Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral

perkembangan zaman ikut menentukan bagaimana tokoh cerita ditampilkan. Jadi, tokoh sebaiknya diamati dalam hubungannya dengan unsur cerita yang lain dan di dalam hubungannya dengan cerita tersebut secara keseluruhan. Penilaian terhadap tokoh datar dan tokoh bulat harus dilakukan dengan mempertimbangkan sumbangan tokoh tersebut terhadap cerita dan fungsi tokoh tersebut di dalam cerita. Satoto 1989:47 juga mengungkapkan bahwa tokoh statis merupakan tokoh dalam novelroman atau lakon yang dalam perwatakannya sedikit sekali mengalami perkembangan atau bahkan tidak mengalami perubahan sama sekali. Berkaitan dengan pengertian tokoh berkembang, hal tersebut tidak dicantumkan dalam bukunya. Mengacu pada beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh statis merupakan tokoh yang sedikit sekali mengalami perkembangan perwatakan atau bahkan tidak mengalami perkembangan perwatakan sama sekali. Tokoh jenis ini mempunyai watak dan sikap yang relatif tetap. Sebaliknya, tokoh berkembang yaitu tokoh yang mengalami perkembangan perwatakan sejalan sengan perubahan peristiwa dalam cerita.

2.2.2.5 Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral

Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dari kehidupan dalam cerita, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individunya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili, menurut Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro 1994:190. Tokoh tipikal merupakan gambaran, cerminan, atau penunjukkan terhadap orang, bisa juga sebagai kelompok orang yang terkait dengan sebuah lembaga, atau juga sebaliknya yang terdapat di dunia nyata. Sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dengan dalam dunia fiksi. Ia hadir semata-mata demi cerita atau bahkan dialah yang sebenarnya empu cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan. Kehadirannya tidak berpotensi untuk mewakili atau menggambarkan sesuatu yang di luar dirinya, yaitu seseorang yang berasal dari dunia nyata. Atau paling tidak, pembaca mengalami kesulitan untuk menafsirkannya dikarenakan kurang adanya unsur bukti pencerminan dari kenyataan di dunia nyata Nurgiyantoro 2000:191. Penokohan tokoh cerita secara tipikal pada hakikatnya dapat dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran, pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Tanggapan itu mungkin dapat bernada negatif, mengecam, atau dapat juga tanggapan yang bersifat netral. Artinya pengarang melukiskan sebuah karya fiksi dengan apa adanya tanpa disertai sikap yang subjektivitasnya sendiri yang cenderung memihak. Penokohan yang tipikal ataupun bukan berkaitan erat dengan makna, intentional meaning, makna yang tersirat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Melalui tokoh tipikal itu pengarang tidak sekedar memberikan reaksi atau tanggapan, melainkan sekaligus memperlihatkan sikapnya terhadap tokohnya itu sendiri dalam Nurgiyantoro 1994:191. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh tipikal merupakan pencerminan orang atau sekelompok orang yang terikat suatu lembaga yang ada di dunia nyata. Dengan kata lain, tokoh tipikal adalah tokoh yang sedikit ditampilkan sisi individualitasnya. Sebaliknya, tokoh netral adalah tokoh yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Tokoh netral tidak berpretensi untuk mewakili atau menggambarkan sesuatu yang diluar dirinya, seseorang yang berasal dari dunia nyata.

2.2.3 Teknik Pelukisan Tokoh