3.5 Kecepatan Gelombang Permukaan V
S30
Respon batuan terhadap getaran gelombang seismik yang melewatinya akan berbeda-beda, tergantung pada jenis batuan. Karakter respon batuan tersebut dapat
menunjukkan spesifik dari jenis suatu batuan. Berdasarkan fakta empiris, dapat diketahui bahwa antara satu tempat dengan tempat yang lain memiliki
karakteristik dinamik tanah yang berbeda-beda Refrizon, dkk., 2013. Parameter jenis tanah diwakili dengan besar nilai V
S30
Hartantyo dan Brotopuspito 2012. Penentuan kelas tanah didasarkan pada kecepatan gelombang permukaan V
S30
. Penetapan jenis tanah yaitu antara tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak dapat
ditentukan dengan kecepatan rambat gelombang geser V
S
. Nilai V
S30
ini bergantung pada kondisi fisik batuan sehingga dapat diprediksi berdasarkan
parameter geologi dan morfologi. Elevasi atau ketinggian berhubungan erat dengan kekerasan batuan. Pelapukan berlangsung secara intensif pada puncak
bukit sedangkan sedimentasi berada pada tingat yang paling rendah. Sebaliknya pada suatu cekungan, pelapukan berada pada tingkat paling rendah dan
pengendapan atau sedimentasi mencapai tingkat maksimum. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa batuan yang berada di puncak bukit
merupakan batuan yang keras dan tahan terhadap pelapukan, sedangkan cekungan yang berada di daerah yang lebih rendah merupakan endapan muda yang lunak.
Gunung dan bukit berumur tersier atau lebih tua berperan sebagai sumber material sedimen. Klasifikasi relief berdasarkan kemiringan lereng dan ketinggian menurut
Van Zuidam ditunjukkan pada Tabel 5 Bermana 2006.
Tabel 5 Klasifikasi relief berdasarkan kemiringan lereng dan ketinggian menurut
Van Zuidam
Tipe Satuan Relief
Kemiringan Lereng Beda Tinggi
meter I
Datar hampir datar 0-2
5 II
Bergelombangmiring landai 3-7
5-50 III
Bergelombangmiring 8-13
50-75 IV
Berbukit bergelombangmiring 14-20
75-200 V
Berbukit tersayat tajamterjal 21-55
200-500 VI
Pegunungan tersayat tajamterjal 56-140
500-1000 VII
Pegunungansangat curam 140
1000
Kemiringan lereng slope dapat mengindikasikan ketebalan lapisan sedimen.
Material hasil pelapukan akan diendapkan lebih tebal pada bagian yang mempunyai kemiringan lereng lebih kecil. Material sedimen di lereng akan jauh
lebih tipis dibandingan dengan endapan sedimen dalam suatu cekungan. Oleh sebab itu, pada elevasi yang tinggi dan kemiringan lereng yang curam, nilai V
S30
relatif lebih kecil karena pada daerah tersebut didominasi batuan yang keras. Hasil perhitungan V
S30
kemudian dikelaskan ke dalam standar NEHRP untuk mengetahui kelas tanah pada daerah tersebut, klasifikasi tanah berdasarkan site
class ditunjukkan oleh Tabel 6 Athanasius dan Solikhin, 2015.
Tabel 6 Klasifikasi tanah berdasarkan NEHRP Athanasius dan Solikhin, 2015.
Site
Class Soil Profile Name
Average Properties in Top 100 feet as per 2000 IBC section 1615.1.5 Soil Shear
Wave Velocity, V
S
FeetSecond MetersSecond
A
Hard Rock V
S
5000 V
S
1524 B
Rock 2500 V
S
≤ 5000 762 V
S
≤ 1524 C
Very dense soil and soft rock 1200 V
S
≤ 2500 366 V
S
≤ 762 D
Stiff soil profile 600 V
S
≤1200 183 V
S
≤ 366 E
Soft soil profile V
S
600 V
S
183
Analisis kecepatan gelombang geser dapat mengetahui potensi kerusakan apabila terjadi gempabumi. Hal ini disebabkan karena dampak kerusakan suatu tempat
gempabumi tidak hanya berdasarkan jarak episenter dan besar kekuatan gempa, tetapi juga kondisi lokal daerah setempat. Salah satu metode yang dapat
menggambarkan kondisi lokal daerah setempat adalah pemetaan nilai kecepatan gelombang geser V
S30
. Goncangan lebih kuat terjadi pada daerah dengan nilai V
S30
yang rendah Susilanto dan Ngadmanto, 2015. V
S30
dapat diestimasikan menggunakan pengukuran mikrotremor dan teknik Microchannel Analysis of Surface Waves MASW, selain itu dapat diestimasikan
berdasarkan geologi permukaan dan kondisi geomorfologi. Matsuoka dan wakamatsu, 2006, merumuskan perhitungan empiris V
S30
berdasarkan informasi geomorfologi dari Japan Engineering Geomorphologic Classification Map
JEGM. Perhitungan empiris V
S30
adalah sebagai berikut: 1
Keterangan: V
S30
: Kecepatan gelombang geser Ev
: Elevasi ketinggian Sp
: Tan Slope kemiringan1000 Dm
: Jarak antar gunung tersier dan pre-tersier Matsuoka, dkk., 2006. Verstappen dalam Hidayat 2014 mengatakan bahwa geomorfologi merupakan
ilmu yang mempelajari bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik didaratan maupun didasar lautan dan menekankan pada proses pembentukan dan
perkembangan pada masa yang akan datang, serta konteksnya dengan lingkungan. Geomorfologi menempatkan lahan termasuk didalamnya tanah dan kondisi sub-
tanah dan stabilitas lereng, memiliki dampak penting pada pola distribusi bahaya gempabumi. Penetapan wilayah resiko dan bahaya gempabumi merupakan suatu
yang realistis berarti mitigasi bencana gempabumi dengan menerapkan metode deduktif Hidayat, 2014.
Beberapa bentuk bentang geologi seperti terumbu karang dan gosong pasir sandbar secara alamiah dapat meredam gelombang sehingga gelombang yang
sampai ke pantai dapat diturunkan energi, ketinggian dan penetrasinya. Keberadaan terumbu karang, gosong pasir atau bentuk morfologi pantai lainnya
berupa tinggian mempunyai 2 sisi, di satu sisi, terumbu karang atau gosong pasir dapat mengurangi tinggi tsunami di pantai di belakang terumbu karang atau
gosong pasir. Di sisi lain, jika tinggi gelombang tsunami melampaui ketinggian karang atau gosong pasir, maka gelombang tsunami akan terperangkap di atara
pantai dan terumbugosong pasir sehingga gelombang tsunami tidak segera