Kewajiban Pelaku Usaha Memberi Informasi Terkait Dengan Cacat Tersembunyi

hal tersebut diperbolehkan, dalam Pasal 1506 KUHPerdata. “para pihak diwajibkan menanggung terhadap cacat tersembunyi, meskipun pihak sendiri tidak mengetahui tentang adanya cacat itu, kecuali jika pihak penjual , dalam hal yang demikian, telah diminta diperjanjikan bahwa pihak penjual tidak diwajibkan menaggung suatu apapun juga” Hal ini diperkuat dengan Pasal 1493 KUHPerdata yang menyatakan : “Kedua belah pihak diperbolehkan dengan persetujuan-persetujuan istimewa, memperluas atau mengurangi kewajiban kewajiban yang ditetapkan oleh undang-undang ini, bahwa mereka diperbolehkan mengadakan persetujuanperjanjian bahwa penjual tidak akan diwajibkan menanggung sesuai apapun”.

B. Kewajiban Pelaku Usaha Memberi Informasi Terkait Dengan Cacat Tersembunyi

Hukum perlindungan konsumen, pada dasarnya warranty atau jaminan, merupakan instrumen hukum yang mengatur kualitas barang dan jasa dan juga merupakan alat untuk melindungi harapan expectation terhadap kualitas suatu produk. Bila barang tidak sesuai harapan sebagaimana yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan menimbulkan kerugian secara ekonomis economic loss, yaitu kerugian berkaitan secara langsung dengan produk yang dibeli yang timbul karena produk tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan dalam hal kemampuannya. Dalam kaitannya dengan breach of warranty akibat informasi yang salah pada iklan produk yang bersangkutan, maka dampak yang ditimbulkan adalah kerugian ekonomi secara tidak langsung indirect economic loss, yaitu kehilangan ekspetasi expectation loss. 53 Oleh karena itu hukum perlindungan konsumen memberikan hak konsumen atas informasi yang 53 Kimberly Jade Tilman, “Product Defect Resulting In Pure Economic Loss: Under What Theory Can a Consumer Recover”; Journal of Product Lialibility, Vol. 9, 1986, Pergamon Journal, Printed in USA, hlm 276. Universitas Sumatera Utara benar, yang didalamnya tercakup juga hak atas informasi yang proporsional dan memberikan secara tidak diskriminatif. 54 Hak konsumen seperti ini, merupakan aspek penting dari kepentingan konsumen consumer interest, yang meliputi pengamanan, melindungi, dan melaksanakan hak konsumen, dalam transaksi untuk memastikan konsumen menerima kualitas barang atau jasa yang diharapkan pada harga yang sesuai. Dalam kaitannya dengan hak konsumen atas informasi yang jujur dan benar sebagaimana terdapat pada pasal 4 huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, bertujuan menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. 55 Memberi informasi yang benar mengenai produk akan membentu konsumen menentukan pilihannya secara benar dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhannya. Melalui informasi yang benar dan lengkap maka konsumen dapat menentukan atau memilih produk untuk kebutuhannya. Secara hukum memberikan informasi yang salah, menyesatkan, dan tidak jujur adalah melanggar hak konsumen. Dengan kata lain, melanggar hak orang lain yang dalam hal ini melakukan perbuatan melawan hukum 56 . Hak atas informasi yang jeslas dan jujur sangat penting bagi konsumen, untuk menentukan pilihannya agar terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk. Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian dan mengakibatkan kerugian, maka konsumen dapat mengajukan gugatan berdasarkan wanperestasi, gugatan kepada konsumen dapat dilakukan berdasarkan kewajiban pelaku usaha, seperti diatur dalam Pasal 7 undang-undang Perlidungan Konsumen. 54 Ibid, Beales, Craswell and Salop. Hal ini sebagaimana juga digambarkan dalam defenisi “ Deceptive” yang terdapat pada Federal Trade Commision Improvenment Act 1980. 55 Republic Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 3 huruf d. 56 Op. Cit., Janus Sidabalok, hlm.99. Lihat juga pasal 378 KUHP dan pasal 1315 KUHPerdata. Universitas Sumatera Utara

C. Akibat hukum cacat tersembunyi produk