Mengacu  pada  beberapa  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa berdasarkan  fungsi  penampilannya  tokoh  dibedakan  menjadi  dua  yaitu  tokoh
protagonis  dan  tokoh  antagonis.  Tokoh  protagonis  merupakan  tokoh  pendukung cerita.  Sedangkan  tokoh  antagonis  merupakan  tokoh  penentang  cerita  yang
beroposisi dengan tokoh protagonis dan menjadi penyebab terjadinya konflik.
2.2.2.3 Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Berdasarkan  perwatakannya  tokoh  cerita  dapat  dibedakan  ke  dalam  tokoh sederhana  simple  atau  flat  character  dan  tokoh  kompleks  atau  tokoh  bulat
complex  atau  round  character.  Pembedaan  ini  berasal  dari  Foster  dalam bukunya “Aspects of the Novel” yang terbit pertama kali tahun 1972. Pembedaan
tokoh  ke  dalam  sederhana  dan  kompleks  tersebut  kemudian  menjadi  sangat terkenal Foster dalam Nurgiyantoro 1994:181.
Menurut  Abrams  dalam  Nurgiyantoro  1994:181-183,  tokoh  sederhana adalah tokoh  yang hanya  memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak
yang tertentu saja. Ia tak diungkap berbagai sisi kehidupannya. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya  mencerminkan satu
watak  tertentu.  Watak  yang  telah  pasti  itulah  yang  mendapat  penekanan  terus- menerus  dalam  fiksi  yang  bersangkutan.  Sedangkan  tokoh  bulat  atau  kompleks
berbeda  dengan  tokoh  sederhana.  Tokoh  bulat  adalah  tokoh  yang  memiliki  dan diungkap  berbagai  kemungkinan  sisi  kehidupannya,  sisi  kepribadian,  dan  jati
dirinya. Ia dapat saja  memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia  pun  dapat  pula  menampilkan  watak  dan  tingkah  laku  bermacam-macam,
bahkan  mungkin  seperti  bertentangan  dan  sulit  diduga.  Dibandingkan  dengan tokoh  sederhana  tokoh  bulat  lebih  menyerupai  kehidupan  manusia  yang
sesungguhnya,  karena  disamping  memiliki  berbagai  kemungkinan  sikap  dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan.
Pendapat  lain  dikemukakan  oleh  Satoto  1989:46-47.  Menurutnya  tokoh sederhana  atau  tokoh  datar  merupakan  tokoh  dalam  karya  sastra,  baik  lakon
maupun  romannovel  yang  hanya  diungkap  dari  satu  segi  wataknya.  Tokoh semacam  ini  sifatnya  statis,  tidak  dikembangkan  secara  maksimal.  Apa  yang
dilakukan  tidak  menimbulkan  kejutan  pada  publiknya,  contohnya  adalah  tokoh- tokoh  dalam  cerita  wayang.  Pada  umumnya  tokoh  dalam  cerita  wayang
merupakan  tokoh  datar.  Sedangkan  tokoh  bulat  round  Character  merupakan tokoh dalam  karya  sastra, baik  jenis  lakon  maupun romannovel,  yang diporikan
segi-segi  wataknya,  hingga  dapat  dibedakan  dari  tokoh-tokoh  lain.  Tokoh-tokoh bulat  dapat  mengejutkan  pembaca,  pendengar  atau  penonton  karena  kadang-
kadang terungkap watak yang tidak terduga. Tokoh  bulat  atau  kompleks  adalah  tokoh  yang  diungkap  sebagai
kemungkinan  sisi  kehidupannya,  sisi  kepribadian  dan  jati  dirinya.  Dibandingkan dengan  tokoh  sederhana,  tokoh  bulat  lebih  menyerupai  kehidupan  manusia  yang
sesungguhnya,  karena  disamping  memiliki  berbagai  kemungkinan  sikap  dan tindakan,  ia  juga  sering  memberikan  kejutan  Abrams  dalam  Nurgiyantoro
1994:183.  Tokoh  sederhana  tetap  diperlukan  kehadirannya  dalam  sebuah  karya fiksi. Kehadiran tokoh sederhana dalam sebuah karya fiksi justru dapat menambah
tingkat  intensitas  kekomplekan  tokoh  lain  yang  memang  dipersiapkan  sebagai
tokoh  bulat.  Tokoh  sederhana  akan  mudah  dikenali  dimanapun  ia  hadir  dan mudah diingat oleh pembaca, dalam hal ini, menurut Foster dalam Nurgiyantoro
1994:187  merupakan  keuntungan  penampilan  tokoh  tersebut.  Penampilan  tokoh sederhana  stereotip  sebagai  pengganti  imajinasi  dan  tokoh  sederhana  yang
diindividualkan Kenny dalam Nurgiyantoro 1994:187. Pembedaan tokoh cerita ke dalam sederhana dan kompleks sebenarnya lebih
bersifat  teoritis  sebab  pada  kenyatannya  tidak  ada  ciri  perbedaan  yang  pilah diantara  keduanya.  perlu  pula  ditegaskan  bahwa  pengertian  tokoh  sederhana  dan
kompleks  tersebut  tidak  bersifat  pengontrasan.  Artinya  tokoh  sederhana  bukan sebagai kebalikan atau dalam pertentangannya dengan tokoh kompleks.
Perbedaan antara sederhana dan kompleks  itu  lebih  bersifat penggradasian, berdasarkan  kompleksitas  watak  yang  dimiliki  para  tokoh.  Misalnya,  sederhana,
agak  kompleks,  lebih  kompleks,  kompleks,  dan  sangat  kompleks.  Dengan demikian  apakah  seorang  tokoh  cerita  itu  dapat  digolongkan  sebagai  tokoh
sederhana  atau  kompleks,  mungkin  saja  untuk  setiap  orang  akan  berbeda pendapat.  Hal  itu  juga  mengingat  bahwa  pembedaan  ke  dalam  tokoh  sederhana
dan  kompleks  masing-masing  sebagai  tokoh  yang  hanya  diungkapkan  satu  sisi dan  berbagai  sisi  kehidupannya  sebenarnya  lebih  pada  usaha  penyederhanaan
masalah saja Nurgiyantoro 1994:184. Berdasarkan  beberapa  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  tokoh
sederhana  atau  tokoh  datar  yaitu  tokoh  yang  hanya  diungkap  dari  satu  sisi kehidupan.  Tokoh  ini  mempunyai  satu  sifat  yang  sudah  pasti.  Watak tersebutlah
yang  diungkap  dan  mendapat  penekanan  dari  pengarangnya.  Sebaliknya,  tokoh
bulat  merupakan  tokoh  yang  diungkap  dari  berbagai  sisi  kehidupan.  Tokoh  ini mempunyai  berbagai  macam  sifat,  bahkan  sifat  yang  tidak  terduga  atau
bertentangan  dengan  sifat  yang  telah  dibayangkan  pembacapenonton sebelumnya.
2.2.2.4 Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang