kriminalitas dan alkoholik (pecandu minuman keras).

Dari berbagai teori yang dipaparkan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa bullying adalah suatu tindakan agresi yang dapat terjadi karena adanya hasrat untuk menyakiti atau perilaku merugikan, selain itu adanya kekuatan atau power yang tidak seimbang serta adanya pengulangan dalam melakukan bullying

hingga perilaku seperti ini terus terjadi karena adanya kenikmatan yang didapatkan oleh pelaku bullying dengan melakukan tindakan agresif dan penindasan terhadap korbannya. Selain itu, dalam segi faktor penyebab perilaku bullying di lingkungan


(43)

SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan di antaranya adalah lingkungan keluarga yang tidak rukun, senioritas serta rasa dendam yang di alami oleh korban bullying.

Sikap perilaku bullying bergantung dengan bagaimana mereka dibesarkan di lingkungan keluarganya. Seseorang yang dibesarkan didalam lingkungan keluarga yang menerapkan sistem hukuman akan membuat seseorang terbiasa dengan perasaan yang membuat mereka merasa senang atau puas ketika telah membuat seseorang terluka dan menderita, sehingga membuat seseorang menyalahgunakan kekuasaan saat ia berada dalam kelas yang dominan.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah salah satu tahap perkembangan manusia, kata remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin yaitu “adolescare” yang artinya tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa. Remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dimulai dengan adanya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun atau menjelang dewasa muda.35Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-20 tahun.36 Berikut beberapa definisi remaja, yaitu:

a. Menurut UU No. 1 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

35 Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, (Jakarta: Sagung Seto, 2004) 36


(44)

b. Menurut UU perburuhan tahun 1997, anak dianggap remaja apabila mencapai usia 15-18 tahun.

c. Menurut UU perkawinan No. 1 tahun 1979, seorang anak dianggap remaja apabila sudah cukup matang, usia 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki.

Jadi dari beberapa pengertian remaja di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah salah satu tahap perkembangan manusia, berupa masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa dimulai pada usia 10-22 tahun dan belum menikah.

Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan anak terdapat pada UU No. 35 tahun 2014 yang berisi bahwa setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak, dengan hukuman bagi yang melanggar akan di pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan atau denda paling banyak Rp. 72.000.000

Selain itu, undang-undang tentang perilaku bullying jika terjadi di lingkungan pendidikan terdapat pada UU No. 35 Tahun 2014 pada pasal 54 yang isinya adalah “anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik ataupun pihak lain.


(45)

2. Tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja, yatu:37

a. Remaja awal (early adolescence)

Remaja awal ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Dan pada saat ini mereka mulai menyukai lawan jenis dan menjadi lebih mudah terangsang.Mereka memiliki kepekaan yang berlebihan terhadap lawan jenis.

b. Remaja madya (middle adolescence)

Remaja pada tahapan ini membutuhkan banyak teman-teman sehingga mereka akan merasa senang apabila punya banyak teman dan diterima oleh teman-temannya, selain itu remaja ini mempunyai kecenderungan narsistik, yaitu menyukai diri sendiri dan orang-orang yang sama dengan dirinya. Pada masa ini terjadi kebingungan seperti memilih mana yang peka atau tidak peduli, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria juga sudah harus membebaskan dari oedipus complex

(perasaan cinta pada ibu sendiri seperti pada masa anak-anak) dengan cara mempererat hubungan dengan teman-temannya.

c. Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yaitu ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:

37


(46)

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (memusatkan perhatian pada diri sendiri) menjadi keseimbangan antara kepentingan sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuhnya “dinding” yang menjadi pemisah diri pribadinya dan masyarakat umum.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Remaja

Masa remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, pertumbuhan dan perkembangan itu adalah biologis, kognitif, dan sosio-emosional.38

a. Pertumbuhan Biologis

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat prgresif dan kontinu dan berlangsung dalam periode tertentu. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif dan berkisar hanya pada aspek fisik individu (Ali, 2010).Perubahan yang pesat di masa remaja juga biasa disebut dengan masa puberitas.Puberitas adalah sebuah periode dimana kematangan fisik begitu pesat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung di masa remaja awal.Hormon adalah zat kimia yang

38


(47)

kuat yang diciptakan oleh kelenjar edokrin dan dibawa keseluruh tubuh melalui aliran darah.39

Pesatnya perubahan akan menyebabkan kejutan pada remaja, sebagai contoh pakaian yang dimiliki oleh remaja sering kali tidak dapat digunakan lagi, dan harus membeli lagi baju baru. Pada remaja putri ada perasaan seolah-olah belum dapat menerima kenyataan bahwa tanpa dibayangkan sebelumnya payudaranya membesar.Oleh sebab itu sering kali gerak-gerik remaja menjadi canggung dan tidak bebas, gangguan yang terjadi karena pesatnya pertumbuhan fisik seperti ini biasa disebut dengan gangguan regulasi.40

Pertumbuhan fisik meliputi dua hal, yakni internal dan eksternal. Perubahan internal contohnya perubahan pada pencernaan makanan, bertambah besarnya berat dan ukuran jantung dan paru-paru, dan bertambah sempurnanya kelenjar endokrin atau kelamin dan seluruh bagian tubuh.Sedangkan perubahan eksternal contohnya bertambahnya tinggi badan, bertambah lingkar tubuh, ukuran dan panjang lingkar tubuh, ukuran seks, munculnya tanda-tanda kelamin sekunder.41

Selain itu ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik: a. Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, yaitu:

39

Santrock, John W. Remaja jilid 2 ed.11 (Jakarta: Erlangga, 2007)

40

Ali, Zaidin. Pengantar keperawatan keluarga, (Jakarta: EGC, 2010)

41Ibid


(48)

1) Sifat jasmaniah yang diwariskan oleh orangtua nya

Anak yang orangtua nya bertubuh tinggi cenderung lebih lekas menjadi tinggi daripada anak dengan orang tuanya yang bertubuh pendek, dalam hal ini dapat dikatakan juga faktor genetik.

2) Kematangan

Faktor kematangan mempengaruhi pertumbuhan fisik, sebagai contoh anak yang berumur tiga bulan walaupun diberikan makanan bergizi supaya menunjang otot kakinya agar dapat berjalan, tidak mungkin berhasil jika usianya sebelum lebih dari sepuluh bulan. b. Faktor Eksternal

1) Kesehatan

Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terhambat.

2) Makanan

Makanan yang bergizi akan membuat anak tumbuh dengan pesat dibandingkan anak yang tidak mendapatkan makanan bergizi. 3) Stimulasi Lingkungan

Individu yang tubuhnya sering dilatih oleh lingkungannya untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya, akan berbeda dengan yang tidak mendapatkan latihan.42 Oleh karena adanya faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan individu,

42


(49)

maka akan menyebabkan pertumbuhan fisik bervariasi setiap orangnya.

b. Perubahan Kognitif

Kemampuan pemikiran remaja yang sedang berkembang, membuat cakrawala kognitif yang baru.Pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan idealis dan lebih cenderung memantau dunia sosial. Remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan suatu bentuk adaptasi biologis. Remaja secara aktif mengkonstruksi dunia kognitifnya sendiri, mereka juga melibatkan gagasan-gagasan baru karena informasi ini dapat meningkatkan pemahaman mereka.43

Tahap perkembangan kognitif dibagi menjadi empat yaitu sensorimotor, pra-operasional motor, operasi konkret, dan operasi formal. Setiap tahap yang tergantung pada usia ini memiliki cara berfikir yang berbeda, sedangkan remaja sendiri termasuk kedalam tahap operasional formal, yaitu remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis, dan logis.

c. Perubahan Emosional

Definisi emosional menurut Chaplin adalah suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang sifatnya mendalam dari perubahan perilaku. Sedangkan perubahan sosio-emosional adalah perubahan relasi individu dengan orang lain, emosi, kepribadian dan konteks sosial.44

43

Ali, Zaidin. Pengantar keperawatan keluarga, (Jakarta: EGC, 2010)

44 Ibid,


(50)

Dalam hal ini emosi memiliki peranan penting dalam tingkah laku individu termasuk dalam masalah sosial ini saling berkaitan.Daniel Goleman mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola pikir maupun tingkah laku individu.Adapun ciri utama pikiran emosional tersebut adalah respon yang cepat tetapi ceroboh, mendahulukan perasaan kemudian pemikiran, memperlakukan realitas sebagai realitas simbolik, masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang, realitas yang ditentukan oleh keadaan.45

Remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar sedangkan pengendalian diri belum sempurna.Selain itu perkembangan emosi remaja juga dipengaruhi bebrapa faktor, yaitu perubahan jasmani, perubahan pola interaksi dengan orang tua, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan pandangan luar, perubahan interaksi dengan sekolah. Dengan perbedaan faktor-faktor tersebut perkembangan emosi remaja sangat dimungkinkan berbeda satu sama lain.

d. Perubahan Sosial

Perkembangan sosial terjadi karena adanya hubungan sosial yang berubah karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya. Hubungan sosial ini berawal dari rumah yang kemudian dilanjutkan di sekolah dan dilanjutkan lagi ketempat yang lebih luas yaitu pergaulan teman sebaya. Pergaulan adalah juga sesuatu untuk memperkembangkan aspek sosial anak. Seorang anak membutuhkan anak

45


(51)

lain atau kelompok yang kira-kira sebaya. Melalui hubungan dengan lingkungan sosialnya, anak sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung terpengaruh kepribadiannya.46

Ada karakteristik yang unik dari perkembangan sosial remaja, yaitu berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan untuk bergaul, adanya upaya untuk memilih nilai-nilai sosial, meningkatnya kesadaran akan lawan jenis, dan mulai tampak kecenderungan mereka untuk memilih karier tertentu. Akan tetapi perkembangan sosial setiap remaja tentu saja tidak akan sama karena dipengaruhi oleh keluarga, sekolah dan masyarakat.47

4. Kenakalan Remaja

a. Pengertian kenakalan Remaja:

Kenakalan remaja atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Juvenile delinquency, merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial yang berakibat mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.48 Menurut Santrock, kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.49 Sedangkan menurut Sudarsono, kenakalan remaja adalah perbuatan/

46

Gunarsa, Singgih D. Dari Anak Sampai Usia Lanjut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004)

47

Ali, Zaidin. Pengantar keperawatan keluarga, (Jakarta: EGC, 2010)

48

Kartono, Kartini, Patologi Sosial, (Jakarta: CV, Rajawali, 1997)

49


(52)

kejahatan/ pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama.50

Jadi, kenakalan remaja adalah segala sesuatu perilaku remaja yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang sampai pada tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja. Adapun kenakalan remaja yang sering terjadi di sekolah dalah perilaku bullying.

b. Jenis-jenis kenakalan remaja

Kenakalan remaja terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:

a) Kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain. Seperti: perkelahian, pembunuhan, perampokan, dan lain-lain.

b) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pemerasan, dan lain-lain.

c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain. Seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat, dan lain-lain.

d) Kenakalan yang melawan status, seperti: mengingkari status sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah, dan lain-lain.51

50

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012)

51


(53)

BAB III

PROFIL LEMBAGA A. Profil SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan

1. Sejarah SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan

Perjalanan panjang yang telah dilalui bagi Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar atau biasa juga disebut YPI, merupakan perjuangan yang sangat berarti.Apalagi kehadirannya telah banyak memberi manfaat yang dapat dirasakan oleh Ummat dan Bangsa.Masyarakat Indonesia telah mengenal Al-Azhar, melalui Masjidnya yang Agung, Sekolahnya yang prestisius, dan kitab Tafsir Al-Azhar yang telah berulang kali dicetak di dalam maupun di luar negeri.Namun masih sedikit yang mengetahui sosok Al-Azhar di usianya yang mencapai setengah abad lebih sejak berdirinya tanggal 7 April 1952 secara utuh.Mulai dari usaha untuk mendapatkan tanah yang strategis di daerah strategis, hingga berbagai upaya untuk memakmurkannya.

YPI Al-Azhar, semula merupakan suatu yayasan yang dibentuk dalam rangka menerima dana sosial dari pemerintah untuk pembangunan tempat ibadah bagi ummat Islam. Hal ini mendapat respon positif dan dibicarakan oleh kurang lebih 14 tokoh Muslim dari berbagai kalangan, di kantor Masyumi, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dalam Pertemuan itu disepakati untuk membentuk Yayasan yang diberi nama Yayasan Pesantren Islam. Hasil kesepakatan itu, pada hari Senin, tepatnya 7 April 1952, oleh Soedirdjo, Tan In Hok dan Ghozali Sjahlan dibawa ke notaris Raden Kediman, serta dicatat


(54)

dalam akte notaris nomor 25 yang kemudian atas bantuan Walikota Jakarta Raya, Sjamsuridjal di temukanlah tempat ideal berlokasi di kota Satelit Kebayoran.

Setelah 6 tahun kegiatan Yayasan terfokus pada pembangunan fisik Masjid, maka sejak tahun 1958 Prof. Dr. Buya Hamka sebagai imam memulai kegiatan Pembinaan ummat melalui peribadatan dan dakwah. Pada Februari 1961, Syaikh Al-Azhar Dr. Mahmud Syalthouth memberi nama "Al-Azhar" kepada Masjid Agung Kebayoran yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung Al-Azhar.

SMA Islam Al-Azhar 2 berdiri sejak tanggal 16 Juli 1990 menempati lokasi di Jalan Siaga Raya Pejaten Barat, Pasar Minggu - Jakarta Selatan dan berada di bawah naungan YPI Al-Azhar.

Dengan lokasi yang strategis, tenang dan nyaman, SMA Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan memungkinkan murid untuk belajar dengan landasan perpaduan antara IPTEK dan IMTAQ. Dengan tenaga pengajar yang handal dan berdedikasi tinggi, SMA Islam Al-Azhar 2 siap menjawab tantangan globalisasi, siap melangkah ke masa depan.

2. Latar Belakang Berdirinya SMA AL AZHAR 2 PEJATEN Jakarta Selatan

SMA Islam Al Azhar atau lebih dikenal dengan sebutan ALPEN, akronim dari kata Al Azhar Pejaten, adalah sala satu sekolah yang secara langsung dibawah naungan YPI Al Azhar setelah kampus utamanya di Jalan


(55)

Sisingamangraja Kebayoran Baru. Sebagai lembga pendidikan tingkat atas, SMA Islam Al Azhar bertekad memenuhi harapan umat menjadi sekolah yang berkualitas, bik di bidang IPTEK maupun IMTAK.

Karena besarnya animo masyarakat terhadap pendidikan yang bermisi keislaman dan sesuai dengan program Yayasan Pesantren Islam Al Azhar serta tuntutan umat agama agar Al Azhar segera membuka sekolah baru setingkat SMA, maka didirikanlah SMA Islam Al Azhar 2 Pejaten Jakarta pada tanggal 01 Juli 1990 dengan izin operasional Depdikbud N0. 705p/101 A1/I/91.

Tujuan SMA Islam Al Azhar adalah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan di Yayasan Pesantren Islam Al Azhar. Dan secara khusus berusaha memiliki keunggulan dalam hal:

a. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. b. Nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.

c. Wawasan IPTAK dan Imtak yang mendalam dan luas. d. Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi. e. Kepekaan sosial, budaya dan kepemimpinan.

f. Disiplin dan tanggung jawab yang tinggi.

Latar belakang pertimbangan atau alasan pendirian SMA Islam Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan diantaranya adalah:

1. Dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan program belajar untuk mencerdaskan bangsa.


(56)

2. Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang bertumpu pada ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), keimanan dan taqwa (imtaq) serta berakhlakul karimah. 3. Untuk memberikan pendidikan yang berkesinambungan di Yayasan

Pesantren Islam Al Azhar dari jenjang Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.

4. Mewujudkan Visi dan Misi Yayasan Pesantren Islam Al Azhar. 5. Adanya warga yang memberikan wakaf tanah.

3. VISI dan MISI SMA Al Azhar 2 Pejaten 1. VISI

“Cerdas, Berprestasi, dan Berakhlak Mulia” 2. MISI

a. Membentuk prbadi muslim yang berakhlak mulia.

b. Mewujudkan proses kegiatan belajar mengajar yang interaktif, inisiatif dan inovatif.

c. Menumbuh kembangkan kreatifitas murid sesuai dengan talenta, minat dan bakat yang dimiliki peserta didik.

d. Menumbuh kembangkan jiwa kepemimpinan yang berkarakter.

e. Mewujudkan profesionalisme dan manajemen sekolah yang berbasis pada teknologi informasi.


(57)

Rincian Program Pembinaan Murid a. Bidang Agama

Jumlah jam mata pelajaran agama secara keseluruhan berjumlah 7 jam, penyisipan jiwa agama pada setiap mata pelajaran dengan mengintegrasi bidang Imtaq dan Iptek, Pesantren Alam (SALAM) Al Azhar di Diklat Cigombong. Ikrar, do‟a dan tadarus Al Qur‟an, hapalan Al Qur‟an, Sholat dzuhur dan sholat jum‟at berjama‟ah.

b. Bidang Ketertiban Sekolah 1. Memasyarakatkan tata tertib 2. Menegakan disiplin sekolah 3. Operasi wijaya kusuma

4. Penyuluhan bahaya narkoba dan sex education

5. Penyuluhan sebab dan akibat bullying at school

6. Pemeriksaan tes kesehatan dan narkoba 7. Patroli sekitar lingkungan sekolah c. Bidang Bimbingan Konseling

Bimbingan pribadi, Bimbingan social, Bimbingan belajar, Bimbingan karier, Layanan orientasi, Layanan informasi, Layanan penempatan dan penyaluran, Layanan pembelajaran, Layanan konseling perorangan dan kelompok, Layanan bimbingan kelompok, Informasi PT dan SNMPTN, diadakan penyuluhan bahaya narkoba, bullying dan sex education,


(58)

4. Struktur Organisasi SMA Islam Al Azhar 2

Sumber: Guru Bimbingan dan Konseling SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

KEPALA SEKOLAH

Abdullah, M. Si

WAKIL KEPALA SEKOLAH

Drs. Bukhori Muslim

JAM‟IYYAH

Iin Yuniarti

TATA USAHA/ BENDAHARA

Windu Restina

KORBID AGAMA

Abdul Hafiz, M. Pdi

KORBID KURIKULUM

Abu Hurairah, S. Ag

KORBID KEMURIDAN

Hanan Munthaha, S. Ag

KORBID TANSEK

Drs. Ismanto

KORBID TU & SARPAS

Abdul Haris

KORBID KESRA

Drs. Marjuned Harun

WALI KELAS DEWAN GURU BK


(59)

B. Prosedur Kerja Bimbingan Konseling 1. Perencanaan Program Bimbingan Murid

a. Setiap awal tahun ajaran baru, koordinator BK (Bimbingan dan Konseling) membuat rencana program Bimbingan Konseling Tahunan yang selanjutnya diajukan kepada kepala sekolah untuk mendapatkan persetujuan.

b. Program layanan bimbingan dan konseling yang telah disetujui dan di sahkan kepala sekolah akan menjadi program kerja tahunan Bimbingan dan Konseling.

c. Berdasarkan program kerja tahunan, koordinator BK membuat jadwal kegiatan layanan bimbingan dan konseling per-semester. Serta membuat silabus pelayanan bimbingan dan konseling.

d. Bimbingan yang disediakan terhadap murid adalah sebagai berikut: - Bimbingan Pribadi

- Bimbingan Sosial - Bimbingan Karier - Bimbingan Belajar

e. Berdasarkan layanan bimbingan yang tersedia, Koordinator BK menyusun personel BK yang terdiri dari guru Pembimbing serta pembagian tugas (sesuia SK Kepala Sekolah) yang dituangkan dalam:

- Jadwal tatap muka dengan murid (sesuai dengan jadwal BK yang diberikan


(60)

- Daftar Layanan Binaan BK

2. Pengidentifiksian Keadaan dan Masalah Murid

a. Dalam mengidentifikasi permasalahan dikalangan murid, guru BK melakukan kegiatan layanan bimbingan dan konseling dengan menggunakan “Buku Catatan Pribadi Murid”.

b. Untuk melengkapi data keperluan konseling, guru BK berkoordinasi dengan wali kelas, bagian kemuridan, ketahanan sekolah (TanSe), Security, kurikulum dan Kepala Tata Usaha, (TU) untuk memperoleh data sebagai berikut:

- Data kejadian pelanggaran tata tertib murid. - Data nilai harian dan semester

- Data informasi murid secara menyeluruh.

Data tersebut akan disimpan kedalam buku Catatan Pribadi Murid. 3. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

a. Berdasarkan data hasil identifikasi keadaan dan atau masalah murid, guru BK memanggil murid yang mendapat prioritas untuk dikonseling dan mencatat hasilnya di buku catatan pribadi murid.

b. Semua data yang diperoleh dari wali kelas, bidang kemuridan, bidang tanse, laporan guru akan dicatat dalam buku catatan pribadi murid dan akan menjadi bahan konseling jika diperlukan.

c. Layanan bimbingan juga bersifat insidentil atas kemauan murid yang bermasalah, baik masalah pribadi, belajar, sosial, karier, keluarga, ekonomi, kesehatan dan masalah lainnya.


(61)

d. Untuk bimbingan karir, guru bimbingan dan konseling (BK) memberikan informasi tentang dunia karir sesuai dengan spesifikasi mata pelajaran. e. Jika hasil konseling membutuhkan keterlibatan orangtua, maka guru BK

mengajukan undangan untuk orangtua dengan berkoordinasi dengan wali kelas, dan undangan ditandatangani oleh pimpinan sekolah.

f. Setiap murid ataupun orang tua yang hadir dan melakukan konseling atau bimbingan di ruang BK (Bimbingan dan Konseling) atau di sekolah, wajib menandatangani form kehadiran konsultasi yang disediakan guru BK.

g. Jika orangtua berhalangan untuk hadir dan atau guru BK membutuhkan data tambahan, atau atas rekomendasi wali kelas untuk melakukan kunjungan rumah (home visit) maka guru BK bersama wali kelas melakukan kunjungan rumah dengan membawa buku catatan pribadi murid dan membawa surat dari sekolah yang ditandangani oleh pimpinan sekolah dan pihak yang dikunjungi.

h. Untuk murid-murid yang membutuhkan penanganan khusu di bidang peningkatan akademik, akan dipantau melalui layanan khusus dengan menggunakan form evaluasi dan rencana belajar.

i. Untuk penyelesaian masalah yang terkait dengan Bidang Ketahanan Sekolah (TanSe) dan membutuhkan pendapat atau perhatian guru dan pihak lain yang terkait, maka diadakan konferensi kasus yang laporannya tertuang dalam form dan melampirkan data kehadiran peserta konferensi kasus.

j. Sekiranya masalah murid memerlukan penanganan khusus seperti dari dokter, psikolog, psikiater, dan atau kepolisian maka murid dialihtangankan


(62)

(referal) kepada yang berwenang di antara tersebut diatas dengan persetujuan murid yang bersangkutan, orang tua, dan pimpinan sekolah (form terlampir di buku catatan pribadi murid).

4. Evaluasi

a. Layanan bimbingan dan konseling perlu di nilai untuk mengetahui efektifitas layanan dan dampak positif yang diperoleh murid.

b. Fokus penilaian hasil layanan adalah diperolehnya pemahaman baru, berkembangnya perasaan positif dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan paska layanan demi terentasnya masalah.

c. Jika dalam evaluasi ini ditemukan hal-hal yang tidak sejalan dan belum berhasil, maka dilakukan tindak lanjut dengan alternatif treatmen yang lain. 5. Pelaporan

Sebagai bukti fisik kegiatan pelaksaan layanan bimbingan dan konseling, guru BK menuangkan laporannya kepada wali kelas dan pimpinan sekolah dalam bentuk:

a. Agenda harian kegiatan yang dilaporkan setiap awal bulan.

b. Laporan layanan konseling individu yang dilaporkan setiap awal bulan. c. Laporan layanan konseling kelompok yang dilaporkan setiap awal bulan.

C. MEKANISME PENANGANAN MURID BERMASALAH

a. Murid bermasalah di bidang akademik, ditangani oleh guru yang bersangkutan, wali kelas dan bimbingan konseling. Jika masalah sangat berat atau parah maka di referal ke tenaga ahli.


(63)

b. Murid bermasalah di bidang sikap atau perilaku: Ringan

- Ditangani oleh guru yang bersangkutan.

- Jika berulang sampai 3 kali, dilaporkan ke wali kelas. - Berulang sampai 5 kali, ditangani wali kelas dan BK.

- Berulang sampai lebih dari 7 kali, ditangani wali kelas, BK, dan Tansek. - Berulang sampai lebih dari 10 kali, di referal ke tenaga ahli.

Sedang

- Ditangani oleh guru yang bersangkutan dan kerjasama dengan wali kelas

- Jika berulang, ditangani oleh guru, wali kelas, Tanse, dan BK. - Jika berulang sampai 4 kali, dilakukan konferensi kasus. - Referal ke tenaga ahli.

Berat

Ditangani oleh guru yang yang bersangkutan, wali kelas, BK dan Tansek jika diperlukan ditangani melalui konferensi kasus.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)