Perubahan Sifat Kimia Tanah

dak ditempati partikel tanah. Jumlah ruang pori menggambarkan jumlah kandun- gan oksigen tanah bagi akar untuk melakukan proses respirasi walaupun tanah dalam kondisi lembab. Hardjowigeno 2005 membatasi nilai porositas yang toleran berkisar pada nilai 50 . Jumlah ruang pori tanah pada Jalur Antara sebesar 67,99 dan pada Jalur Tanam sebesar 65,05 . Terjadi penurunan jumlah ruang pori dari Jalur Antara ke Jalur Tanam. Penurunan nilai tersebut secara statistic berbeda nyata pada taraf 95 , pembuatan Jalur Tanam menyebabkan perubahan yang berarti terhadap nilai porositas tanah. Meskipun demikian kedua jalur sama-sama mempunyai tingkat porositas yang tinggi. Porositas sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air dan pertukaran udara pada tanaman. Porositas tanah yang tinggi akan berpengaruh terhadap penyerapan air. Tanah tersebut cenderung tidak bisa menyimpan air, air akan mudah hilang sehingga tanaman akan mudah mengalami kekeringan sebagaimana terjadi pada tanah yang didominasi tekstur pasir. Sebaliknya, porositas rendah banyak terjadi pada tanah yang didominasi oleh tekstur liat, tanah cenderung pa- dat sehingga air susah menyerap ke dalam tanah. Air Tersedia. Air tersedia dalam tanah menggambarkan sejumlah kadar air yang mampu dipegang diretensi massa tanah dan tersedia bagi tanaman. Parameter air tersedia secara alami ditentukan oleh sifat tekstur tanah dan kadar bahan organik tanah Lutz dan Chandler 1951. Pada tanah bertekstur sangat ringan dengan partikel- partikel yang berukuran besar berpasir maka kemampuan meretensi air dalam tanah lebih rendah dibanding fraksi debu tekstur sedang atau liat tekstur berat. Hal sebaliknya terjadi pada tanah-tanah bertekstur berat atau tanah-tanah sangat liat, kemampuan meretensi air dalam tanah lebih tinggi. Kemampuan meretensi air yang tinggi merupakan kondisi yang mendukung kesuburan tanah. Air Tersedia adalah selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada titik layu permanen. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya gravitasi dan titik layu permanen adalah kandungan air dimana air tanah tidak dapat diserap lagi oleh akar tanaman sehingga tanaman menjadi layu. Ambang batas Air Tersedia adalah 11-17 kategori sedang dan 18-30 kategori tinggi. Pada Tabel 15 tertera kedua jalur memiliki ketersediaan air yang baik dengan kategori sangat tinggi. Air tersedia pada Jalur Antara lebih banyak dibandingkan pada Jalur Tanam. Air tersedia pada Jalur Antara dengan Jalur Tanam sangat berbeda nyata pada taraf 99 , artinya pembuatan Jalur Tanam mengakibatkan penurunan air tersedia tanah disekitar perakaran. Peningkatan air tersedia pada Jalur Antara ke Jalur Tanam sebesar 3,22, yaitu dari awalnya 44,84 menurun menjadi 41,62. Meskipun demikian kedua jalur tersebut masih mempunyai katagori air tersedia yang sama yaitu ada pada tingkat sangat tinggi. Hal ini lebih disebabkan adanya kenaikan jumlah bahan organik setelah penebangan dimana sisa- sisa biomassa bagian te- gakan tidak di angkut ke luar areal tetapi dibiarkan tetap tinggal di lahan tersebut sebagai bagian dari input hara bila terdekomposisi. Apabila Air Tersedia berlebih atau sebaliknya akan mempengaruhi tehadap tanah dan tanaman. Pada tanah kandungan air yang terlalu banyak akan menga- kibatkan tanah mejadi tereduksi sehingga banyak mengandung Asam Sulfida yang menyebabkan tanah tersebut masam, karatan dan akan meningkatkan kandun- gan unsur Fe. Kondisi tanah tersebut akan berdampak buruk pada tanaman karena mengandung racun dan menyebabkan akar tanaman busuk. Kebalikannya jika air tersedia semakin kecil dibawah 10 menandakan tanah tersebut padat dan berpori halus sehingga sifatnya liat lempung, tanah ini tidak baik untuk ditanami karena tidak subur dan perlu adanya perbaikan Agregat dan Tekstur tanahnya. Permeabilitas . Permeabelitas adalah Kecepatan tanah dalam menyerap air, satuannya ada- lah literjam. Ambang batas Permeabilitas adalah 12,7 - 25,4 kategori sedang sampai cepat dan di atas 25,4 cepat Hardjowigeno 2005 . Permeabilitas tanah menggambarkan kelancaran aliran lateral air pada masa tanah. Nilai permeabilitas rendah berarti kondisi tanah terlalu padat. Pada umumnya nilai permeabilitas sua- tu tanah akan lebih besar atau cepat pada tegakan yang lebih rapat karena struktur tanah lebih sarang porous dan kadar bahan organik lebih tinggi dibanding pada tegakan yang lebih terbuka. Permeabilitas tanah pada Jalur Antara 14,7 cmjam dan pada Jalur Tanam 11,78 cmjam. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembuatan Jalur Tanam terjadi penurunan permeabilitas. Hal tersebut lebih diyakinkan lagi dengan hasil uji T yang berbeda nyata pada taraf 95 . Tingkat katagori permeabilitas juga mengalami penurunan, Jalur Antara mempunyai tingkat permeabiltas yang terkatagori cepat dan menurun menjadi katagori agak cepat pada Jalur Tanam. Tanah yang subur mempunyai Permeabelitas cepat dan sebaliknya jika Permeabilitas rendah maka tanah tersebut tidak subur. Hal yang mempengaruhi perbaikan kondisi Permeabilitas tanah adalah struktur tanah yang baik, kandungan bahan organik yang tinggi dan biota tanah. Biota tanah aktif dalam memperbaiki agregat dan pori tanah maupun struktur dan tektur tanah. Kandungan hara dan air akan menjadi baik jika tanah memilki daya serap air yang tinggi. Tanaman dan tanah tidak akan mengalami kekeringan kekuran- gan air dan kekurangan mineral jika tanah mempunyai daya serap air yang tinggi. Sebaliknya jika tanah kelebihan air maka akan berdampak buruk pula se- perti yang dijelaskan pada bagian air tersedia yang menyebabkan tanah masam karena air merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah. Tanah yang memiliki daya serap yang lambat biasanya banyak mengandung unsur liat dan debu sehing- ga porinya padat dan air sulit untuk diserap. Pengaruhnya pada tanaman adalah menyebabkan akar tanaman tidak mampu menembus tanah untuk mengambil un- sur hara dan mineral. Tanah yang memiliki kecepatan daya serap yang baik bi- asanya akan terlihat pada tanah yang telah diolah karena dalam proses pengolahan tanah terdapat sebuah sistem yaitu sistem pembalikan tanah yang mana bertujuan untuk mempermudah pertukaran unsur gas yang ada didalam tanah. Tekstur tanah . Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara partikel liat, debu dan pasir dalam satu satuan massa tanah. Tekstur tanah di plot penelitian dapat dilihat di Tabel 15. Persentase masing-masing partikel tanah memberikan gambaran kondisi fisik tanah yang berhubungan erat dengan pertumbuhan karena akan mempengaruhi perkembangan akar dalam menyerap unsur hara dan kemampuan tanah menahan air. Di lokasi penelitian baik pada Jalur Antara maupun Jalur Tanam mempunyai kelas tektur sama yaitu bertekstur sedang karena bersifat lem- pung berliat. Jalur Antara mempunyai komposisi tekstur tanah 36,77 debu, 32,51 pasir dan 30,72 liat. Jalur Tanam 41,22 debu, 26,30 pasir dan 32,48 liat

5.3.1.3. Perubahan Sifat Biologi Tanah

Sifat biologi tanah pada Jalur Tanam berbeda dengan Jalur Antara. Hal tersebut dilihat dari parameter jumlah mikroorganisme yang hidup pada kedua jalur tersebut. Sebagaimana tertera pada Tabel 16, jumlah mikroorganisme yang hidup di Jalur Antara telah mengalami penurunan setelah dilakukan pembuatan Jalur Tanam. Demikian juga jumlah fungi mengalami penurunan setelah dilakukan penjaluran pada, pada Jalur Antara jumlah fungi lebih banyak dibanding Jalur Tanam. Tabel 16. Perubahan sifat biologi tanah dalam penerapan sistem silvikultur TPTII Biologi Tanah Jalur Antara 10 6 SPKg Jalur Tanam 10 6 SPKg Perubahan Satuan 10 6 SPKg Mikroorganisme 39,8 31,1 8,7 21,86 Fungi 0,144 0,1037 0,04,03 27,99 Keterangan : dan = masing-masing berbeda nyata pada tarap 99 dan 95 Sifat biologi tanah yang ditunjukkan oleh jumlah populasi mikroorganisme dalam tanah merupakan parameter penting lainnya dan berguna untuk menduga tingkat produktivitas suatu lahan hutan karena mikroorganisme tanah merupakan pemecah primer bahan-bahan organik berbagai bentuk sehingga siklus karbon dan siklus unsur hara antara sistem tanah–tanaman dapat berlangsung berkesinambun- gan. Mikroorganisme terutama jenis fungi dan bakteri bertanggungjawab terhadap pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara, sehingga akan mempengaruhi kondisi kesuburan kimia dan fisik tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Alexander 1977. Respirasi tanah dapat men- cerminkan tingkat intensitas aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Semakin banyak CO2 yang dibebaskan tanah berarti semakin tinggi aktivitas mikroorga- nisme di dalam tanah dan sekaligus mencerminkan jumlah populasi yang tinggi di dalam tanah. Aktivitas respirasi dilakukan mikroorganisme tanah untuk dapat te- rus hidup, tumbuh dan berkembang biak dengan menghasilkan karbon dioksida. Jumlah total mikroorganisme tanah pada Jalur Antara berkisar 39,8x10 6 SPKg dan pada Jalur Tanam sekitar 31,1x10 6 SPKg. Jumlah mikroorganisme tanah menurun dari Jalur Antara ke Jalur Tanam. Kondisi ini sejalan dengan jum- lah fungi dimana pada Jalur Antara sebesar 14,4x10 4 SPKg lebih besar dibanding yang ada pada Jalur Tanam sebesar 10,37x10 4 SPKg. Jumlah mikroorganisme tanah maupun jumlah fungi pada Jalur Tanam lebih kecil dari Jalur Antara me- nandakan bahwa Pembuatan Jalur Tanam merubah kondisi biologi tanah menjadi semakin buruk. Jumlah mikroorganisme dan fungi pada Jalur Antara lebih baik dibanding pada Jalur Tanam. Hal ini disebabkan mikroorganisme hidup lebih ter- pusat di sekitar tegakan dimana pada tempat-tempat tersebut sumber karbon dan unsur hara tersedia dalam jumlah banyak yang dapat digunakan oleh mikroorga- nisme sebagai sumber energi untuk hidup dan berkembangbiak. Kondisi Sebaliknya, laju respirasi akan menurun dari Jalur Antara ke Jalur Tanam. Hasil tersebut memberi gambaran bahwa terjadi persaingan antar mi- kroorganisme dalam mendapatkan makanan bahan organik untuk tumbuh dan berkembangbiak sehingga respirasi menurun. Hal ini sesuai dengan hasil analisis sifat kimia tanah N, P, K, Ca dan C-org yang menurun dari Jalur Antara ke Jalur Tanam sehingga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme yang ada di tanah. Ak- tivitas mikroorganisme tanah sangat bergantung pada jumlah bahan makanan dan unsur hara yang tersedia berupa bahan organik di lantai hutan yang relatif sulit terdegradasi.

5.3.2. Status Hara Tanah Pada Penerapan Sistem Silvikultur TPTII, TPTI dan Virgin Forest

Pengelolaan hutan produksi dengan sistem silvikultur TPTII telah menurunkan kandungan unsur hara tanah. Kandungan beberapa unsur hara penting seperti Nitrogen N, Pospor P, Kalium K, Kalsium Ca dan Karbon C pada areal yang dikelola dengan sistem silvikultur TPTII lebih kecil bila dibandingkan dengan kandungan unsur hara pada areal yang dikelola dengan sistem silvikultur TPTI dan Virgin forest. Kondisi tersebut terlihat jelas pada grafik yang tertera pada Gambar 36, 37 dan 38. Terjadi perbedaan kandungan unsur hara antara TPTII dengan TPTI yang cukup besar pada kandungan unsur hara penting. Kandungan N, P, K, Ca, dan C antara TPTII dan TPTI masing-masing terpaut 3,02 tonha, 3,98 tonha, 2,76 tonha, 94,19 tonha dan 32,11 tonha. Begitu pula dengan kondisi perbandingan kandungan unsur hara antara TPTII dengan Virgin forest. Kandungan unsur hara pada TPTII lebih kecil bila dibandingkan dengan kandungan unsur hara pada Virgin forest. Kandungan unsur N, P, K, Ca dan C pada TPTII dengan Virgin forest masing-masing terpaut 2,34 tonha, 2,52 tonha, 45,17 tonha, 90,19 tonha dan 34,32 tonha Kondisi tersebut menandakan telah terjadi penurunan kandungan unsur hara penting dalam proses penerapan sistem sistem silvikultur TPTII. pengelolaan yang intensif sangat berkontribusi terhadap penurunan kandungan unsur hara tersebut. Penurunan kandungan unsur hara tersebut diakibatkan oleh proses pencucian leaching oleh aliran permukaan run off. Pembuatan Jalur Tanam pada sistem TPTII telah memperbesar bukaan tajuk, kondisi ini memungkinkan jatuhnya air hujan secara langsung ke tanah dan selanjutnya telah menimbulkan proses pencucian unsur hara. Hilangnya unsur hara dalam proses pengelolaan hutan sejalan dengan hasil penelitian Wasis 2005 dan Mindawati 2011. Penurunan kualitas tanah pada penerapan sistem silvikultur TPTII berpotensi mengancam keberlanjutan dan kelestarian tanaman yang ada pada Jalur Tanam. Cossalter dan Smith 2003 menyatakan bahwa kehilangan unsur hara pada hutan tanaman sangat nyata pada persiapan lahan dan pemanenan hutan serta beberapa unsur hara akan hilang melalui erosi tanah. Banyak unsur hara yang dipindahkan pada saat persiapan lahan dan pemanenan tegakan sehingga sebagai konsekuensinya maka pemupukan akan sangat disarankan. Pada Jalur Tanam perlu dilakukan pemupukan, Tabel 13 menunjukan indikasi adanya kekurangan unsur hara. Hal ini terlihat dari nilai kandungan unsur hara utama N, P, K, Ca dan C yang mempunyai katagori sangat rendah, rendah dan sedang. Sedangkan untuk unsur hara Mg masih termasuk ke dalam katagori tinggi, tidak perlu input baru. Unsur hara Mg mempunyai mobilitas ketersediaan yang tinggi pada lahan yang terbuka. Unsur Mg tersedia pada batu-batuan yang terlapuk. Ketersediaannya akan meningkat dengan semakin banyak batu-batuan yang terbuka dan melapuk. Dilihat dari segi konservasi unsur hara, Penelitian ini menunjukan bahwa penegelolaan hutan secara intensif dengan menerapkan sistem silvikultur TPTII tidak lebih baik bila dibandingkan dengan TPTI. Penerapan sistem silvikultur 50 100 150 200 250 300 Ca Mg TPTII TPTI VF 1 2 3 4 5 6 7 8 9 N P TPTII TPTI VF 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 C K TPTII TPTI VF