Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya melalui tokoh-tokoh lain yang memiliki hubungan penting dengannya Aminuddin 2009:80. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh utama merupakan tokoh yang dibuat sinopsisnya, sedangkan tokoh tambahan biasanya diabaikan Nurgiyantoro 2000:177. Pendapat lain dikemukakan oleh Satoto 1989:46. Menurutnya tokoh utama merupakan pusat atau sentral cerita, biasanya merupakan tokoh protagonis. Sedangkan tokoh pembantu merupakan tokoh yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi, tetapi ia diperlukan untuk membantu menyelesaikan cerita. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya tokoh cerita dalam sebuah karya fiksi dibedakan menjadi dua yaitu: 1 tokoh utama, merupakan tokoh yang memegang peranan penting dalam cerita, sering ditampilkan, dan merupakan pusat atau sentral cerita; 2 tokoh tambahan, yaitu tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama.

2.2.2.2 Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Berdasarkan fungsi penampilan, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis Nurgiyantoro 2000:178. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, salah satu jenisnya secara populer disebut hero. Tokoh protagonis merupakan pengejawantahan norma dan nilai yang ideal. Tokoh protagonis menampilkan gambaran yang sesuai dengan pandangan pembaca dan harapan pembaca. Tokoh protagonis sering dikenal sebagai tokoh yang memiliki kesamaan dengan pembaca, segala apa yang dirasa, dipikir, dilakukan tokoh protagonis sekaligus mewakili pembaca. Sebuah karya fiksi harus mengandung konflik dan ketegangan, khususnya konflik dan ketegangan yang dialami tokoh protagonis. Kebalikan dari tokoh protagonis adalah tokoh antagonis. Biasanya tokoh antagonis menjadi penyebab konflik di dalam sebuah cerita. Penggambaran dari tokoh antagonis ini sering berlawanan dengan tokoh protagonis sehingga pembaca seringkali kurang simpati bahkan cenderung membenci tokoh antagonis tersebut. Menentukan tokoh-tokoh cerita ke dalam protagonis dan antagonis kadang- kadang tidak mudah, atau paling tidak pembaca bisa berbeda pendapat. Tokoh yang mencerminkan harapan atau norma ideal memang dapat dianggap sebagai tokoh protagonis. Namun tidak jarang terdapat tokoh yang tidak membawakan nilai-nilai moral atau yang berdiri dipihak lawan justru yang diberi simpati dan empati oleh pembaca. Jika terdapat dua tokoh yang berlawanan, tokoh yang banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan visinya itulah yang kemungkinan besar memperoleh simpati dari pembaca Luxemburg dalam Nurgiyantoro 1994:180. Pendapat lain dikemukakan oleh Altenbern Lewis dalam Nurgiyantoro 1994:178. Berdasarkan fungsi penampilannya, mereka membagi tokoh menjadi dua jenis yaitu tokoh antagonis dan tokoh protagonis. Tokoh antagonis merupakan tokoh penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis barang kali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung bersifat fisik ataupun batin. Sebaliknya, tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi atau biasa disebut “hero”, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma dan nilai-nilai yang ideal. Menurut Luxemburg dalam Nurgiyantoro 1994:180, tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan pembaca. Maka pembaca sering mengenalinya karena memiliki kesamaan dengan dirinya, segala apa yang dirasa, dipikir, dan dilakukan tokoh itu sekaligus mewakili dirinya. Menentukan tokoh-tokoh cerita ke dalam protagonis dan antagonis kadang-kadang tidak mudah, atau paling tidak orang bisa berbeda pendapat. Tokoh yang mencerminkan harapan atau norma ideal memang dapat dianggap sebagai tokoh protagonis. Namun tak jarang ada tokoh yang tak membawakan nilai-nilai moral pembaca pada umumnya justru diberi simpati dan empati oleh pembaca. Jika terdapat dua tokoh yang berlawanan, tokoh yang lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan visinya itulah yang kemungkinan besar memperoleh simpati, dan empati dari pembaca Luxemburg dalam Nurgiyantoro 1994:180. Senada dengan Altenbern Lewis, Satoto 1989:46 mengungkapkan bahwa tokoh protagonis merupakan pemeran utama yang menjadi pusat cerita. Sedangkan tokoh antagonis merupakan lawan tokoh protagonis, ia suka menjadi musuh atau penghalang bagi tokoh protagonis. Tokoh ini merupakan penyebab timbulnya konflik. Mengacu pada beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan fungsi penampilannya tokoh dibedakan menjadi dua yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh pendukung cerita. Sedangkan tokoh antagonis merupakan tokoh penentang cerita yang beroposisi dengan tokoh protagonis dan menjadi penyebab terjadinya konflik.

2.2.2.3 Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat