PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V A SDN TAMBAKAJI 05 KOTA SEMARANG

(1)

DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL

PADA SISWA KELAS V A SDN TAMBAKAJI 05

KOTA SEMARANG

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

WALIYYATUN NASHIIRAH NIM 1401409337

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan bahwayang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya bukan jiplakan dari hasil karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2013 Peneliti,

Waliyyatun Nashiirah NIM 1401409337


(3)

Media audio visual pada Siswa Kelas V A SDN Tambakaji 05 Kota Semarang” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

tanggal : 29 Juli 2013

Semarang, 29 Juli 2013

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Jaino, M.Pd. Fitria Dwi Prasetyaningtyas,S.Pd.,M.Pd. NIP 195408151980031004 NIP 198506062009122007

Mengetahui

Ketua Jurusan PGSD

Dra. Hartati, M.Pd.


(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Waliyyatun Nashiirah, NIM 1401409337 berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Quantum Teaching dengan media audio visual pada Siswa Kelas V A SDN Tambakaji 05 Kota Semarang” telah dipertahankan di hadapan Panitia Sidang Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Kamis

tanggal : 15 Agustus 2013

Panitia Ujian Skripsi,

Ketua, Sekertaris,

Drs. Hardjono, M.Pd. Dra. Hartati, M.Pd

NIP. 195108011979031007 NIP 195510051980122001

Penguji Utama,

Harmanto, S.Pd., M.Pd. NIP195407251980111001

Penguji I Penguji II

Drs. Jaino, M.Pd. Fitria Dwi Prasetyaningtyas,S.Pd.,M.Pd. NIP 195408151980031004 NIP 198506062009122007


(5)

menjadikan perjalanannya seperti perjalanan menuju surga" ( Nabi Muhammad SAW)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha penyayang, karya ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya Bapak Kusrin Fadli dan Ibu Tusmi’ah yang selalu mendoakan dan mendukung dengan kasih sayang.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul“Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Quantum Teaching dengan media audio visual pada Siswa Kelas V A SDN Tambakaji 05 Kota Semarang”.

Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkanterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,

3. Dra. Hartati, M.Pd.Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 4. Drs. Jaino, M.Pd. Dosen Pembimbing I.

5. Fitria Dwi Prasetyaningtyas,S.Pd.,M.Pd. Dosen Pembimbing II. 6. Harmanto, S.Pd.,M.Pd. Penguji Utama.

7. Dosen, pustakawan, dan staff tata usaha Universitas Negeri Semarang. 8. Kusmiyati, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Tambakaji 05 Semarang 9. Fatkhul Huda S.Pd.I, selaku kolaborator penelitian dan observer.

10.Seluruh siswa, guru, dan karyawan SDN Tambakaji 05 Semarang yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

11.Keluarga dan sahabat-sahabatku (Syamsul, Lala, Frisca, Tyas, Yani, Yanu, Ria, Ani) serta Bapak dan Ibu Sahri yang selalu memberi semangat.


(7)

Semarang, Agustus 2013


(8)

viii

ABSTRAK

Nashiirah, Waliyyatun. 2013.Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Model Quantum Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VA SDN Tambakaji 05 Kota Semarang. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Jaino, M.Pd., Pembimbing II: Fitria Dwi Prasetyaningtyas,S.Pd.,M.Pd.312 hal.

PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis, rasional, kreatif menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi aktif, bertanggung jawab, bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi Berdasarkan hasil refleksi awal yang dilakukan peneliti di kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang, ditemukan permasalahan dalam pembelajaran PKn, yaitu rendahya kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswadan hasil belajar siswa juga rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti menerapkan model Quantum Teaching dengan media audio visual dalam pembelajaran PKn.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah melalui model

QuantumcTeaching dengan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Quantum Teaching.

Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah guru dan 20 siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan nontes (observasi dan catatan lapangan). Sedangkan teknik analisis data menggunakan data kuantitatif dan kualitatif yang dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Variable penelitian ini adalah (1) keterampilan guru, (2) aktivitas siswa, (3) hasil belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran semakin meningkat yang ditunjukkan dengann: (1) keterampilan guru pada siklus 1 mendapat jumlah skor rata-rata 20,5 dengan kategori baik dan pada siklus 2 meningkat dengan jumlah skor rata-rata 28 dengan kategori sangat baik, (2) aktivitas siswa pada siklus 1 mendapat jumlah skor rata-rata 22,27 dengan kategori cukup dan pada siklus 2 meningkat dengan jumlah skor rata-rata 27,14 dengan kategori baik, (3) hasil belajar siswa pada siklus 1 memperoleh jumlah rata-rata 65,37 dengan persentase ketuntasan klasikal 60% dan pada siklus 2 mendapat nilai rata-rata 72,8 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 77,5%.

Simpulan penelitian ini adalah penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang. Saran penelitian ini adalah guru sebaiknya menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif terutama modelQuantum Teaching dengan media audio visual dalam pembelajarankarena dengan menerapkan model Quantum Teaching dapat mengubah pembelajaran yang konvensional, monoton, dan membosankan melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.


(9)

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori ... 12

2.1.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 12

2.1.2.Kualitas Pembelajaran ... 15

2.1.3.Keterampilan Guru ... 19

2.1.4. Aktivitas Siswa ... 26

2.1.5. Hasil Belajar ... 28

2.1.6. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 30

2.1.7.Model Pembelajaran Quantum Teaching ... 34

2.1.8. Media Audio Visual... 40

2.1.9. Penerapan Model Quantum Teaching dengan Media Audio visual pada Pembelajaran PKn ... 43


(10)

x

2.1.10.Teori yang Mendasari Model Quantum Teaching dengan Media

Audio visual ... 45

2.2 Kajian Empiris ... 48

2.3 Kerangka Berpikir ... 50

2.4 Hipotesis Tindakan ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian ... 54

3.2 Variabel Penelitian ... 54

3.3 Prosedur Penelitian ... 54

3.4 Siklus Penelitian... 58

3.5 Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 68

3.6 Teknik Analisis Data ... 72

3.7 Indikator Keberhasilan ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. ... Hasil Penelitian ... 79

4.1.1.Deskripsi Data Pelaksanakan Tindakan Siklus 1 Pertemuan 1 ... 81

4.1.2.Deskripsi Data Pelaksanakan Tindakan Siklus 1 Pertemuan 2 ... 99

4.1.3. Deskripsi Data Pelaksanakan Tindakan Siklus 2 Pertemuan 1 ... 119

4.1.4. Deskripsi Data Pelaksanakan Tindakan Siklus 2 Pertemuan 2 ... 137

4.1.5.Rekapitulasi Data Pelaksanaan Tindakan ... 154

4.2.Pembahasan ... 156

4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian ... 156

4.2.1.1. Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pembelajaran PKn dengan Model Quantum Teaching dengan media audio visual ... 156

4.2.1.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn dengan Model Quantum Teaching dengan media audio visual ... 165

4.2.1.3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn dengan Model Quantum Teaching dengan media audio visual ... 173

4.2.2.Uji Hipotesa ... 177


(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 183


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 73

Tabel 3.2Kriteria Data Kualitatif ... 76

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Ketrampilan Guru ... 77

Tabel 3.4Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa ... 77

Tabel 4.1Hasil Belajar Siswa sebelum Dilakukan Tindakan ... 80

Tabel 4.2Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 Pertemuan 1 ... 82

Tabel 4.3Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1 ... 87

Tabel 4.4Hasil Belajar AfektifSiklus 1 Pertemuan 1 ... 92

Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 1 ... 94

Tabel 4.6Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 Pertemuan 2 ... 100

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 105

Tabel 4.8Hasil Belajar AfektifSiklus 1 Pertemuan2 ... 111

Tabel 4.9Distribusi Frekuensi Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 2 ... 112

Tabel 4.10Rekapitulasi Data Siklus 1 ... 118

Tabel 4.11Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2 Pertemuan 1 ... 119

Tabel 4.12Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 1 ... 124

Tabel 4.13Hasil Belajar AfektifSiklus 2 Pertemuan1 ... 130

Tabel 4.14Distribusi Frekuensi Nilai Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 1 ... 132

Tabel 4.15Hasil ObservasiKeterampilan Guru Siklus 2 Pertemuan 2 ... 138

Tabel 4.16Hasil ObservasiAktivitas SiswaSiklus 2 Pertemuan 2 ... 143

Tabel 4.17Hasil Belajar AfektifSiklus 2 Pertemuan2 ... 148

Tabel 4.18Distribusi Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 2 ... 150

Tabel 4.19Rekapitulasi Data Siklus 2 ... 153

Tabel 4.20Rekapitulasi Data Siklus 1 dan 2 ... 155

Tabel 4.21Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Guru ... 157

Tabel 4.22Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 166

Tabel 4.23Rekapitulasi Data Hasil Belajar Afektif Siswa ... 173


(13)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ... 53

Gambar 3.1Prosedur PTK ... 56

Gambar 3.1Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 76

Gambar 4.1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Sebelum Tindakan ... 81

Gambar 4.2 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 Pert. 1 ... 103

Gambar 4.3 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Pert. 1 ... 88

Gambar 4.4 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 Pert. 1 ... 94

Gambar 4.5 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 Pert. 2 ... 101

Gambar 4.6 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Pert. 2 ... 106

Gambar 4.7 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 Pert. 2 ... 113

Gambar 4.8 Diagram Rekapitulasi Data Siklus 1 ... 118

Gambar 4.9 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2 Pert. 1 ... 120

Gambar 4.10 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2 Pert. 1 ... 125

Gambar 4.11 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 2 Pert. 1 ... 133

Gambar 4.12 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2Pert.2 ... 139

Gambar 4.13 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2Pert.2 ... 144

Gambar 4.14 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 2 Pert.2 ... 151

Gambar 4.15 Rekapitulasi Data Siklus 2 ... 154

Gambar 4.16 Diagram Rekapitulasi Data Siklus 1 dan 2 ... 155

Gambar 4.17 Grafik Peningkatan Keterampilan Guru Siklus 1 dan 2 ... 158

Gambar 4.18 Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus 1 dan 2 ... 167


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tindakan Kelas ... 189

Lampiran 2. Lembar Pengamatan Keterampilan Guru ... 193

Lampiran 3.Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 198

Lampiran 4. Instrumen Penilaian Karakter Bangsa ... 203

Lampiran 5. RPP ... 205

Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Observasi Ketrampilan Guru Siklus 1,2,3 . 278 Lampiran 7. Daftar Nama Siswa ... 279

Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas siswa ... 280

Lampiran 9. Daftar Nilai Evaluasi ... 284

Lampiran 10. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 286

Lampiran 11.Data Hasil belajar Afektif Siswa ... 287

Lampiran 12. Hasil Evaluasi Siswa ... 289

Lampiran 13.Catatan lapangan ... 297

Lampiran 14. KKM ... 301

Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 302


(15)

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003:4). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan khususnya pada bab IV pasal 19 ayat 1 berbunyi “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pendidikan nasional diharapkan mampu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang cerdas, dan memliki kepribadian yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia (BSNP, 2005:11).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006, dalam Standar Isi menyebutkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar


(16)

2   

(KD) SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI terdiri dari komponen mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesenian, muatan Lokal dan Pengembangan Diri (Depdiknas 2006:8). Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada kurikulum tingkat dasar dan menengah yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik yang mempunyai rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/ MI (BNSP, 2006:207) menjelaskan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan watak warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi, (3)


(17)

berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Proses pembelajaran yang berlangsung hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, dan menyenangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada dasarnya guru harus bisa menerapkan model serta media pembelajaran yang inovatif dan menarik serta dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam memecahkan suatu permasalahan. Akan tetapi, dalam kegaiatan pembelajaran umumnya guru masih belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Hal tersebut tentu saja berakibat pada rendahnya kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Sesuai dengan temuan Depdiknas (2007) menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan yang terjadi ketika pelaksanaan standar isi mata pelajaran PKn. Kurangnya sarana penunjang media, sumber buku, dan kurang nya kemampuan guru dalam mengembangkan media dan metode pembelajaran menjadi salah satu masalahnya. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan saat ini masih kurang mengaktifkan siswa.

Dari hasil refleksi awal antara peneliti dan kolaborator terhadap pembelajaran PKn di kelas VA SDN Tambakaji 05, diperoleh data sebagai berikut: guru belum menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif dan bervariasi, ketika pembelajaran guru masih menerapkan pembelajaran


(18)

4   

konvensional dengan fokus memberikan ceramah di depan kelas dan dilanjutkan dengan pemberian tugas. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran PKn di dalam kelas terkesan monoton dan kurang mengaktifkan siswa. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata dan kurang menekankan pada aspek penalaran sehingga minat siswa terhadap mata pelajaran PKn menjadi rendah yang berakibat juga pada rendahnya hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa ditunjukkan dari hasil analisis nilai ulangan harian siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 62. Data hasil ulangan harian mata pelajaran PKn menunjukkan perolehan nilai terendah yaitu 43,5, nilai tertinggi 80, dengan rata-rata kelas 59,8. Dari 20 siswa, yang mencapai KKM hanya 5 siswa (25%) sedangkan sisanya 15 siswa (75%) belum mencapai KKM. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi dalam pembelajaran PKn perlu segera ditangani dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran PKn , karena apabila masalah tersebut tidak segera ditindak lanjuti, pada akhirnya akan berdampak pada penurunan prestasi belajar siswa.

Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang ada, peneliti berdiskusi dengan guru kolaborator untuk menentukan alternatif pemecahan masalah. Dari hasil diskusi dengan guru kolaborator ditentukan pemecahan masalah yaitu menerapkan metode Quantum Teaching dengan media audio visual. Model

Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Melalui motivasi dengan


(19)

kalimat-kalimat positif yang dapat memotivasi siswa menjadi bersemangat dalam belajar (Sugiyanto, 2010:77).

Pembelajaran yang nyaman akan membangkitkan minat belajar siswa dan belajar sambil bermain dapat memberikan rasa menyenangkan bagi siswa. Dalam

Quantum Teaching langkah puncak pembelajaran adalah perayaan setelah menyelesaikan tugas sebagai bentuk penguatan positif akan memberikan perasaan keberhasilan, kesempurnaan,kepercayaan diri dan motivasi untuk pekerjaan berikutnya (DePorter, 2011: 59).

Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen Quantum Teaching

komponen rancangan pengajaran dikenal dengan singkatan “TANDUR”, yaitu: (1) tumbuhkan minat dengan menanamkan manfaat dari belajar suatu materi untuk kehidupan siswa, (2) alami maksudnya proses pembelajaran akan lebih bermakna jika berupa pengalaman umum yang dimengerti oleh semua siswa, (3) namai dapat berupa penanaman konsep, kata kunci, rumus, atau identitas, (4) demonstrasikan berarti menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengatahuan mereka dengan aktualisasi diri, (5) ulangi berarti siswa dapat mengulang materi dan yakin akan kemampuan diri ,(6) rayakan merupakan sebuah pengakuan bahwa tugas telah terselesaikan dan merupakan sebuah bentuk

rewards untuk suatu partisipasi dan prestasi (DePorter, 2010: 39-40).

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar (Ruminiati, 2007:2.13). Menurut Massun (2012) media audio visual

mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya: (a) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalis dengan kata lain dalam penyampain informasinya tidak


(20)

6   

hanya menggunakan bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka, (b) mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera. Oleh karena itu melalui penggunaan model Quantum Teaching dengan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru, aktifitas siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian yang menjadi faktor pendukung bagi peneliti dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching , yaitu : penelitian dari Dhomas Ikhtiyari Wahyu Sayekti (2012) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model

Quantum Teaching pada Siswa Kelas IV SDN Pakintelan 03 Semarang. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan Kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Pakintelan 03 Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebelum tindakan hanya 40 % siswa yang mencapai ketuntasan. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I menunjukkan peningkatan prestasi kelulusan sebesar 63,35% dan dilanjutkan pada siklus II yang mengalami peningkatan kelulusan sebesar 81,7%.

Trimo juga pernah melakukan penelitian dengan menggunakan model

Quantum Teaching dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Quantum Teaching dan Snowball Throwing”

tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar IPS melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan

Snowball Throwing siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang. Dalam penelitian tersebut terdapat peningkatan hasil belajar IPS dengan perolehan rata-rata siklus I


(21)

(81,90) dan Siklus II (87,62) . Sedangkan ketuntasan belajar individu pada siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,48%.

Widyanita (2012) dalam skripsi penelitian tindakan kelas berjudul “ Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Model Kooperarif Tipe

Numbered Head Together (NHT) Berbasis Media Audio visual pada Siswa Kelas VC SDN Krapyak Kota Semarang” menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 70, siklus II sebesar 73, dan siklus III sebesar 78. Persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 61% pada siklus I menjadi 74 % pada siklus II, dan 84% pada siklus III.

Dari hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran

Quantum Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi: keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa sehingga dapat dijadikan pendukung dalam penelitian ini.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti mengkaji upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VA SDN Tambakaji 05 Kota Semarang”.

1.2. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH 1.2.1. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan tersebut, maka disusun rumusan masalah secara umum sebagai berikut:


(22)

8   

Apakah melalui penerapan model Quantum Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Semarang?

Rumusan masalah secara khusus diperinci sebagai berikut:

1) Apakah melalui penerapan model Quantum Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn? 2) Apakah melalui penerapan model Quantum Teaching dengan media audio

visual dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Semarang dalam pembelajaran PKn?

3) Apakah melalui penerapan model Quantum Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Semarang?

1.2.2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model Quantum Teaching dengan media audio visual.

Adapun langkah pembelajaran Quantum Teaching menurut DePorter (2010 : 39) dikenal dengan akronim “TANDUR” dapat diuraikan sebagai berikut: 1) tumbuhkan

Tumbuhkan, menumbuhkan minat belajar siswa. Dengan video yang menarik pada apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran. dengan tumbuhnya minat siswa diharapkan siswa bersemangat selama pembelajaran,


(23)

2) alami

Alami, mendatangkan pengalaman umum, menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti dan dijumpai siswa dalam kehidupan mereka. Dengan menayangkan media audio visual dan mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang berkaitan dengan pengalaman siswa sehari-hari,

3) namai

Namai, saatnya mengajarkan konsep, keterampilan berfikir dan pembentukan kelompok, setelah pembentukan kelompok, kemudian guru menampilkan video untuk didiskusikan sebagai tugas kelompok,

4) demonstrasi

Demonstrasi, siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, siswa yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dari hasil kerja kelompok yang dipresentasikan,

5) ulangi

Ulangi, siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siswa menanggapi refleksi dari guru. (menjawab pertanyaan yang diberikan guru, menyebutkan poin-poin materi, atau menulis rangkuman materi).

6) rayakan

Rayakan, pemberian umpan balik positif kepada siswa. Guru mengondisikan akhir pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa untuk merayakan kegiatan pembelajaran di kelas. (dengan bernyanyi bersama, memberikan pujian, atau memberikan reward berupa tepukan).


(24)

10   

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1.3.1. Tujuan Umum

Meningkatkan kualitas pembelajaran dalam pembelajaran PKn kelas VA SDN Tambakaji 05 melalui model Quantum Teaching dengan media audio visual. 1.3.2. Tujuan Khusus

1) Meningkatan ketrampilan guru dalam pembelajaran PKn melalui model

Quantum Teaching dengan media audio visual.

2) Meningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn melalui model

Quantum Teaching dengan media audio visual

3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKN melalui model

Quantum Teaching dengan media audio visual. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan pada umumnya. Secara teoritis dalam perencanaan desain pembelajaran untuk peningkatan prestasi dan aktivitas belajar siswa yang menekankan kenyamanan belajar dan menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaran

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1.Manfaat Bagi Siswa


(25)

2) Mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran PKn. 3) Memberikan rasa nyaman dan senang dalam belajar PKn. 4) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn 1.4.2.2.Manfaat Bagi Guru

1) Mengembangkan profesionalitas guru dalam merencanakan pembelajaran. 2) Sebagai sarana evaluasi dan perbaikan terhadap cara mengajar

3) Membantu guru dalam menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran 1.4.2.3.Manfaat Bagi Sekolah

1) Memberikan sumbangan positif pada sekolah untuk berkembang dalam rangka meningkatkan mutu dan memajukan sekolah.

2) Digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif dengan menerapkan model

Quantum Teaching dengan media audio visual.

3) Menumbuhkan kerjasama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di sekolah.


(26)

12  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

KAJIAN TEORI

2.1.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran

2.1.1.1.Pengertian Belajar

Rifa’i (2009:82) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses penting

bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).

Menurut Hamalik belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam ketrampilan lain, dan cita-cita (Hamdani, 2011:20).

Sedangkan Arsyad (2011:1) mengemukakan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkahlaku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.


(27)

Biggs (dalam Syah, 2010:90) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu:

1) Secara Kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian

atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.

2) Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses

“validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui seusai proses mengajar. Ukurannya semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.

3) Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia-dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini berfokus pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Konsep dasar belajar menurut teori belajar Kontruktivisme yaitu pengetahuan baru dikontruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya (Lapono, 2008:1.25). menurut teori belajar kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun


(28)

14   

struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya (Lapono, 2008:1.28).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dan usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu pengetahuan yang akan terlihat dengan adanya perubahan tingkah laku dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik secara permanen sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya.

2.1.1.2.Pengertian Pembelajaran

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pada pasal 1 ayat 20 menyatakan, Pembelajaranadalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003:3). Pembelajaran pada intinya merupakan suatu prosesmenciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar.

Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2010:17).

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen atau unsur antara lain: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Sebagai suatu sistem, komponen-komponen lingkungan belajar tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Komponen tersebut harus diperhatikan guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2010:1). Pembelajaran mempunyai tujuan, yaitu membantu


(29)

siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu, tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya (Hamdani, 2011:47).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang terjadi secara sengaja agar terjadi proses belajar yang mengakibatkan tercapainya tujuan belajar yang diharapkan. Tujuan tersebut adalah agar siswa memperoleh berbagai pengalaman sehingga pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma perilaku siswa dapat bertambah.

2.1.2.Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektivan. Secara definitif, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya (Etzioni dalam Hamdani, 2011:194). Menurut Uno (2011:153) membicarakan kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagiamana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula.

Dikti (2004:6) mendeskripsikan tentang pengertian kualitas pendidikan yang dijelaskan sebagai kemampuan lembaga pendidikan untuk menghasilkan “…better


(30)

16   

students learning capacity”. Dalam hal ini lembaga pendidikan mengelola secara optimal semua komponen pembelajaran berupa pendidik, siswa, kurikulum, bahan ajar, iklim pembelajaran, media pembelajaran, fasilitas belajar dan materi belajar ditata sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal.

Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis pendidik, peserta didik, kurikulum, bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Dikti, 2004:7)

Dikti (2004:7) mengemukakan indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran pendidik atau guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran. Masing-masing indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) perilaku pembelajaran pendidik atau guru

Guru mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, peranan

penting tersebut berkaitan dengan tugas guru sebagai fasilitator, yang menyiapkan kondisi yang kondusif untuk belajar (Dikti, 2004:17). Perilaku pembelajaran pendidik atau guru dapat dilihat dari kinerjanya sebagai berikut: (1) membangun persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar, (2) menguasai disiplin ilmu berkaitan dengan keluasaan dan kedalaman jangkauan subtansi dan metodologi dasar keilmuan, (3) serta mampu memilih , menata, mengemas, dan mempresentasikan materi sesuai kebutuhan siswa, (4) dapat memberikan layanan pendidikan yang berorientasi pada


(31)

kebutuhan siswa, (5) menguasai pengelolaan pembelajaran yang mendididk berorientasi pada siswa tercermin dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi dan memanfaatkan hasil evaluasi secara dinamis untuk membentuk kompetensi siswa yang dikehendaki, mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan sebagai kemampuan untuk mengetahui, mengukur, dan mengembangkan kemampuannya secara mandiri (Dikti, 2004:8).

2) perilaku dan dampak belajar siswa

Dikti (2004:8) menyebutkanperilaku dan dampak belajar siswa dapat dilihat

dari kompetensi siswa yang antara lain: (1) memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar, (2) mau dan mampumendapatkan danmengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan sertamembangun sikapnya, (3) mau dan mampu memperluas, memperdalam serta menerapkan pengetahuan dan keterampilannya secara bermakna, (4) mau dan mampu membangun kebiasan berpikir, bersikap dan bekerja produktif, serta mampu menguasai materi bidang studinya.

3) iklim pembelajaran

Situasi belajar atau sering disebut sebagai iklim kelas, mengacu kepada suasana yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, dan lebih luas lagi kepada interaksi antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas (Dikti, 2004:33). Adapun iklim belajar menurut Dikti (2004:9) mencakup suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan, dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas


(32)

18   

kependidikan, serta perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa dan kreatifitas guru.

4) materi pembelajaran

Menurut Dikti (2004:9) materi pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari: (1) kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa, (2) memiliki keseimbangan antara materi pembelajaran dari sisi keluasan dan kedalamannya dibandingkan dengan waktu yang tersedia,(3) materi pembelajaran sistematis dan kontekstual, (4) dapat mengakomodasikan partisipasi aktif siswa dalam belajar semaksimal mungkin, (5) dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni.

5) media pembelajaran

Dikti (2004:9) menyebutkan kualitas media pembelajaran tampak dari: (1)dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, (2) mampu memfasilitasiproses interaksi antara siswa dan guru, siswa dengan siswa yang lainnya, (3) mampu mengubah suasana belajar dari siswa pasif menjadi siswa aktif.

6) sistem pembelajaran.

Sistem pembelajaran mampu menunjukkan kualitasnya jika sekolah dapatmenonjolkan ciri khas keunggulannya, (1) memiliki penekanan dan kekhususan lulusannya, (2) responsif terhadap berbagai tantangan secara internal maupun eksternal, (3) memiliki perencanaan yang matang dalam bentuk rencana strategis dan rencana operasional agar semua upaya dapat dilaksanakan secara sinergis oleh seluruh komponen sistem pendidikan dalam tubuh lembaga, (4) ada semangat


(33)

perubahan yang dicanangkan dalam visi dan misi yang mampu membangkitkan upaya kreatif dan inovatif dari semua sivitas akademika melalui berbagai aktivitas pengembangan (Dikti, 2004:10). Upaya pencapaian pembelajaran berkualitas menuntut agar lembaga dan proses pendidikan yang berlangsung di dalamnyamenjadi transparan bagi komunitas sekitarnya dan pihak-pihak yang berkepentingan (Dikti, 2004:35). Agar semua upaya dapat dilaksanakan secara sinergis oleh komponen sistem pembelajaran dalam tubuh lembaga pendidikan, maka sangat penting bagi lembaga pendidikan untuk memiliki perencanaan yangmatang (Dikti, 2004:36).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas

pembelajaranmerupakan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sehingga diperoleh proses dan hasil belajar yang optimal, Dimana diperlukan adanya hubungan keterkaitan sistemik dan sinergis diantara komponen perilaku pembelajaran pendidik atau guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran. Dari banyaknya aspek yang mempengaruhi kualitas pembelajaran, dalam penelitian ini peneliti membatasi diri pada tiga aspek yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

2.1.3.KeterampilanGuru

Guru merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu taraf kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Guru tidak


(34)

20   

semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar (Sardiman,2011:125).

  Daryanto (2010:57) menyebutkan guru memegang peranan penting dan

strategis dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, dimulai dari pemilihan dan pengurutan materi pembelajaran, penerapan dan penggunaan metode pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pembimbingan belajar dan kegiatan pengevaluasian kegiatan belajar. Rusman (2010:58) juga menyatakan bahwa guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 28, tentang Standar Nasional Pendidikan seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial. Lebih jelasnya lagi Rusman (2010:54) menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu:

1) kompetensi pedagogik, meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

2) kompetensi profesional, yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam


(35)

pembelajaran dengan memperhatikan prinsip-prinsip dikdatik metodik sebagai ilmu keguruan.

3) kompetensi kepribadian yaitu guru harus dapat bertindak sesuai dengan norma,

moral, dan estetika dan mampu membelajarkan kepada siswa tentang tata nilai yang dianggap baik dan berlaku di dalam masyarakat

4) kompetensi sosial, guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat

yang meliputi kemampuan dalam berkomunikasi, bekerjasama,bergaul dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

Menurut hasil penelitian Turney (dalam Anitah, 2007:7.2), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap berperan penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud adalah

1) Keterampilan bertanya

Keterampialn bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban atau balikan dari siswa (Marno, 2009:115). Adapun komponen keterampilan bertanya meliputi: (1) kejelasan dan kaitan pertanyaan, (2) kecepatan dan selang waktu (pause), (3) arah dan distribusi penunjukan (penyebaran), (4) teknik penguatan, (5) teknik menuntun (prompting), (6) teknik menggali (probing question), (7) pemusatan (focusing), (8) pindah gilir (marno, 2009:124-128).


(36)

22   

Reinforcement atau pemberian penguatan diartikan sebagai respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut, tindakan tersebut dimaksudkan untuk memberikan ganjaran agar siswa lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran (Rusman, 2011:80). Adapun komponen keterampilan memberi penguatan antara lain: (1) penguatan verbal, (2) penguatan gestural, (3) penguatan dengan cara mendekati anak, (4) penguatan dengan sentuhan, (5) penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, (6) penguatan berupa symbol atau benda (Marno, 2009:135-137).

3) Keterampilan mengadakan variasi

Keterampilan mengadakan variasi merupakan keterampilan guru dalam

menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar siswa sekaligus mengatasi kebosanan, meningkatkan minat dan gairah siswa dalam belajar sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif (Annitah, 2007:7.39). Marno dan Idris (2009:142) menyebutkan penggunaan keterampilan mengadakan variasi mengajar seyogyanya harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) relevan dengan tujuan pembelajaran, (2) kontinu dan fleksibel, (3) antusiasme dan hangat yang ditunjukkan oleh guru selama KBM berlangsung, (4) relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Adapun komponen keterampilan variasi mengajar menurut Marno (2009:142-146), adalah sebagai berikuti: (1) variasi gaya mengajar, meliputi suara guru, mimik dan gestural, perubahan posisi, kesenyapan, pemusatan perhatian, dan kontak pandang, (2) variasi media pengajaran maksudnya adalah penggunaan media secara


(37)

bervariasi antara jenis-jenis media belajar yang ada, (3) variasi pola interaksi yaitu memvariasikan metode dan strategi dengan masih mempertimbangkan evektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran.

4) Keterampilan menjelaskan

Menjelaskan pada dasarnya adalah menuturkan secara lisan mengenai suatu bahan pelajaran yang disampaikan secara sistematis dan terencana sehingga memudahkan siswa untuk memahami bahan pembelajaran (Marno dan Idris, 2009:95). Prinsip penggunaan keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran dapat dilakukan: (1) pada awal, tengah, atau pada akhir pembelajaran, (2) penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, (3) penjelasan dapat diberikan apabila ada pertanyaan atau diperlukan oleh guru untuk menjelaskan, yang bererti tidak semua topik atau bahan pembelajaran dijelaskan oleh guru, (4) penjelasan harus sesuai dengan latar belakang, kemampuan siswa, terutama dalam hal penggunaan bahasa.

5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan

pengantar/pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari siswa sehingga siswa siap mental dan tertarik mengikutinya. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran merupakan keterampilan merangkum inti pelajaran pada akhir setiap penggal kegiatan. Keterampilan ini sangat penting dalam membantu siswa menemukan konsep,prinsip, hukum, atau prosedur dari inti pokok bahasan yang telah dipelajari (Marno, 2009:76).


(38)

24   

Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: (1)

membangkitkan perhatian atau minat siswa, (2) menimbulkan motivasi, (3) memberi acuan atau struktur, (4) menunjukkan kaitan (Anitah dkk 2007:8.6-8.8). Sedangkan menurut Usman (dalam Rusman 2010:92) komponen-komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: (1) meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil belajar, (2) melakukan evaluasi.

6) Keterampilan membimbimbing diskusi kelompok kecil

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah suatu prosesyang

teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap mukakooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman,mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah (Rusman 2010: 89). Agardapat membimbing diskusi, guru harus menguasai enam komponen keterampilanyaitu (1) memusatkan perhatian, (2) memperjelas masalah dan uraian pendapat,(3) menganalisispandangan, (4) meningkatkan urunan siswa, (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi (Rusman 2010: 89).

7) Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta keterampilan guru untuk mengembalikan kondisi belajar yang terganggu kearah kondisi pembelajaran yang optimal baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial (Anitah, 2007:8.36). Selain itu, Anitah dkk (2007:8.37) menyebutkan komponen


(39)

keterampilan mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu keterampilan yang bersifat preventif dan bersifat represif.

8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan

sebagaiperbuatan guru dalam konteks belajar-mengajar, mengorganisasi kegiatan belajarsecara klasikal, kelompok kecil, dan perorangan sesuai dengan materi yangdipelajari dan tujuan yang ingin dicapai (Anitah, 2007:8. 52). Komponenpokok keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan yang harus dikuasai oleh guru yaitu: (1) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, (2)keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, (3) keterampilanmembimbing dan memudahkan belajar, (4) keterampilan merencanakan danmelakukan kegiatan pembelajaran (Anitah, 2007: 8.56-.8.61).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menjadi lebih efektif dengan mengoptimalkan potensi siswa yang meliputi: keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.

Dari delapan keterampilan guru yang telah diuraikan tersebut dalam penelitian ini yang menjadi salah satu fokus atau variabel adalah peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn melalui model Quantum Teaching dengan media audio


(40)

26   

visual. Dari kedelapan keterampilan yang telah dijabarkan akan dikembangkan dan dipadukan dengan model Quantum Teaching dan media audio visual sehingga diperoleh indikator keterampilan guru sebagai berikut: (1) menumbuhkan minat belajar siswa (keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan mengelola kelas), (2) menayangkan media audio visual (keterampilan mengadakan variasi), (3) menyampaikan materi dengan media audio visual (keterampilan menjelaskan), (4) membimbing siswa membentuk kelompok (keterampilan mengajar kelompok kecil), (5) membimbing siswa dalam menyampaikan hasil diskusi (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan), (6) melaksanakan refleksi terhadap proses pembelajaran (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pembelajaran), (7) melaksanakan evaluasi pembelajaran (keterampilan membuka dan menutup pelajaran), (8) memberikan penguatan dan merayakan pembelajaran (keterampilan melakukan penguatan).

2.1.4.AktivitasSiswa

Hamdani (2011:137) mengemukakan aktivitas belajarberarti perubahan aktivitas jiwa yang diperoleh dalam proses pembelajaran,seperti mengamati, mendengarkan, menaggapi, berbicara, kegiatan menerima, dankegiatan merasakan.Menurut Slameto (2010:92) di dalam belajar siswa harus mengalamiaktivitas mental, misalnya siswa dapat mengembangkan kemampuanintelektualnya, kemampuan berpikir kritis, kemampuan menganalisis, kemampuanmengucapkan pengetahuannya dan lain sebagainya, tetapi juga mengalamiaktivitas jasmani seperti mengerjakan sesuatu, menyusun intisari pelajaran,membuat peta dan lain-lainnya. Keaktifan siswa dalam


(41)

menjalani prosespembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran (Rusman, 2010:111)

SecaraterperinciPaul B. 

Diedrichmenggolongkanaktivitassiswadalampembelajaran menjadi delapan

kelompok, di antaranya (Sardiman, 2011:101) 

1) Visual activities(kegiatan visual), misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan.

2) Oral activities(kegiatan lisan), misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, wawancara, diskusi daninterupsi. 

3) Listening activities (kegiatan mendengarkan), misalnya mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi, musik, dan pidato. 

4) Writing activities (kegiatan menulis), misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, dan menyalin. 

5) Drawing activities (kegiatan menggambar), misalnya menggambar, membuat

grafik, peta dan diagram. 

6) Motor activities (kegiatan metrik), misalnya melakukan percobaan, membuat

kontruksi, mereparasi, berkebun dan beternak. 

7) Mental activities (kegiatan mental), misalnya menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan. 

8) Emotional activities (kegiatan emosional), misalnya menaruh minat, gembira,


(42)

28   

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah

kegiatan yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung yang

berupa visual activities,oral activities, listening activities, writing activities, drawing

activities, motor activities, mental activities dan emotional activities sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Dalam penelitian ini yang menjadi salah satu fokus atau variabel adalah peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn melalui model Quantum Teaching dengan media audio visual, ada enam jenis aktivitas siswa yang dikembangkan dan dipadukan denganmodel Quantum Teaching dan media audio visual dengan indikator sebagai berikut:(1) kesiapan siswa sebelum mengikuti

pembelajaran (emotional activities), (2) memperhatikan dan mengamati media audio

visual yang ditunjukkan guru (listening activities, visual activities), (3)memperhatikan informasi yang disampaikan guru ( listening activities), (4)tertib dalam pembentukan kelompok (emotional activities), (5) memepresentasikan hasil

kerja (oral activities, mental activities), (6) menanggapi hasil kerja siswa lain (oral

activities, mental activities) ,(7) menyimpulkan materi yang telah dipelajari (oral activities), (8) mengerjakan evaluasi individu (mental activities, writing activities), (9) merayakan akhir pembelajaran (mental activities, emotional activities)

2.1.5.HasilBelajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah


(43)

tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa, oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran , perubahan perilaku yang harus dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Rifa’i, 2009: 85).

Hasil belajar menurut Bloom mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada penelitian ini menggunakan teori Taksonomi Bloom yang baru,jika dibandingkan dengan taksonomi sebelumnya, ada pertukaran pada posisi C5 dan C6 dan perubahan nama. Istilah sintesis dihilangkan dan diganti dengan Create. Berikut ini Struktur dari Proses Kognitif menurut Taksonomi yang telah direvisi, yaitu (Sanjaya, 2010: 128):

1) mengingat (remember): mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi,

menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dan sebagainya.

2) memahami (comprehension): menafsirkan, meringkas, mengklasifikasi dan

membandingkan;

3) menerapkan (application): melaksanakan, menggunakan, menjalankan,

melakukan, mempraktekkan dan memilih.

4) menganalisis (analysis): menguraikan, membandingkan, mengorganisir,

menyusun ulang dan mengubah struktur

5) mengevaluasi (evaluation): menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi,


(44)

30   

6) berkreasi (create): merancang, membangun, merencanakan,

memproduksi,menemukan, membaharui dan sebagainya.

Domain afektif adalahreceiving (sikap menerima),responding (memberikan

respon),valuing(nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine dan rountinized. Psikomotorik juga keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap (Suprijono, 2009:6-7)

Berdasarkan pendapat para ahli peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang diperoleh seseorang setelah melakukan aktivitas belajar yang meliputi tiga ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dalam penelitian ini, ketiga ranah tersebut diamati. Sehingga data penelitian yang didapat dan diolah untuk menentukan ketuntasan/kelulusan hasil belajar siswa didasarkan pada pengamatan selama proses pembelajaran dan hasil tes di akhir pembelajaran pada mata pelajaran PKn.

2.1.6.Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk

membentuk warga Negara yang baik. Oleh karena itu pendidikan nilai, moral dan norma secara terus-menerus ditanamkan sehingga warga negara yang baik lekas terwujud (Ruminiati, 2007:1-1). Selanjutnya, Azis (2010) berpendapat Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan


(45)

melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI (BSNP, 2006:271) dijelaskan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Winaputra (2009:1.1) menyatakan tugas PKn mengembangkan pendidikan

demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga

negara (civic intelligence), membina tanggungjawab warga negara (civic

responsibility), dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation). selain itu Winaputra (2009:1.20) menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.

Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mulyasa (dalam Ruminiati, 2007:1.26) adalah untuk menjadikan siswa : (1) mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam


(46)

32   

menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. (2) mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggungjawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan. (3) bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini, karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik, maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah diwujudkan.

Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI (BNSP, 2006:271-272) ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta

lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan,

2) norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata

tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilannasional, hukum dan peradilan internasional,


(47)

3) hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, kemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM,

4) kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai

warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri , persamaan kedudukan warga negara,

5) konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi,

6) kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi,

7) pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka, dan

8) globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia

di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa PKn adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk menanamkan nilai–nilai Pancasila dalam


(48)

34   

pembentukan karakter bangsa, guna membentuk siswa menjadi warga negara yang cerdas, terampil, bertanggungjawab, sadar akan hak dan kewajibannya, serta taat kepada nilai-nilai Pancasila dan prinsip-prinsip dasar demokrasi.

Dari ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi Menghargai dan Mentaati Keputusan bersama pada kelas V semester 2 yang masuk dalam ruang lingkup kebutuhan warga negara.

2.1.7. Model Pembelajaran Quantum Teaching

2.1.7.1.Pengertian Model Pembelajaran Quantum Teaching

Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas satu atau yang lain. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran, para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran(Rusman, 2010:133). Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil pembelajaran siswa, diantaranya adalah model pembelajaran Quantum Teaching.

Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan mengoptimalkan unsur pada siswa dan lingkungan belajarnya yang menjadikan proses pembelajaran menyenangkan. Model ini juga memadukan belajar dan


(49)

kecakapan hidup, menghasilkan siswa-siswa sebagai pebelajar dan bertanggung jawab bagi pendidikannya sendiri.

Quantum Teaching merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian terarah, untuk segala mata pelajaran. Quantum Teaching adalah penggubahan cara belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dalm kerangka untuk belajar (DePorter, 2010:31).

Menurut DePorter (2010:34) asas utama pada model pembelajaran Quantum Teaching adalah “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka”. Maksudnya yaitu mengingatkan pendidik pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Hal ini menunjukkan betapa pembelajaran dengan model Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang harus dipelajari oleh siswa, tetapi jauh dari itu siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik ketika belajar.

Prinsip-prinsip model pembelajaran Quantum Teaching menurut DePorter (2010:36) dijelaskan sebagai berikut :


(50)

36   

1) segalanya berbicara

Segala sesuatu mulai dari lingkungan pembelajaran hingga bahasa tubuh pengajar,penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan untuk belajar.

2) segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan, baik pengajar maupun pembelajar harus menyadari bahwa kegiatan yang dibuatnya selalu memiliki tujuan.

3) pengalaman sebelum pemberian nama

Otak kita bisa berkembang pesat dengan adanya rangsangan komunikasi yang akan menggerakkan rasa ingin tahu, oleh karena itu proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mendapat informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk mereka mempermudah mempelajari.

4) akui setiap usaha

Belajar mempunyai aturan, belajar berarti melangkah keluar dari kenyatan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka pantas mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka sehingga merasa bangga dengan kemampuan yang mereka miliki bisa menimbulkan minat yang lebih besar.

5) jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

Guru sebaiknya sering memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil dalam menyelesaikan tugas dengan cepat dan benar. Dengan pemberian hadiah berupa


(51)

pujian mereka akan merasa dihargai, sehingga mereka akan selalu berusaha agar dapat memecahkan masalah dari tugas yang diberikan.

2.1.7.2. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching

Menurut DePorter (2010:127) kerangka Quantum Teaching dikenal dengan konsep TANDUR, yang merupakan akronim dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan. Kerangka TANDUR sedapat mungkin membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun mata pelajaran, tingkat kelas, dengan beragam budayanya, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan dalam belajar.

Kerangka Pembelajaran Quantum Teaching TANDUR adalah sebagai berikut

(DePorter, 2010:128-136) :

1) Tumbuhkan

Menumbuhkan minat dengan menanamkan manfaat dari belajar suatu materi untuk kehidupan siswa (AMBAK, Apa Manfaatnya BAgiKu). Melalui penyertaan pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, video, cerita.

2) Alami

Maksudnya proses pembelajaran akan lebih bermakna jika guru dapat mendatangkan atau menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa. Misalnya memerankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk sandiwara, memberi tugas kepada peserta didik secara kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki.


(52)

38   

3) Namai

Penanaman konsep, kata kunci, rumus, atau identitas saat siswa larut masuk dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan mengunakan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis dan poster di dinding. Hal tersebut membuat peserta didik penasaran dan penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka.

4) Demonstrasikan

Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka dengan aktualisasi diri yaitu mengaitkan antara pengalaman dan nama dengan cara menunjukkan dan melakukannya.

5) Ulangi

Pendidik menunjukkan kepada pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, pengulangan memperkuat bahwa mereka telah tahu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain, atau guru dan murid melakukan penyimpulan pembelajaran secara bersama- sama.

6) Rayakan

Pengakuan untuk penyelesaian, partisiapasi, pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan memberikan rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Betuk- bentuk perayaan menurut DePorter (2010:64) dapat berupa: tepuk tangan, tiga kali hore, jentikan jari, catatan pribadi, persekongkolan, kejutan, pengakuan kekuatan, katakan kepada teman sebangku dan pujian kepada teman sebangku.


(53)

2.1.7.3. Kelebihan dan Kekurangan model Quantum Teaching

Di bawah ini beberapa kelebihan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching :

1) Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran

pikiran yang sama.

2) Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses

pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

3) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan

keterangan-keterangan yang banyak.

4) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

5) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan

kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.

6) Karena model pembelajaranQuantum Teaching membutuhkan kreativitas dari

seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya.

7) Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.

Sedangkan kekurangan dari model Quantum Teachingmenurut Susanti (2012) adalah sebagai berikut:

1) Materi yang dapat disampaikan dalam satu pertemuan tidak terlalu banyak,

karena terbatas oleh waktu. Suatu materi diulas berulang-ulang pada sintaks namai, demonstrasikan, ulangi.


(54)

40   

2) Banyak memakan waktu dalam hal persiapan

3) Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, Karena tanpa ditunjang

hal semacam itu pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.

Dari beberapa kelemahan yang disebutkan, untuk meminimalisir hal tersebut,yang pertama materi yang disampaikan dalam satu pertemuan tidak terlalu banyak. Hal tersebut dapat teratasi karena materi dalam mata pelajaran PKn tidak begitu banyak dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Yang kedua,banyak memakan waktu dalam hal persiapan. Untuk mengatasinya terlebih dahulu guru harus mempersipkan segala kebutuhan yang diperlukan selama proses pembelajaran seperti media dan lembar evaluasi tanpa mengganggu jam pelajaran. Untuk menunjang keterampilan guru dalam mengajar guru berusaha menggunakan media audio visual sebagai sarana penyampaian informasi dan menyelipkan permainan-permainan kreatif agar kegiatan belajar lebih menyenangkan dengan tetap menggunakan sistem kerangka TANDUR

2.1.8. Media Audio Visual

Ruminiati (2007:2.11) menjelaskan media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.


(55)

Selain itu, Hamdani (2011:243) berpendapat bahwa media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran

Sementara Djamarah (2010:120) menjelaskan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuaan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media memiliki arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.

Media dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Hal tersebut dikemukakan oleh

Djamarah (2010:124) secara garis besar jenis media pembelajaran terbagi atas :

1) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,

seperti radio dan rekaman suara

2) Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.

Seperti foto, gambar atau lukisan, dan cetakan.

3) Media audio visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur


(56)

42   

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu

yang dapat mengkomunikasikan informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud pengajaran dari pengajar kepada peserta didik guna tercapainya tujuan pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media audio visual untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.

Media audio visual, yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan

kemampuan indera telinga atau pendengaran dan indera mata atau penglihatan. Jenis media pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa.

Media audio visual yang dapat digunakan dalam pembelajaran banyak ragamnya,

setiap jenis alat memiliki tingkat keefektifannya sendiri-sendiri. Penggunaannya untuk meningkatkan keaktifan dan keefektifan belajar tergantung kepada jenisnya, ketersediaanya, dan kemampuan menggunkannya (Sumiati, 2009:161).

Menurut Hamalik (2010: 249) sesuai dengan namanya media audio visual merupakan media kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang dengar. Media audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu media audio visual dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peranan dan tugas guru. Sebab, dalam penyajian materi dapat digantikan oleh media, dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.

Ruminiati (2007, 2.13-2.14) menyebutkan beberapa contoh media audio visual antara lain televisi, video, film atau demonstrasi langsung. Media audio visual dapat dibedakan lagi menjadi media audio visual diam dan media audio visual gerak.


(57)

Audio visual diam adalah media yang menampilkan suara dan gambar diam (tidak bergerak). Misalnya, film bingkai suara sound sistem, film rangkai suara, dan cetak suara. Audio visual gerak adalah media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak. Misalnya, film suara dan video.

Menurut Putusutrisna (2011) kelebihan menggunakan media audio visual antara lain :

1) menarik, beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap

melalui media penglihatan (media visual), sekaligus dengan pendengaran, dapat memepercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.

2) baik untuk semua siswa karena dapat mendengar dan melihat.

3) dapat menampilkan grafik, gambar, diagram ataupun cerita.

4) variatif karena jenisnya yang beragam sehingga siswa merasa tidak bosan.

5) dapat diperlambat dan diulang.

6) dapat digunakan tidak hanya untuk satu orang.

7) dapat dipergunakan untuk memberikan umpan balik.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media audio visual

merupakan kombinasi antara audio (suara)dan visual (penglihatan). Dimana

informasi yang diberikan dapat ditangkap oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, sehingga informasi yang disampaikan bisa lebih cepat diserap oleh siswa.


(58)

44   

2.1.9. Penerapan Model Quantum Teaching dengan Media Audio Visual pada Pembelajaran PKn

Penerapan modelQuantum Teaching dengan media audio visual dalam

pembelajarn PKn dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Dengan bantuan media audio visual dengan memperhatikan prinsip-prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, jika layak dipelajari maka layak dirayakan (DePorter, 2010:36).

Langkah-langkah dalam kegiatan pembelajarannya sebagai berikut: Tabel 2.1

Penerapan Model Quantum Teaching dengan Media Audio Visual

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan

1. Tumbuhkan minat belajar

siswa. Guru menyajikan video yang berkaitan dengan materi untuk menarik perhatian siswa, memfokuskan perhatian siswa. Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Siswa mengamati video. Menjawab pertanyaan dari guru, sehingga siswa dapat mengaitkan jawaban tersebut dengan materi yang akan dipelajari.

Tumbuhkan

2. Menciptakan pengalaman

umum yang mudah dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang berkaitan dengan pengalaman siswa sehari-hari.

Siswa mengaitkan pengalaman umum yang pernah

dijumpainya/dialaminya dengan informasi baru yang diterima

Alami

3. Guru menjelaskan dan

membimbing siswa berdiskusi dalam mengidentifikasikan materi.

Siswa membentuk

kelompok, aktif berdiskusi dalam mengidentifikasikan materi dengan bantuan media audio visual.

Namai

4. Guru membimbing

demonstrasi siswa dari hasil kerja kelompok.

siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.Kelompok lain


(59)

diberi kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dari hasil kerja kelompok yang

dipresentasikan

5. Guru membimbing siswa

dalam , menyimpulkan , merefleksi dan mengevaluasi pembelajaran. (misalnya dengan merangkum materi, menggunakan permainan, atau mengajukan pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari)

Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siswa menanggapi refleksi dari guru. (misalnya menjawab pertanyaan yang diberikan guru, menyebutkan poin-poin materi, atau menulis rangkuman materi).

Ulangi

6. Pemberian umpan balik positif

kepada siswa. Guru mengondisikan akhir pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa untuk merayakan kegiatan pembelajaran di kelas. (misalnya dengan bernyanyi bersama, memberikan pujian, atau memberikan reward berupa tepukan)

Siswa bersama guru merayakan akhir kegiatan pembelajaran.

Rayakan

2.1.10.Teori yang Mendasari Model Quantum Teachingdengan MediaAudio Visual

2.1.10.1. Teori Humanistik

Dalam pembelajaran yang diutamakan adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Dalam praktiknya teori humanistik menolak drill soal untuk siswa. Siswa diarahkan untuk tahu bagaimana cara belajar sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan potensi siswa. Dalam Rifa’i, dkk. (2009:145) disebutkan bahwa pendekatan humanistik menjauhkan siswa dari belajar dalam


(60)

46   

tekanan keluarga dan masyarakat. Hasil belajar yang diharapkan berupa perkembangan sosial emosi. Pendekatan humanistik mengkombinasikan metode pembelajaran individual dan kelompok kecil. Pembelajaran merupakan wahana bagi peserta didik untuk melakukan aktualisasi diri, sehingga pendidik harus membangun kecenderungan tersebut dan mengorganisasi kelas agar peserta didik melakukan kontak dengan peristiwa-peristiwa yang bermakna. Apabila kelas terbangun seperti harapan, maka peserta didik akan memiliki keinginan untuk belajar, ingin tumbuh, berupaya menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, memiliki harapan untuk menguasainya, dan ingin untuk menciptakan sesuatu. Penggunaan metode humanistik dalam pendidikan memungkinkan peserta didik menjadi individu beraktualisasi diri (self actualized persons). Kreativitas individu yang beraktualisasi diri telah melekat pada setiap anak, tidak memerlukan bakat dan kemampuan tertentu. Kreativitas itu memerlukan lingkungan yang mendukung perkembangan.

Dalam teori humanistik guru memiliki posisi sebagai fasilitator sehingga siswa mempelajari apa yang mereka butuhkan, belajar dengan cara belajar siswa sendiri, evaluasi dilakukan dan siswa dapat mengetahui kemampuan diri sendiri, muncul keseimbangan antara domain afektif dan kognitif, mendapat kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan. Hal ini tercermin jika dilaksanakan prinsip-prinsip belajar yaitu swa arah, belajar tentang cara belajar, evaluasi diri, pentingnya perasaan, dan bebas dari ancaman (Rifa’i dkk, 2009:150-154).


(61)

2.1.10.2. Teori Konstruktivisme

Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar berarti mengkonstruksi makna atas informasi dan masukan-masukan yang masuk dalam otak. Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Peserta didik yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari harus mampu memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat dengan berbagai gagasan. Pendidik adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada peserta didik, sebab peserta didik yang harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Sebaliknya tugas utama pendidik adalah :

1) Memperlancar peserta didik dengan cara mengajarkan

cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan dengan peserta didik.

2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri.

3) Menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi

belajarnya sendiri.

Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila dianggap tidak dapat digunakan lagi. Hal ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran (Rifa’i, 2009:137).


(62)

48   

Berdasarkan dua teori belajar tersebut, pembelajaran PKn menggunakan modelQuantum Teaching dengan media audio visual memungkinkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya, karena siswa belajar dengan mengaktualisasikan diri tanpa tekanan dari siapapun, dan melatih siswa untuk memiliki rasa tanggung jawab.

2.2.

KAJIAN EMPIRIS

Peneltian dengan menggunakan model Quantum Teaching dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa oleh Saidah Dimyati pada tahun 2010 mahasiswa jurusan PGSD Universitas Malang dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan hasil belajar IPA melalui Quantum Teaching di kelas IV SD Negeri Tegalgondo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang”. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Teaching pada siklus I hasil belajar siswa meningkat menjadi 61,5, pada siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi menjadi 78,75 dan siklus III hasil belajar siswa meningkat menjadi 80.

Selain itu penelitian Dhomas Ikhtiari (2012) yang berjudul “Peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui model Quantum Teaching pada siswa kelas IV SDN Pakintelan Semarang”. Dari penelitian tersebut hasil belajar pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat sebanyak 40%, pada siklus II meningkat menjadi menjadi 63,35%, dan siklus III meningkat menjadi 80%. Uraian tersebut mengemukakan bahwa model Quantum Teaching telah terbukti secara


(63)

empiris dapat diterapkan dalam pendidikan. Dengan menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri siswa. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi dan bersifat humanistic. Pembelajaran Kuantum juga menyeimbangkan ketermpilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material siswanya. Serta mengintegrasikan totalitas tubuh dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi nyaman dan hasilnya optimal.

Dalam penelitian Maghfiroh (2010) yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar melalui Metode Quantum Teaching pada pelajaran PKn pada Siswa Kelas IV SDN Talang III” Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara maka penerapan Quantum teaching, mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata dari pre test sebesar 6,55 pada siklus I ini meningkat menjadi 7,93 atau sekitar 4%. Sedangkan pada siklus II peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pre test sebesar 6,55 pada siklus II ini meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 35%. Hal ini menunjukkann bahwa 90% siswa berhasil meningkatkan prestasi belajar PKn dengan hasil belajar yang baik, walaupun selama penerapan masih mengalami beberapa hambatan, akan tetapi hal ini bukan berarti menafikan keberhasilan penerapan quantum teaching dalam pelajaran PKn pada siswa kelas IV di SDN Talang III Sumenep karena dalam penerapan Quantum Teaching telah menunjukkan hasilnya yaitu kegairahan dan kesenangan siswa dalam belajar, suasana yang terlihat dinamis dan siswa menjadi aktif.


(64)

50   

Penelitian Suwarto dkk. Dengan judul “Penggunaan Media audio visual untuk

Meningkatkan Hasil Belajar PKn” Berdasarkan hasil penelitian penggunaan media audio-visual pada siswa kelas III SDN Dadapsari Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: melalui penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan pengenalan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat pada siswa kelas III SD Negeri Dadapsari Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 54,51; siklus pertama 72,42; dan pada siklus kedua naik menjadi 85,93. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 46,51%, tes siklus pertama 86,95%, dan pada tes siklus kedua siswa belajar tuntas mencapai 100%.Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

Kajian empiris tersebut, digunakan sebagai landasan atau penguat dalam penelitian ini yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Model Quantum Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VA SDN Tambakaji 05 Kota Semarang.

2.3.

KERANGKA BERPIKIR

Kondisi awal yang terlihat pada siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang yaitu rendahnya kualitas pembelajaran yang ditandai dengan belum diterapkannya


(1)

Gambar 10 guru melaksanakan refleksi dalam pembelajaran

Gambar 11 Siswa menyimpilkan materi pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 2


(2)

Gambar 12 Guru melakukan evaluasi Pembelajaran

Gambar 13 Siswa mengerjakan evaluasi individu


(3)

pembelajaran


(4)

Gambar 16 Guru bersama observer

Surat-Surat Penelitian LAMPIRAN 16


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN PLALANGAN 04 KOTA SEMARANG

0 5 302

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KARANGANYAR 01 SEMARANG

0 20 251

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KANDRI 01 KOTA SEMARANG

0 10 290

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TALKING STICK BERBASIS MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS V SDN TAMBAKAJI 05 KOTA SEMARANG

3 21 300

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA SEMARANG

0 16 294

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN TAMBAKAJI 02 SEMARANG

26 122 280

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN TAMBAKAJI 01 KOTA SEMARANG

0 18 244

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STRUCTURED NUMBERED HEADS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TAMBAKAJI 05 SEMARANG

0 17 374

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL RECIPROCAL TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA SEMARANG

1 24 291

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN TAMBAKAJI 04 KOTA SEMARANG

0 5 308