Lampiran 2. Untuk penentuan tinggi pohon diperoleh dari hasil analisis regresi antara tinggi dengan diameter dari plot PUP PT. Sukajaya Makmur tahun 2005
dengan persamaaan sebagai berikut :
Log T = 0,597 + 0,53 Log D
Dimana : T
= Tinggi Pohon Total
D =
Diameter Pohon Persamaan regresi tersebut mempunyai koefesien determinan R-Sq-adj sebesar
76,7 dan tingkat kepercayaan P- value sebesar 99 Lampiran 3. Untuk tanaman Meranti yang berada pada Jalur Tanam potensi produksi diprediksi dari
model pertumbuhan diameter dan tinggi yang dikembangkan dari hasil penelitian ini Tabel 7. Rotasi tebang atau daur diasumsikan selama 25 tahun, hal ini
disesuaikan dengan model yang dikembangkan dari penelitian ini dimana diameter 40 cm dicapai pada umur 25 tahun Tabel 6.
Berdasarkan perhitungan potensi produksi pada akhir rotasi tebang Lampiran 1 maka diperoleh prediksi potensi produksi pohon layak tebang pada
akhir rotasi tebang atau daur sebagaimana tertera pada Tabel 12.
a. Potensi Produksi pada Silvikultur TPTI
Apabila areal hutan dikelola dengan menggunakan Sistem silvikultur TPTI pada akhir rotasi tebang akan diperoleh beberapa nilai potensi produksi yang di-
dasarkan atas perbedaan limit diameter dan pengelompokan jenis kayu. Untuk limit diameter dibedakan pada besaran diameter 40 cm, 50cm dan 60 cm , se-
dangkan untuk pengelompokan jenis dibedakan atas jenis komersial dan non ko- mersial. khusus untuk jenis komersial dibedakan lagi menjadi kelompok Diptero-
carpaceae dan Non Dipterocarpaceae. Apabila Pada sistem TPTI diterapkan limit diameter tebangan sebesar 40 cm
dan semua jenis kayu ditebang maka pada akhir rotasi tebangan akan mempunyai potensi produksi sebesar 192,43 m
3
ha. Lain halnya apabila yang ditebang hanya jenis komersial saja atau kelompok Dipterocarpaceae saja maka akan diperoleh
potensi tegakan sebesar 32,14 m
3
ha dan 22,72 m
3
ha. Apabila pada sistem TPTI diterapkan limit diameter tebangan sebesar 50 cm
dan semua jenis kayu ditebang maka pada akhir rotasi tebangan akan mempunyai
potensi produksi sebesar 132,81 m
3
ha. Hal tersebut kondisinya akan berbeda apabila yang ditebang hanya jenis komersial saja atau kelompok Dipterocarpa-
ceae saja maka akan diperoleh potensi tegakan sebesar 19,24 m
3
ha dan 14,06 m
3
ha. Apabila pada sistem TPTI diterapkan limit diameter tebangan sebesar 60 cm
dan semua jenis kayu ditebang maka pada akhir rotasi tebangan akan mempunyai potensi produksi sebesar 90,60 m
3
ha. Apabila yang ditebang hanya jenis komer- sial saja atau kelompok Dipterocarpaceae saja maka akan diperoleh potensi te-
gakan sebesar 7,16 m
3
ha dan 10,18 m
3
ha.
b. Potensi Produksi Tanaman Meranti Pada Sistem silvikultur TPTII
Apabila areal hutan dikelola dengan menggunakan sistem silvikultur TPTII pada akhir daur akan diperoleh beberapa nilai potensi produksi yang didasarkan
atas limit diameter tebangan dan perbedaan jumlah tanaman pada akhir daur. Jumlah tanaman pada akhir daur dapat berbeda-beda tergantung pada tingkat in-
tensitas penjarangan. Limit diameter untuk tanaman meranti dibatasi mulai dari 40 cm. Jumlah tanaman dibedakan menjadi tiga katagori yaitu intensitas penja-
rangan rendah dengan jumlah tanaman pada akhir daur 150 pohonha, Intensitas sedang dengan jumlah tanaman pada akhir daur 125 pohonha dan intensitas ting-
gi dengan jumlah tanaman pada akhir daur 100 pohonha. Apabila pada sistem TPTII dilakukan penjarangan dengan intensitas yang
rendah maka pada akhir daur akan mempunyai potensi produksi sebesar 137,68 m
3
ha. Lain halnya apabila pada sistem TPTII dilakukan penjarangan dengan
intensitas yang sedang maka pada akhir daur akan mempunyai potensi produksi sebesar 114,74 m
3
ha. Selanjutnya apabila pada sistem TPTII dilakukan penja-
rangan dengan intensitas yang tinggi maka pada akhir daur akan mempunyai po- tensi produksi sebesar 91,79 m
3
ha. Potensi produksi TPTII pada Jalur Antara jauh lebih besar bila
dibandingkan dengan potensi produksi pada Jalur Antara atau tegakan sisa TPTI. Jalur Antara hanya mempunyai potensi produksi dari jenis Dipterocarpaceae
sebesar 19,31 m
3
ha dan potensi produksi Dipterocarpaceae TPTI hanya mencapai 22,71 m
3
ha. Potensi produksi Dipterocarpaceae yang ada pada Jalur Tanam jauh lebih besar bila dibandingkan Jalur Antara dan TPTI.
Tabel 12. Prediksi potensi produksi pada penerapan sistem silvikultur TPTII dan TPTI dalam satuan m
3
ha
c. Potensi Produksi Tanaman Meranti dan Tegakan Sisa pada Silvikultur TPTII
Apabila areal hutan dikelola dengan menggunakan sistem silvikultur TPTII ditambah dengan pengelolaan tegakan sisa yang terdapat pada jalur antara pada
akhir daur akan diperoleh beberapa nilai potensi produksi yang didasarkan atas limit diameter tebangan dan perbedaan jumlah tanaman pada akhir daur . Jumlah
tanaman pada akhir daur dapat berbeda-beda tergantung pada tingkat intensitas penjarangan. Limit diameter untuk tanaman meranti yang ditebang dibatasi mulai
dari 40 cm. Jumlah tanaman dibedakan menjadi tiga katagori yaitu intensitas pen- jarangan rendah dengan jumlah tanaman pada akhir daur 150 pohonha, intensitas
sedang dengan jumlah tanaman pada akhir daur 125 pohonha dan intensitas ting- gi dengan jumlah tanaman pada akhir daur 100 pohonha. Pada akhir daur akan
ikut dipanen pula tegakan sisa yang terdapat pada jalur antara. Pada tegakan sisa di akhir rotasi tebang akan diperoleh beberapa nilai potensi produksi yang dida-
NO
SISTEM SILVIKULTUR
JENIS TEGAKAN
BATAS DIAMETER
Cm Up
SISA PENJARA
NGAN batang
PEMBAGIAN JENIS KOMERSIAL
NON KOMERSIA
L JUMLAH
TOTAL DIPTERO
NON DIPTE
RO
TOTAL
1. TPTI
40 22,72
9,42 32,14
160,29 192,43
50 14,06
5,18 19,24
113,57 132,81
60 7,16
3,02 10,18
80,42 90,6
2. TPTI
INTENSIF TEGAKAN
SISA 40
19,31 8
27,31 136,24
163,55 50
11,95 4,4
16,35 96,53
112,88 60
6,09 2,56
8,65 68,35
77 2a.
ALTERNATIF SATU
TANAMAN MURNI
40 150
137,68
40 125
114,74
40 100
91,79
2b. ALTERNATIF
DUA TANAMAN
PLUS TS 40
150 156,99
8 164,99
136,24 301,23
40 125
134,05 8
142,05 136,24
278,29 40
100 111,1
8 119,1
136,24 255,34