Fault Slip-Rate
Sense Mechanism
Dip Top Bottom L
km M
max
No Nama
mmyr Weigh
t 13
Dikit 11
1 Strike-slip
90 3
20 60
7,2 14
Ketaun 11
1 Strike-slip
90 3
20 85
7,3 15
Musi 11
1 Strike-slip
90 3
20 70
7,2 16
Manna 11
1 Strike-slip
90 3
20 85
7,3 17
Kumering 11
1 Strike-slip
90 3
20 150
7,6 18
Semangko 5
1 Strike-slip
90 3
20 65
7,2 19
Sunda 5
1 Strike-slip
90 3
20 150
7,6
Gambar 5 Sumatera Fault Zone SFZ
b. Zona Subduksi Megathrust Sumatera
Zona subduksi Sumatra merupakan wilayah yang paling sering melepaskan energi gempabumi. Dalam sejarah kegempabumian tercatat banyak
gempabumi yang terjadi dengan magnetudo di atas 8 SR. Di sebelah selatan khatulistiwa, gempabumi besar pernah terjadi tahun 1833 M8,9 SR dan pada
tahun 1797 M8,3-8,7 SR. Kedua gempabumi ini membangkitkan tsunami besar yang menyapu perairan Sumatra Barat dan Bengkulu. Wilayah zona
subduksi di selatan ini biasa dikenal dengan Segmen Mentawai. Pada bulan September 2007 segmen ini kembali melepaskan energinya sebesar Mw 8,4
Setyonegoro, dkk., 2012. Zona subduksi dangkal di Sumatera yang terdiri dari empat zona yaitu : Zona
Subduksi Megathrust Andaman Sumatera, Zona Megathrust Mid-1 Nias Sumatra, Zona Megathrust M2 Siberut Sumatra, dan Zona Megathrust
Southern Sumatera Santoso dan Soehaemi, 2011. Beberapa zona subduksi yang terdapat di Sumatera dan parameter gempanya
ditunjukan oleh Tabel 3 dan Gambar 6 sebagai berikut: Tabel 3
Data dan Parameter Sumber Gempa Subduksi Megathrust
No Megathrust
M
Max
History b-val a-val
M
Max
Desain GR
Char 1
Andaman-Sumatera 9,2 26-12-2004 0,826
4,69 8,0
9,2 2
Nias Mid-1 Sumatera 8,7 28-03-2005 0,878
4,71 8,7
8,7 3
Siberut Mid-2 Sumatera 8,5 12-09-2007 0,970
5,35 8,5
8,5 4
Southern Sumatera 7,9 04-06-2000 1,050
5,76 8,2
8,2
Gambar 6 Zona Subduksi Megathrust Sumatera
3.2 Klasifikasi Gempabumi
Gempabumi merupakan goncangan pada permukaan bumi yang dihasilkan dari gelombang seismik akibat pelepasan energi secara tiba-tiba dari dalam bumi.
Dinamika bumi memungkinkan terjadinya gempabumi. Setiap hari tidak kurang dari 8.000 kejadian gempabumi di dunia, dengan skala kurang dari 2-9 Skala
Richter yang secara statistik hanya terjadi satu kali dalam 20 tahun di dunia. Kurang lebih 10 kejadian gempabumi dunia terjadi di Indonesia, sehingga
Indonesia termasuk wilayah rawan gempabumi Supartoyo, dkk., 2014.
Gempabumi di Indonesia juga disebabkan adanya gunungapi. Berdasarkan penyebab terjadinya gempabumi, maka gempabumi dapat diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu: a.
Gempabumi Vulkanik Gempabumi vulkanik disebabkan oleh naiknya fluida gunungapi gas, uap dan
magma dari bawah menuju ke permukaan kawah mengakibatkan retakan yang menimbulkan getaran di sekitar rekahan dan merambat ke segala arah.
Gempabumi ini bersumber dalam tubuh gunungapi aktif pada umumnya berkekuatan kecil, tidak terasa dan hanya tercatat oleh peralatan seismograf.
b. Gempabumi Tektonik
Gempabumi ini disebabkan aktivitas tektonik pada zona batas antar lempeng dan patahan yang mengakibatkan getaran yang menyebar ke segala arah.
Kekuatan gempabumi tektonik dapat mencapai 9,2 Mw seperti yang pernah terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 Supartoyo, dkk., 2014.
c. Gempabumi Runtuhan
Gempabumi ini jarang sekali terjadi dan hanya 3 kejadian gempabumi didunia. Gempa ini terjadi didaerah yang terdapat runtuhan-runtuhan tanah
seperti didaerah kapur atau daerah-daerah pertambangan Katili dan Marks,
1963.
Salah satu teori yang hingga kini dapat diterima oleh para ahli kebumian untuk menjelaskan mekanisme dan sebaran kejadian gempabumi adalah teori tektonik
lempeng theory of plate tectonic. Gempabumi akan terjadi apabila penumpukan energi pada batas lempeng {bersifat konvergen bertumbukan, divergen saling
menjauh dan transform berpapasan} atau pada patahan dan blok batuan tersebut tidak mampu lagi menahan batas elastisitasnya, sehingga akan melepaskan
sejumlah energi dalam bentuk rangkaian gelombang seismik yang dikenal sebagai gempabumi. Jenis sesar aktif penyebab gempabumi dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu sesar naik thrust reverse fault, sesar turun normal fault dan sesar mendatar strike slip fault Supartoyo, dkk., 2014.
Posisi gunungapi yang berada di tengah sesar sumatera yang aktif semakin meningkatkan kemungkinan terpicunya aktivitas vulkanik oleh aktivasi sesar di
sekitarnya. Namun gunungapi merupakan suatu sistem yang dapat terinteraksi dengan sekitarnya dalam skala yang berbeda. Manifestasi dari aktivitas vulkanik
yang terpicu oleh aktivitas tektonik dapat terjadi dalam selang waktu dan jarak yang berbeda-beda Basuki, dkk., 2009.
3.3
Model Seismotektonik
Zona sumber gempa didefinisikan sebagai area yang mempunyai derajat gempa yang sama, dimana di setiap titik dalam zona tersebut mempunyai kemungkinan
yang sama akan terjadinya gempa dimasa mendatang. Model sumber gempa akan memberikan gambaran distribusi episenter kejadian gempa historik, frekuensi
kejadian gempa dan pergeseran relatif lempeng slip-rate dari suatu sumber gempa Irsyam, dkk., 2010.
Ada tiga model sumber gempa yang digunakan dalam analisis ini, yaitu sumber gempa fault, sumber gempa subduksi dan sumber gempa background. Beberapa
model tersebut dapat dijabarkan berdasarkan sumber dari gempa yang terjadi, adalah sebagai berikut:
a. Model sumber gempa fault
Model sumber gempa fault ini juga disebut sebagai sumber gempa tiga dimensi karena dalam perhitungan probabilitas jarak, yang dilibatkan adalah
jarak dari site ke hypocenter. Jarak ini memerlukan data dip dari fault yang akan dipakai sebagai perhitungan probabilitas tersebut. Parameter-parameter
yang diperlukan untuk analisis probabilitas dengan model sumber gempa sesar adalah fault trace, mekanisme pergerakan, slip-rate, dip, panjang dan lebar
fault.
b. Model sumber gempa subduksi
Sumber gempa subduksi adalah model yang didapat dari data seismotektonik yang sudah teridentifikasi dengan baik. Parameter dari model ini meliputi
lokasi subduksi yang dituangkan dalam koordinat latitude dan longitude, kemiringan bidang subduksi dip, rate dan b-value dari area subduksi yang
bisa didapatkan dari data gempa historis, serta batas kedalaman area subduksi.
c. Model sumber gempa background
Model ini digunakan untuk mengestimasi rate dari kejadian gempa sedang yang akan datang di daerah fault dan gempa-gempa acak di luar fault. Model
ini memprediksikan bahwa kejadian gempa yang lebih besar kemungkinan dapat terjadi di daerah sekitar gempa-gempa kecil sampai sedang yang telah
terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, pada daerah yang data fault-nya belum teridentifikasi dengan jelas, tetapi di daerah tersebut mempunyai sejarah
kejadian gempa, maka model ini sangat sesuai. Kejadian Gempa Jogja tahun 2006 dengan magnitudo M=6,4 adalah salah satu contoh, karena di daerah