Kredit Risiko Kredit Identifikasi Variabel

hingga 70-80 dari total seluruh volume usaha Siamat, 2005. Hal tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar aset bank terpapar risiko bisnis debitur serta paparan risiko yang diakibatkan oleh perekonomian sebuah negara, sebab pembayaran kredit oleh debitur sangat bergantung pada profitabilitas atau pendapatan yang diterima debitur. Lingkungan perekonomian makro yang buruk dapat menimbulkan kegagalan bisnis debitur maupun penurunan pendapatan masyarakat secara umum, hal tersebut akan mengganggu profitabilitas bank mengingat separuh pendapatan bank berasal dari pemberian kredit terhadap dunia bisnis maupun kredit lainnya.

3. Kredit

Berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan Beckman 1962 mendefinisikan kredit sebagai kekuatan atau kemampuan untuk mendapatkan uang, dengan proses pinjaman, dengan imbalan janji untuk membayar kewajiban di masa depan.

4. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah kerugian potensial yang diakibatkan oleh keadaan dimana debitur tidak mampu dan atau tidak mau menyelesaikan kredit sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian kredit. Greuning dan Bratanovic 2011 menjelaskan bahwa hampir semua regulator menetapkan standar pengelolaan risiko kredit yang meliputi identifikasi risiko dan potensi yang ada, mendefinisikan kebijakan yang menggambarkan filosofi manajemen risiko bank serta menetapkan aturan mengenai ukuranparameter dalam risiko kredit yang akan dikontrol. Ada tiga jenis kebijakan yang berkaitan dengan manajemen risiko kredit : 1. Kebijakan yang bertujuan untuk membatasi atau mengurangi risiko kredit. Yang termasuk dalam jenis pertama adalah kebijakan pada konsentrasi dan pemaparan besar, diversifikasi, pinjaman kepada pihak terkait, dan kelebihan pemaparan. 2. Kebijakan yang bertujuan mengklasifikasikan aset dengan cara mengevaluasi kolektabilitas portofolio instrument kredit secara berkala. 3. Kebijakan yang bertujuan untuk kerugian provisi atau kebijakan dalam menciptakan tunjangan pada tingkat tertentu untuk menyerap kerugian yang dapat diantisipasi.

5. Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Kredit

Lingkungan makroekonomi memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap sektor perbankan. Seperti yang diutarakan oleh F estić dan Bekő 2008 bahwa eksposur dari faktor risiko makroekonomi merupakan sumber risiko sistemik yang mempengaruhi kinerja sektor perbankan yang dinyatakan sebagai rasio kredit bermasalah terhadap total kredit yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan kredit. Pada Gambar 11 ditunjukkan bahwa fluktuasi kegiatan perekonomian GDP riil yang secara saling bergantian antara masa depresi dan masa kemakmuran booms. Siklus bisnis memiliki 4 tahap yang berulang, yaitu expansion, boom, recession, depression . Pada masa ekspansi terjadi peningkatan Sumber : Williamson dalam Nkusu, 2011 Gambar 11. Bussiness Cycle Siklus Bisnis permintaan agregat yang akan menyebabkan peningkatan pada pertumbuhan kredit perbankan dan tingkat leverage perekonomian. Pada umumnya peningkatan hal tersebut akan dibarengi dengan meningkatnya harga aset, profitabilitas perusahaan serta ekspektasi konsumen meningkatnya optimisme Ekspansion Boom Recession Depression Ekspansion Recession Time Output Boom tentang prospek ekonomi makro. Harga aset yang meningkat akan menyebabkan peningkatan dalam penilaian agunan kolateral sehingga pinjaman baru akan lebih mudah diberikan dan mendorong bank serta nasabah untuk lebih berani mengambil risiko Utari et al., 2012. Nkusu 2011 menambahkan, “Also, competitive pressure and optimism about the macroeconomic outlook lead t o a loosening of lending standards and strong credit growth...”. Meningkatnya permintaan agregat yang melebihi kapasitas perekonomian menjadi alasan dibalik meningkatnya kerentanan terhadap risiko makroekonomi yang disebabkan oleh peningkatan leverage perusahaan dan rumah tangga. Kerentanan tersebut pada akhirnya akan menimbulkan tekanan overheating. Berikut ini adalah faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi kredit :

5.1 Pertumbuhan GDP

Gross Domestic Product GDP atau yang juga dikenal dengan istilah Produk Domestik Bruto PDB sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian” Mankiw, 2000. Sukirno 2004 mendefinisikan Gross Domestic Product GDP atau Produk Domestik Bruto PDB sebagai keseluruhan nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara dengan menggunakan faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut maupun warga negara asing. Menurut Mankiw 2010, GDP adalah pendapatan nasional yang diukur menggunakan pendekatan output, artinya pendapatan nasional sama dengan jumlah semua nilai tambah pada perekonomian atau sama dengan nilai semua barang jadi yang dihasilkan dalam perekonomian. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep GDP pada hakikatnya merupakan ukuran mengenai kemampuan suatu negara dalam menghasilkan barang dan jasa selama periode tertentu. GDP dapat dibedakan menjadi 2 jenis. Seperti yang dijelaskan oleh Mankiw 2000 sebagai berikut : a GDP nominal nominal GDP, GDP yang perhitungan nilai barang dan jasanyaberdasarkan pada harga berlaku. b GDP riil real GDP, GDP yang perhitungan nilai barang dan jasanya berdasarkan pada harga kosntan. GDP riil menunjukkan perubahan pendapatan nasional ketika jumlah output berubah tetapi harga tidak. Penilaian prestasi pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan menghitung GDP riil, selanjutnya pertumbuhan ekonomi dilihat dari persentase pertambahan GDP riil yang berlaku dari periode ke periode selanjutnya Sukirno, 2004

5.2 Tingkat Suku Bunga

Suku bunga bagi suatu bank adalah harga dari komoditi uang atau dana yang diperjual belikan oleh bank Firdaus dan Ariyanti, 2004. Di Indonesia, penentuan suku bunga, baik biaya dana cost of fund maupun bunga kredit lending rate mengacu pada BI Rate. BI Rate adalah kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia BI mengenai suku bunga, yang diumumkan kepada publik yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter. BI Rate diumumkan setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan oleh Dewan Gubernur BI dan nantinya kebijakan ini akan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan BI melalui pengelolaan likuiditas liquidity management di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight PUAB ON. Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

5.3 Nilai Tukar

Nilai tukar atau kurs valuta asing didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing Sukirno, 2004. Menurut pendapat Lipsey et. al. 1992, h. 484 nilai tukar atau exchange rate juga dapat didefinisikan sebagai “harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain, atau klaim atas mata uang tersebut, dapat dibeli dan dijual”. Para ekonom membedakan kurs menjadi 2, yaitu : kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan kurs riil real exchange rate adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara Mankiw, 2010 Sukirno 2004 menjelaskan, pada dasarnya terdapat dua cara di dalam menentukan kurs valuta asing: a. Penentuan kurs berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing dalam pasar bebas. b. Penentuan kurs berdasarkan kebijakan pemerintah. Nilai tukar erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan luar negeri, karena dalam perdagangan luar negeri, pembayarannya dilakukan dengan satu mata uang yang telah disepakati bersama. Salah satu pihak harus menukarkan mata uangnya menjadi mata uang yang telah disepakati. Sebagai mata uang lunak soft currency , Rupiah Indonesia masih sangat terpengaruh oleh mata uang yang lebih kuat, terutama Dollar Amerika. Pergolakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mempunyai dampak yang cukup besar bagi kegiatan perekonomian Indonesia di pasar dunia. Kaminsky dan Reinhart 1999 menyatakan bahwa depresiasi penurunan tak terduga nilai tukar mata uang domestik mengancam profitabilitas bank dan pada akhirnya akan mengurangi pertumbuhan kredit.

5.3.1 Nilai Tukar Mata Uang Nominal dan Riil

Secara ekonomi, nilai tukar mata uang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Mankiw, 2007 : a. Nilai tukar mata uang nominal Nilai tukar mata uang nominal adalah perbandingan harga relatif dari mata uang antar negara. Istilah „nilai tukar mata uang‟ antara dua negara yang diberlakukan di pasar valuta asing adalah nilai tukar mata uang nominal. b. Nilai tukar mata uang riil Nilai tukar mata uang riil adalah perbadingan harga relatif dari barang yang terdapat di dua negara. Dengan kata lain, nilai tukar mata uang riil menyatakan tingkat harga dimana kita bisa memperdagangkan barang dari satu negara dengan barang negara lain. Nilai tukar mata uang riil ini ditentukan oleh nilai tukar mata uang nominal dan perbandingan tingkat harga domestik dan luar negeri. Rumusnya adalah sebagai berikut Mankiw, 2007 : Nilai tukar mata uang riil = Dengan demikian, nilai tukar mata uang riil bergantung pada tingkat harga barang dalam mata uang domestik serta nilai tukar mata uang domestik tersebut terhadap mata uang asing. Jika nilai tukar mata uang riil dari mata uang domestik tinggi, maka harga barang – barang di luar negeri relatif lebih murah dan harga barang – barang di dalam negeri menjadi relatif lebih mahal dan sebaliknya.

B. Tinjauan Empiris

Tabel 3. Ringkasan Penelitian Kanan, et al.2009 Judul PenulisTahun Tujuan Variabel Alat Analisis Hasil dan Kesimpulan Monetary and Macroprudential Policy in a Model with Price Booms Kanan, et al 2009 Untuk mengetahui dan mengalisis sumber guncangan pertumbuhan kredit dan harga properti Tingkat konsumsi, Tingkat pertumbuhan propoperti, Inflasi, Harga aset, LTV, Output GAP, Suku Bunga, Tingkat pertumbuhan kredit DSGE Dynamic General Stochastic Equilibrium - Alat kebijakan makroprudensial dapat digunakan untuk membantu mengatasi kondisi sistem keuangan yang sedang booming - Hasil simulasi juga menunjukkan pentingnya untuk mengidentifikasi faktor yang menyebabkan terjadinya guncangan yang menyebabkan terjadinya perubahan kondisi keuangan dan permintaan kredit terhadap properti yang semakin tinggi - Beberapa kebijakan makroprudensial secara signifikan dapat mengurangi risiko kredit, seperti kebijakan LTV Tabel 4. Ringkasan Penelitian Hamh, et.al. 2011 Judul PenulisTahun Tujuan Variabel Alat Analisis Hasil dan Kesimpulan Macroprudential Policies in Open Emerging Economies Hamh, et al 2011 Untuk mengukur kedalaman siklus keuangan, pertumbuhan sektor keuangan, dan mengavaluasi kerangka kebijakan makroprudensial Rasio kecukupan modal bank CAR, Inflasi, GDP, Suku Bunga, LTV, DTI, Buffer Pendekatan Elastisitas - Kebijakan makroprudensial dapat membatasi pertumbuhan kredit yang berlebihan selama fase booming - Pemberlakuan kebijakan makroprudensial LTV, DTI dan Buffer secara negatif dan signifikan dapat mengurangi risiko kredit Tabel 5. Ringkasan Penelitian Lim, et.al. 2011 Judul PenulisTahun Tujuan Variabel Alat Analisis Hasil dan Kesimpulan Macroprudential Policiey: What Instruments and How to Use Them? Lessons from Country Experiences Lim, et al 2011 Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh kebijakan makroprudensial dalam mengurangi prosiklikalitas kredit dan untuk emngukur efetifitas kebijakan makroprudensial dalam menghadapi berbagai jenis shocks dalam sektor keuangan LTV Loan to Value, DTI Debt to Income, Buffer, GWM LDR, Dinamic Provisioning, dan Variabel Makro : GDP dan Suku Bunga Panel Regression - Sebagaian besar instrumen kebijakan makroprudensial berpengaruh secara signifikan dan negatif dalam mengurangi prosiklikalitas kredit dengan tingkat kepercayaan 99, yaitu LTV, Buffer, GWMLDR, dan DTI - Keefektifitasan kebijakan makroprudensial sangat bergantung pada tipe shocks pada sektor finansial negara yang bersangkutan Tabel 6. Ringkasan Penelitian Rizki, et.al. 2012 Judul PenulisTahun Tujuan Variabel Alat Analisis Hasil dan Kesimpulan Studi Penerapan Kebijakan Makroprudensial Di Indonesia : Evaluasi dan Analisa Integrasi Kebijakan Bank Indonesia Working Paper BI Rizki, et al 2012 Untuk mengukur efektifitas kebijakan makroprudensial yang telah diterapkan di Indonesia dalam mengatasi permasalahan laju pertumbuhan kredit dan volatilitas nilai tukar serta untuk mengetahui apakah kebijakan makroprudensial sebaiknya disatukan atau dipisahkan dengan kebijakan moneter Variabel Volatilitas Nilai Tukar : - One Month Holding OMH - Six Month Holding SMH - Net Open Position NOP Variabel Kredit : - LTV - GWMLDR Event Analysis Uji Ekonometrik VARX - Kebijakan makroprudensial yang ditempuh oleh Bank Indonesia sebagian besar efektif, baik melalui event analysis maupun uji ekonometrik VARX - Tingkat volatilitas nilai tukar menurun setalah penerapan kebijakan OMH, SMH maupun NOP - Selain itu, penerapan LTV dan GWMLDR juga efektif dalam menurunkan laju pertumbuhan kredit di sektor properti dan kendaraan bermotor Tabel 7. Ringkasan Penelitian Ayu 2014 Judul PenulisTahun Tujuan Variabel Alat Analisis Hasil dan Kesimpulan Evaluasi Efektifitas Instrumen Kebijakan Makroprudensial Dalam Mengurangi Risiko Sistemik Di Indonesia Ayu 2014 Untuk mengetahui seberapa efektif instrumen makroprudensial dalam mengurangi risiko sistemik di Indonesia dengan melihat pengaruh kebijakan pengaruh kebijakan makroprudensial pemberlakuan LTV dan GWM LDR terhadap pertumbuhan kredit - LTV - GWMLDR - GDP - Suku Bunga BI Regresi Linier Berganda Metode Panel - Kebijakan makroprudensial yakni LTV dan GWM LDR pada tahun penelitian belum bisa secara efektif mengatasi prosiklikalitas kredit - Hal ini ditunjukkan dengan koefisien GWM LDRGDP sebesar 7,9110 -8 , yang artinya instrumen ini belum memberikan tanda bahwa kebijakan ini mampu mentasi prosiklikalitas kredit dan juga variabelnya menunjukkan hasil yang tidak signifikan - Selain itu, variabel LTVGDP menghasilkan koefisien sebesar -0,123114, yang menunjukkan instrumen ini mampu menurunkan prosiklikalitas kredit, namun tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perbankan, Badan Pusat Statistik BPS, Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia BEI, Otoritas Jasa Keuangan OJK dan Kementerian Keuangan dari tahun 2008-2014. Data sekunder yang penulis gunakan merupakan data panel atau data runtun waktu silang crossectional time series, dimana terdapat banyak bank yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Sumber data berasal dari data yang dikumpulkan dari berbagai pusat data dokumen yang ada, antara lain pusat data di perusahaan masing – masing bank, badan - badan penelitian, dan juga dari berbagai sumber di internet. Data dalam penelitian ini banyak mengambil dari laporan historis rasio - rasio keuangan masing - masing perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI dan Otoritas Jasa Keuangan OJK serta laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan periode 2008-2014 yang tersedia dan dipublikasikan di website resmi masing – masing bank. Tabel 8. Sumber Data yang Digunakan Dalam Penelitian Variabel Satuan Pengukuran Selang Waktu Sumber Data Pertumbuhan Kredit Persen 2008-2014 Statistik Perbankan Indonesia Bank Indonesia BI Rate Persen 2008-2014 Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bank Indonesia GDP Persen 2008-2014 Badan Pusat Statistik BPS Nilai Tukar Riil Rupiah 2008-2014 SEKI Bank Indonesia Capital Buffer Persen 2008-2014 Annual Report masing – masing bank Otoritas Jasa Keuangan OJK GWMLDR Persen 2008-2014 Annual Report masing – masing bank Otoritas Jasa Keuangan OJK

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut : 1. Bank Umum go public yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2014. 2. Masih beroperasi hingga tahun 2014. 3. Bank mempublikasikan laporan tahunan annual report yang sudah dikonsolidasi untuk periode 31 Desember 2008-2014 di dalam website Bursa Efek Indonesia. 4. Perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai corporate governance , struktur kepemilikan, rasio keuangan, dan auditor eksternal dalam laporan tahunannya. 5. Pemilihan rentang waktu bertujuan agar penelitian hanya berfokus pada rentang waktu tersebut sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal. Berdasarkan data pada website www.idx.co.id pada tahun 2008-2014 populasi perusahaan perbankan sebanyak 145 bank terdaftar, 65 di antaranya adalah nama satu bank yang sudah berubah atau mengalami merger tetapi masih terdata di website Bursa Efek Indonesia, 45 perusahaan yang terdata tidak memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian, dikarenakan tidak memiliki kelengkapan dari batasan penelitian ini. Maka setelah peroses penyaringan tersebut terdapat 35 perusahaan Bank Umum Konvensional yang dapat dijadikan sampel penelitian yang terdiri dari 3 Bank PERSERO, 18 BUSN Devisa, 9 BUSN non Devisa, 2 BPD, dan 3 Bank Campuran. Tabel 9. Pemilihan Sampel Penelitian Keterangan Jumlah Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BI Periode 2008-2014 a. Bank Persero 3 b. BUSN Devisa 18 c. BUSN Non Devisa 9 d. BPD 2 e. Campuran 3 f. Asing Jumlah Data Sampel 35 Sumber : Bursa Efek Indonesia, data diolah

C. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Penelitian ini melibatkan variabel yang terdiri dari dua variabel bebas independen , satu variabel terikat dependen, dua variabel kontrol control variable dan satu variabel interaksi intervening variable. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi : GWMLDR dan Capital Buffer. Untuk variabel dependen yaitu pertumbuhan kredit bank. Selain pertumbuhan GDP dan nilai tukar riil RpUS variabel tingkat suku bunga juga merupakan variabel kontrol yang diproksikan dengan BI Rate. Sedangkan untuk variabel intervening yaitu pertumbuhan GDP. a Variabel dependenendogenterikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas Sugiyono, 2010:59. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Kredit perbankan. b Variabel eksogenindependenbebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah GWMLDR dan Capital Buffer c Variabel kontrol, variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti . Dimana yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu Suku Bunga yang diproksikan dengan BI Rate dan Nilai Tukar Riil RpUS d Variabel moderasi merupakan variabel independen yang berfungsi menguatkan atau melemahkan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Salah satu ciri yang penting adalah bahwa variabel ini tidak dipengaruhi variabel penjelas Lie, 2009. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan GDP Solimun, 2010 mengklasifikasikan variabel moderasi menjadi 4 empat jenis yaitu pure moderasi moderasi murni, quasi moderasi moderasi semu, homologiser moderasi moderasi potensial dan Predictor moderasi moderasi sebagai predictor. Masing - masing klasifikasi moderasi dapat diidentifikasi sebagaimana contoh berikut, jika X adalah variabel predictor, Y variabel tergantung dan M variabel moderasi maka persamaan regresi yang dapat dibentuk sebagai berikut : i ̂ 1 = b + b 1 X 1 tanpa melibatkan variabel moderasi ii ̂ 1 = b + b 1 X 1 + b 2 M 1 melibatkan variabel moderasi iii ̂ 1 = b + b 1 X 1 + b 2 M 1 + b 3 X 1 M 1 melibatkan variabel moderasi dan Interaksi Secara singkat, 4 jenis klasifikasi variabel moderasi dapat dilihat pada tabel Berikut : Tabel 10. Klasifikasi Variabel Moderasi No Tipe Moderasi Koefisien 1 2 3 4 Moderasi Murni Pure Moderasi Moderasi Semu Quasi Moderasi Moderasi Potensial Homologiser Moderasi Moderasi Sebagai Prediktor Predictor Moderasi b 2 non significant b 3 significant b 2 non significant b 3 significant b 2 non significant b 3 non significant b 2 significant b 3 non significant Sumber : Solimun 2010

2. Definisi Operasional Variabel