46
2.3. Hubungan antara kualitas komunikasi antara anak dengan
orang tua dengan kebiasaan anak dalam belajar.
Masa anak yang berusia 13 – 15 yang duduk di bangku SMP merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, dimana masa ini terjadi banyak
perubahan, pada masa ini pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga terjadi penurunan yang tajam dari pengaruh orang tua terhadap anak itu sendiri, walaupun
demikian, orang tua masih mempunyai peran penting. Orang tua membantu mengembangkan pola perilaku konstruktif, memuaskan dan bertanggung jawab.
Kelancaran belajar khususnya kebiasan belajar serta keberhasilan anak dipengaruhi oleh faktor intern dalam diri individu dan ekstern luar diri
individu. Salah satu faktor eksern yang dapat mempengaruhi kebiasaan belajar adalah dari keluarga. Kebiasaan belajar untuk mencapai keberhasilan dalam
belajar anak perlu diusahakan hubungan baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian, kasih sayang, serta
terpenuhinya kebutuhan psikologis yang pokok dan sangat penting, yaitu rasa aman. Rasa aman akan dirasakan oleh anak apabila ada komunikasi yang baik
antara anak dan orang tua. Komunikasi adalah sarana untuk menunjukkan hubungan emosional antara anak dan orang tua. Interaksi dan komunikasi yang
harmonis akan terjadi apabila ada rasa saling percaya dan keterbukaan. Anak diberikan kesempatan untuk ikut berperan aktif dalam memutuskan masalah.
Sikap orang tua yang mempercayai remaja membuat anak merasa dimengerti. Hal itulah yang menjadi landasan kenyamanan dalam keluarga.
Anak dapat menarik kesimpulan dari komunikasi yang dilakukan dengan orang tua tentang kegiatan belajar yang dilakukan anak di rumah maupun di
47
sekolah dalam rangka pencapaian hasil belajar yang diharapkan. Jika komunikasi dengan orang tua berjalan dengan baik maka anak akan melakukan kebiasaan-
kebiasaan belajar yang baik pula, artinya bahwa anak tidak melakukan penyimpangan dari peraturan sekolah serta rajin melakukan kegiatan belajar.
Artinya bahwa apabila anak merasa aman di rumah, maka anak tersebut akan dapat mengatasi tugas-tugasnya di sekolah secara memadai sehingga dapat
mencapai keberhasilan dalam belajar di sekolah. Anak tidak mungkin melakukan kebiasaan belajar yang baik dalam mencapai prestasi belajar yang memuaskan
jika keluarga atau orang tua tidak menciptakan iklim yang mendukung untuk hal itu. Perhatian orang tua memberikan sumbangan yang berarti bagi jalannya proses
belajar dalam pencapaian prestasi belajar yang maksimal.
Berhasil baik atau tidaknya kebiasaan belajar pada anak dipengaruhi oleh taraf penguasan kebutuhan psikologis yang penting dalam keluarga. Rasa aman adalah
kebutuhan psikologis yang pokok dan penting. Rasa aman akan dirasakan oleh anak apabila terjalin suatu komunikasi yang baik antara anak dan orang tua tersebut.
Komunikasi ini sebagai sarana untuk menunjukkan hubungan emosional antara anak dengan orang tua. Interaksi dan komunikasi yang harmonis akan terjadi apabila ada
rasa saling percaya, keterbukaan, dan pengertian. Jika orang tua dapat mengerti posisi anak kemudian memberikan semangat serta motivasi yang baik pada anak maka
timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk melakukan belajar yang lebih baik. Anak dapat menyadari bagaimana kebiasaan belajar yang baik dan positif
serta apa tujuan yang hendak dicapai. Hal itulah yang menjadi landasan
termotivasinya anak untuk melakukan kebiasaan belajar yang positif.
48
Berdasarkan penguraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kualitas kumunikasi antara anak dan orang tua dengan kebiasaan anak dalam
belajar, yaitu ketika komunikasi antara anak dan orang tua berkualitas maka anak akan melakukan kebiasaan-kebiasaan positif dalam belajar, dan sebaliknya ketika
komunikasi anak dan orang tua tidak berkualitas maka anak cenderung melakukan kebiasaan-kebiasaan negatif dalam belajar. Perasaan aman dan nyaman akan
membuat anak mengembangkan perilaku yang merupakan kebiasaan positif dalam kegiatan belajar.
49
2.4. KERANGKA BERFIKIR