32 Koridor Jalan Ahmad Yani juga merupakan kawasan dengan fungsi
campuran dengan intesitas bangunan yang cukup rapat dan memiliki karakteristik campuran didalamnya bangunan lamabersejarah dan bangunan baru. Yang bisa
dilihat bahwa koridor jalan ini memiliki Garis Sempadan Bangunan GSB yang berhimpit. Kemudian bisa dilihat juga dari bangunan yang didirikan merupakan
bangunan rumah toko ruko yang difungsikan sebagai toko atau tempat usaha pada lantai dasar dan menjadi tempat tinggal pada lantai atasnya. Hal ini
menunjukkan adanya konsep efisiensi lahan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda.
4.3 Gambaran Objek Penelitian
Adapun objek penelitian yang dimaksud disini yaitu tiga bentuk ruko di koridor Jalan Ahmad Yani yang pada awalnya memiliki arcade di depan
bangunannya dan ruko-ruko tersebut dianggap dapat mewakili permasalahan arcade yang muncul di koridor ini Namun seiring perkembangan zaman, arcade
tersebut ada yang masih bertahan, ada yang mengalami perubahan bahkan ada yang dihilangkan.
4.3.1 Ruko Pertama
Studi kasus pertama dilakukan pada ruko yang belum banyak mengalami perubahan fisik, tepatnya ruko ini berada di sebelah Restoran Tip Top. Ruko ini
dijadikan sebagai acuan ruko yang masih memiliki arcade lihat Gambar 4.5. Arcade yang muncul sebagai bagian dari ruko ini berfungsi sebagai jalur pejalan
kaki, masih layak digunakan sampai saat ini dan masih kokoh dan bertahan karena
Universitas Sumatera Utara
33 menggunakan dinding batubata. Arcade tersebut juga masih digunakan oleh
pejalan kaki untuk menelusuri deretan ruko di koridor jalan ini.
Ruko ini dibangun sekitar pada tahun 1910-an. Karakteristik ruko ini hampir mirip seperti yang ditemukan di Penang, Malaka dan Singapura. Dan
berdasarkan bentuk fasadenya pada awalnya ruko ini merupakan satu unit kesatuan. Namun saat ini, ruko tersebut dimiliki oleh dua pemilik yang berbeda
dan sudah tidak difungsikan lagi, tapi ruko ini masih asli, masih menampilkan langgam bangunan yang unik dan yang terpenting masih memiliki arcade sebagai
ruang pejalan kaki di bagian depan bangunannya.
Gambar 4.6 Arcade sebagai jalur pejalan kaki Sumber : www.tropenmuseum.com
Gambar 4.7 Arcade sebagai tempat memajang barang dagangan Sumber : www.tropenmuseum.com
Gambar 4.5 Ruko di sebelah Restoran TipTop Sumber : Observasi Lapngan
Universitas Sumatera Utara
34 Selain digunakan sebagai ruang untuk pejalan kaki, arcade juga digunakan
sebagai tempat untuk memajang barang dagangan pada masa kolonial lihat Gmbar 5.1 dan 5.2. Keberadaan arcade tersebut juga memberikan ruang yang
teduh bagi pejalan kaki. Arcade yang terdapat pada ruko ini memiliki lebar sekitar 1,5-2m.
Arcade yang terdapat pada kawasnan ini mencerminkan bangunan yang merupakan peninggalan kolonial belanda, hal ini ditandai dengan pemakaian
kolom- kolom yang besar disepanjang arcade. Ruko ini juga sudah tidak terawat lagi karena sudah tidak dihuni oleh pemiliknya lagi. Suasana teduh dari sinar
matahari bagi pejalan kaki juga bisa dijumpai pada pagi hari pukul 7 sd 10 dan pada sore hari pukul 15 sd 17 Wawancara, 2014.
Adapun penyebab munculnya keberadaan arcade bisa dilihat dari beberapa faktor yaitu diantaranya seperti yakni adanya kebutuhan akan ruang pejalan kaki
di kawasan komersial dengan kondisi iklim yang ada di kawasan ini. Kota Medan memiliki
iklim yang
tropis, sementara
masyarakat yang
menjadi penggunapengunjung kawasan komersial biasanya menelusuri deretan pertokoan
dengan berjalan kaki maka mereka membutuhkan fasilitas ruang untuk pejalan kaki yang nyaman dan aman.
Sehingga pada masa kolonial, muncul arcade sebagai penyelesaian permasalahan yang ada pada kawasan komersial yang sarat akan ruko-ruko yang
berderet dengan iklim kota Medan yang tropis Arcade merupakan ruang pejalan kaki yang beratap yang dapat melindungi pejalan kaki dari sinar matahari dan
curah hujan sekaligus memberi kesan teduh untuk ruang pejalan kaki.
Universitas Sumatera Utara
35 Kemudian faktor lainnya yakni kondisi lingkungan di koridor Jalan
Ahmad Yani yang masih bebas polusi udara pada masa kolonial menyebabkan masyarakat masih leluasa berjalan kaki dengan nyaman. Hal ini dikarenakan pada
masa kolonial kapasitas kendaraan di kota Medan masih sedikit dan sederhana seperti sado maupun sepeda lihat Gambar 4.8. Belum banyaknya kendaraan
pada masa kolonial menyebabkan masih sedikitnya polusi udara akibat asap kendaraan bermotor sehingga masyarakat masih nyaman berjalan kaki di arcade
yang telah disediakan di depan ruko sepanjang koridor jalan ini. Dan yang terakhir, faktor lainnya yakni pada masa kolonial hanya tersedia
pasar tradisional dan pertokoan-pertokoan yang berderet di pinggir jalan yang menjadi pusat kegiatan komersial. Masyarakat masih belum mengenal pusat
perbelanjaan besar seperti yang kita kenal sekarang seperti mallsupermarket. Jadi pengaruh gaya hidup yang muncul pada saat itu dapat disebabkan oleh belum
Gambar 4.8 Suasana Kendaraan di Koridor Jalan Ahmad Yani tahun 1889 Sumber : www.driwancybermuseum.com
Universitas Sumatera Utara
36 tersedianya pusat perbelanjaan yang modern seperti mall yang menyebabkan
masyarakat masih terbiasa berbelanja di pertokoan yang berderet yang
menyediakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. 4.3.2 Ruko Kedua
Studi kasus kedua yaitu pada ruko yang fasade bangunannya sudah berubah secara keseluruhan tapi masih memiliki arcade pada bagian depan
bangunannya. Ruko ini telah beralihfungsi menjadi kantor Harian Analisa lihat Gambar 4.9. Namun setelah beralihfungsi, bangunan ini masih mencirikan
karakteristik yang hampir sama seperti bangunan ruko yang sebelumnya. Desain bangunan yang tetap memiliki arcade menjadi salah satu ciri arsitektur bangunan
baru tersebut. Arcade yang berada di depan bangunan ini juga masih berfungsi sebagai jalur pejalan kaki walaupun bentuknya sudah berubah dari bentuk arcade
yang dibangun pada masa kolonial sebelumnya.
Gambar 4.9 Kantor Harian Analisa Sumber : Observasi Lapangan
Universitas Sumatera Utara
37 Arcade yang didesain ulang pada bangunan ini masih menggunakan
material yang sama dengan arcade yang dibangun pada ruko masa kolonial, yakni terbuat dari dinding batubata. Meskipun material dan fungsinya juga masih sama,
tapi bentuk arcade itu sendiri mengalami sedikit perubahan pada bangunan ruko tersebut. Perubahannya yakni pada bagian kolom arcade sebelumnya tidak
terdapat pahatan relief seperti kolom arcade pada bangunan baru tersebut. Desain kolom arcade pada bangunan ruko yang lama terlihat lebih sederhana
dibandingkan kolom arcade yang dibangun setelah bangunan beralihfungsi menjadi kantor.
4.3.3 Ruko Ketiga