2.1.7. Teori Pembelajaran yang Mendasari Penerapan Model Quantum
Teaching Berbantuan Media Audiovisual
2.1.7.1. Teori Belajar Behavioristik
Teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran Skinner 1985 bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku behavior individu atau peserta didik
yang dilakukan secara sadar.Siswa di SDMI akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru,semakin tepat dan intensif rangsangan yang diberikan oleh
guru semakin intensif kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku yag sifatnya bisa berwujud perilaku yang tampak
atau perilaku yang tidak tampak. Sebagai suatu proses, dalam kegiatan belajar dibutuhkan waktu sampai mencapai hasil belajar. Hasil belajar itu berupa perilaku
yang lebih sempurna dibanding perilaku sebelum melakukan kegiatan belajar Rifa’i, 2011: 106.
Berdasarkan teori yang dikemukakan ahli di atas dapat disimpulkan teori belajar behaviorisme merupakan landasan dari pembelajaran dengan model
quantum teaching dengan media audiovisualdari penerapan TANDUR yaitu guru terlebih dulu harus menumbuhkan minat anak dengan memberi stimulus berupa
media dan pengaitan materi dengan pengetahuan yang diterimanya, kemudian selama pembelajaran guru harus selalu mengulangi dengan memberi stimulus bisa
berupa permainan, penjelasan, pertanyaan atau siswa mengalami pengalaman sendiri. Sehingga secara tidak sadar siswa telah mencapai hasil belajar yang
diharapkan.
2.1.7.2. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah
diperoleh dan disimpan di dalam p ikirannya secara efektif Rifa’i, 2011:128.
Piaget dalam Rifa’i, 2011:26 menyatakan perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Tahap sensorimotorik sensorimotor intelligence, lahir sampai usia 2
tahun. Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman indera dan gerakan motorik mereka.
b. Tahap praoperasional preoperational thought, usia 2 sampai 7
tahun.Pemikiran tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intuitif. Bayi belum mampu berpikir konseptual tetapi perkembangan
kognitif dapat diamati. c.
Sub-tahap simbolis, usia 2 sampai 4 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu mempresentasikan objek yang tidak nampak dan penggunaan
bahasa mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain, sehingga muncul egoisme.
d. Sub-tahap intuiif, usia 4-7 tahun. Anak mulai menggunakan penalaran
primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Disebut dengan intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan pemahaman
mereka.
e. Tahap operasional kongkrit concrete operation, usia 7 sampai 11 tahun.
Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika dalam bentuk benda kongkrit.
f. Tahap operasional formal formal operation, usia11 sampai 15 tahun.
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat
berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Berdasarkan teori yang dikemukakan ahli diatas dapat disimpulkan teori
belajar kognitif merupakan landasan dari pembelajaran dengan model quantum teaching dengan media audiovisualkarena dalam teori kognitif, Piaget
berpendapat bahwa siswa SD usia 7-11 tahun masuk usia tahap berfikir operasional konkrit, siswa mulai berfikir secara logis mengenai peristiwa konkret
sehingga berupaya mengorganisir, menyimpan, dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan sebelumnya, terjadi pemrosesan informasi.
2.1.7.3. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori ini dikembangkan oleh Seymour Papert. Teori belajar konstruktifisme merupakan teori tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa
manusia membangun dan memanai pengetahuan dari pengalamannya sendiri Rifa’i, 2011:225.
Teori belajar kontruktivistik menyatakan bahwa pendidik tidak dapat memberikan pengetahuan pengetahuan kepada peserta didik.Sebaliknya peserta
didik harus mengkontruksikan pengetahuannya sendiri. Peran pendidik adalah: 1 memperlancar proses pengkonstruksian pengetahuan dengan cara membuat
informasi secara bermakna dan relevan dengan peserta didik;2 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan atau menerapkan
gagasannya sendiri; 3 membimbing peserta didik untuk menyadari secara sadar menggunakan strategi belajarnya sendiri Slavin dalam Rifa’i, 2011: 128.
Esensi pembelajaran konstruktivistik adalah peserta didik secara individu mampu menemukan dan mentransfer informasi yang kompleks apabila
menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Pembelajaran ini memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merivisi aturan tersebut jika tidak sesuai Rifa’i, 2011:225.
Berdasarkan teori yang dikemukakan ahli di atas dapat disimpulkan teori belajar konstruktifisme merupakan landasan dari pembelajaran dengan model
quantum teaching dengan media audiovisualkarena siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru apabila siswa berusaha
mencari dan mengolah informasi sendiri. Siswa membangun pemahaman berdasarkan pengalaman individual dan interaksi dalam lingkungan belajar.
Pembelajaran model quantum teaching memiliki prinsip semua aspek memberi informasi berarti ada interaksi antar siswa melalui kegiatan diskusi kelompok
berdasarkan materi yang ditampilkan dalam media audiovisual.
2.1.8. Implementasi Model Quantum Teaching Berbantuan Media