9 tujuan misi kultural bagi masyarakat, oleh Parson dan Shills dalam Loebis,
2002.
2.1.4.2 Kebutuhan Budaya
Kebutuhan budaya tidak hanya merupakan kebutuhan fisik atau kebutuhan biologi yang diajukan oleh Malinowski dan Mallmann dalam Loebis,
2002 tetapi juga keinginan, kebutuhan-kebutuhan sosial yang dinyatakan oleh Radcliffe Brown dalam Loebis, 2002. Kebutuhan budaya adalah rangkaian
interaksi dinamis material.
2.1.5 Mekanisme Transformasi
Adapun mekanisme perubahan melalui pertukaran dapat dibedakan menjadi dua yakni pertukaran internal evolusi dan pertukaran external difusi.
2.1.5.1 Pertukaran Internal Evolutionisme
Dalam teori evolutionisme, proses perubahan budaya menunjukkan keteraturan dan gejala asli dalam setiap pola budaya untuk mengalami perubahan.
Gejala ini dideskripsikan dalam teori dialektik Hegel yang menyatakan bahwa pendekatan dialektik menekankan kepentingan produk mental dan pikiran
daripada material seperti yang diaplikasikan pada definisi sosial pada dunia fisik dan materi.
Menurut Smith dalam Loebis, 2002, perubahan disebabkan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama adalah kumpulan minat materi masyarakat, yang
kedua adalah ideologi yang menanamkan pandangan hidup, dan yang ketiga adalah ketertarikan suatu kelompok budaya.
Universitas Sumatera Utara
10 Perubahan dalam evolutionism dipandang sebagai pertumbuhan, yang
mungkin terganggu, namun selalu mencapai kemajuan dan terus naik, bertransformasi dari bentuk simpel ke bentuk yang lebih rumit dan fleksibel.
Meskipun demikian hanya perubahan tertentu yang mengikuti pola ideal ini. Faktanya, hasil dari dampak faktor eksternal banyak yang berubah dan dalam
keadaan tertentu keadaan pola kultural menjadi kurang penting bila dibandingkan dengan penyaluran dampak eksternal.
Kegagalan dalam evolutionism adalah ketidakmampuann paham ini untuk menyungguhi proses terputus yang radikal dan serangkaian kejadian yang
diungkapkan dalam catatan sejarah.
2.1.5.2 Pertukaran External Difusionisme
Difusi adalah respon dari sumber perubahan internal seperti yang diusulkan oleh teori evolusi. Difusi disini bisa diartikan sebagai perpindahan
elemen budaya dari satu budaya ke budaya lainnya. Menurut Smith dalam Loebis 2002 proses difusi tidak membedakan elemen perpindahan dari kultur
penyumbang dan terjadi secara tidak sengaja dalam perpindahan elemen ke kultur penerima. Dari sisi kultur penyumbang, perubahan dapat diarahkan maupun tidak
diarahkan tetapi elemen budaya asing tidak akan bisa menembus budaya lain kecuali elemen budaya tersebut disetujui oleh kultur penerima. Budaya penerima
kemudian akan memodifikasi elemen budaya yang mereka terima dengan cara yang lebih kompleks, modifikasi budaya inilah yang nantinya akan menjadi
bentuk hybrid. Perubahan dalam difusionisme memiliki relevansi dan atraksi yang besar dalam proses sejarah masa kini dibandingkan dengan masa lalu.
Universitas Sumatera Utara
11 Malinowski dalam Loebis, 2002 sependapat dengan teori ini, Ia
menyatakan bahwa dampak misi kultur penyumbang, pengaruhnya dan perantaranya bukanlah sekedar percampuran atau perpaduan, tetapi sesuatu yang
berorientasi pada suatu hal dan dengan tujuan yang jelas. Paham difussionism meyakini bahwa perubahan terbesar berasal dari luar
kultur penerima, dan tugas para peneliti adalah untuk mencari keanehan, terulang, yang tersalur dimana perubahan mendesak pengaruhnya pada kultur penerima.
Perubahan dalam diffusionism memiliki relevansi dan atraksi yang besar dalam proses sejarah masa kini dibandingkan dengan masa lalu.
Diffusionism pun memiliki kekurangan yaitu, yang pertama paham ini cenderung berasumsi bahwa semua perubahan bersifat kualitatif. Yang kedua
diffusionism cenderung menolak peran seleksi aktif oleh individu dan kelompok yang ditemukan oleh Malinowski. Yang ketiga, paham ini gagal menyediakan
kriteria untuk membedakan jenis rangkaian kejadian historis eksternal yang dapat menghasilkan perubahan yang signifikan.
2.1.5.3 Pertukaran Internal dan External