87
terhadap peristiwa yang terjadi di dalam cerita tersebut. Majas yang mendominasi yaitu majas personifikasi dan majas simile. Misalnya pada kutipan kalimat
“Gumerite lawang kaya wong njerit kelaran.” TNB, PMJno 51 hlm 15. Kalimat tersebut merupakan majas personifikasi, dapat terlihat dalam kutipan gumerite
lawang kaya wong njerit kelaran. Dalam kutipan tersebut suara pintu yang terbuka diibaratkan seperti manusia manusia yang sedang menjerit kesakitan. Pemajasan
tersebut menimbulkan efek menyeramkan bagi pembaca karena dari suara pintu yang terbuka saja seperti suara orang yang menjerit kesakitan seperti sedang
mendapatkan siksaan di dalam kubur. Majas simile terdapat pada kutipan “Aku ya tau diwedeni memedi, je. Wusanane suara kaya tawon mondhok, ngebaki
ruangan” DMS, PMJno 45 hlm 15. Kalimat tersebut merupakan majas simile, hal ini dapat terlihat pada kalimat suara kaya tawon mondhok. Kutipan kalimat
tersebut membandingkan atau mengibaratkan suara gaduh dalam kelas karena ketakutan yang dialami murid-murid SD yang melihat hantu dengan suara lebah
yang bergerombol di sarangnya, sehingga menimbulkan kesan yang menyeramkan bagi pembaca karena terdapat hantu di dalam kelas.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Kesebelas cerita misteri yang telah diteliti tersebut diharapkan dapat menjadi
acuan dalam pengembangan terori sastra bidang stilistika yaitu gaya bahasa
88
yang meliputi penggunaan pilihan kata diksi, struktur kalimat, dan pemajasan.
2. Hendaknya penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian
selanjutnya, bukan hanya dalam kajian gaya bahasa, namun dapat melalui kajian yang lain.
89
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Aminudin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa Dan Karya Sastra.
Semarang: IKIP Semarang Press. Chaer, Abul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Kurniati, Endang. 2008. Sintaksis Bahasa Jawa. Semarang: Griya Jawi.
Natawijaya, Suparman. 1986. Apresiasi Stilistika. Jakarta: Intermasa. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. 1995. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Poejosoedarmo, Soepomo. 1979. Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Purwaningsih, Ellyasa. 2010. Klasifikasi Lelembut dalam Cerita Alaming Lelembut di Majalah Panjebar Semangat. Skripsi. Jurusan Bahasa dan
Sastra Jawa. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sasangka, S.S.T. Wisnu. 2008. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta: Paramalingua.
Sayekti, Ira Wuri. 2010. Tokoh dan Penokohan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut pada Majalah Panjebar Semangat. Skripsi. Jurusan Bahasa dan
Sastra Jawa. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Grafiti.
Supriyanto, Teguh. 2011. Kajian Stilistika dalam Prosa. Semarang: Elmatera Publishing.
90
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung. Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
91
LAMPIRAN KARTU DATA
1. Diksi Dalam Kumpulan Cerita Misteri Jagading Lelembut Pada Majalah
Djaka Lodang Tahun 2001
a. Kata Benda Nomina