Potensi Produksi Tanaman Meranti dan Tegakan Sisa pada Silvikultur TPTII
bahan tersebut akan melapuk dan membentuk kation Mg
2+
ketika terjadi perubahan tutupan tajuk. Dengan terbukanya tutupan tajuk intensitas cahaya
matahari menjadi semakin besar dan curah hujan yang jatuh langsung ke tanah menjadi lebih tinggi. Hal tersebut telah menyebabkan kandungan unsur Mg pada
Jalur Tanam lebih tinggi dibandingkan Jalur Antara.
Karbon C
Kadar bahan organik tanah merupakan parameter kesuburan tanah yang cu- kup penting disamping reaksi tanah pH dan kandungan hara. Bahan organik di-
dalam tanah mempunyai peranan penting dan berfungsi sebagai sumber karbon dan sumber energi bagi jasad renik tanah, untuk stabilisasi agregat tanah, penyo-
kong tanaman dalam menyimpan dan memindahkan udara dan air, sebagai salah satu sumber unsur hara, dapat meningkatkan KTK tanah, menurunkan berat jenis
tanah serta dapat mengurangi efek pestisida, logam berat dan polutan USDA 1996. Bahan organik berguna untuk pembentukan sifat fisik dan biologi tanah
yang secara langsung mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Besarnya kadar C- organik tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.
Terjadi penurunan kadar C-organik dari Jalur Antara ke Jalur Tanam yaitu dari 2,96 menjadi 2,20, tetapi secara statistik berdasarkan uji T kadar C orga-
nik pada kedua jalur tersebut tidak berbeda nyata. Katagori kandungan unsur
hara C pada kedua jalur tersebut masih tetap sama yaitu pada kondisi sedang. Bahan organik tanah mempunyai peranan besar dalam menentukan sifat
tanah baik fisik, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik penting dalam perbaikan sifat-sifat fisik tanah, terutama melalui peningkatan ukuran dan
stabilitas agregat. Peningkatan ukuran dan stabilitas agregat berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik tanah lainnya, antara lain
peningkatan kapasitas retensi air dan jumlah air tersedia, peningkatan pori makro dan meso, peningkatan porositas total, peningkatan aerasi dan peningkatan
permeabilitas serta infiltrasi. Di dalam tanah, bahan organik akan mengalami dekomposisi dan
mineralisasi yang hasilnya dapat berupa senyawa organik yang relatif resisten terhadap dekomposisi lanjutan senyawa humat dan sebagian akan dilepaskan
sebagai unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman. Dengan
demikian hasil akhir tersebut merupakan senyawa-senyawa yang dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sifat kimia tanah. Melihat
demikian besarnya peranan tersebut maka penurunan kadar bahan organik tanah sangat penting untuk diperhatikan.
pH Tanah
Hasil analisa beda rata-rata kadar pH tanah menunjukan berbeda sangat nyata antara Jalur Antara dengan Jalur Tanam. Hasil analisa pH tanah pada Jalur
Tanam telah terjadi penurunan pH tanah rata-rata sebesar 0,303 6,14 , di mana pada Jalur Antara pH tanah sebesar 4,933 dan menurun pada Jalur Tanam
menjadi rata-rata sebesar 4,630 Tabel 14. Tabel 14. Perubahan beberapa sifat kimia tanah dalam penerapan sistem
silvikultur TPTII
Sifat Kimia Tanah
Jalur Antara Jalur Tanam
Perubahan Nilai
Katagori Nilai
Katagori Nilai
pH 4,933
Masam 4,630
Masam 0,303
6,14 KTK
12,68 Rendah
10,85 Rendah
1,83 14,43
Kej Basa 42,8
Sedang 32,7
Rendah 10,1
23,60
Keterangan : dan =
masing-masing berbeda nyata pada tarap 99 dan 95
Nilai pH tanah Jalur Antara lebih tinggi dibandingkan dengan Jalur Tanam. Hal ini terjadi akibat adanya kegiatan pembuatan Jalur Tanam dengan cara
menebang pohon secara bersih tebang jalur. Pembuatan Jalur Tanam telah menyebabkan tercucinya unsur hara dan menyebabkan hilangnya unsur hara pada
tanah. Ketersediaan unsur hara pada Jalur Antara lebih baik dibandingkan Jalur Tanam. kondisi pH yang lebih mendekati netral akan menciptakan pertumbuhan
akar dan tegakan yang lebih baik. Unsur hara tanah akan tersedia secara maksimal pada pH mendekati netral dengan nilai pH berkisar antara 6,5 – 7,0
Killham, 1999. Kedua jalur pada penerapan sistem silvikultur TPTII mempunyai tanah dengan katagori pH masam. Penelitian ini mengindikasikan
tidak adanya kegiatan pengapuran dan pengelolaan secara intensif pada Jalur Antara dan Jalur Tanam. Kondisi ini bertentangan dengan konsep TPTII yang
mengedepankan intensifikasi dalam pengelolaan hutan. Penurunan nilai pH tanah akibat penerapan sistm silvikultur TPTII harus diminimalkan. Pemberian kapur
sebagai pupuk dasar dan pupuk yang bersifat basa dapat meningkatkan nilai pH tanah hutan. Kemasaman tanah merupakan pembatas kesuburan tanah yang
dijumpai pada tanah-tanah hutan yang ada di indonesia. Sebagian besar tanah hutan mempunyai pH rendah memerlukan penanganan yang serius.
Nilai pH tanah Jalur Antara lebih tinggi dibandingkan dengan Jalur Tanam. Hal ini terjadi akibat adanya kegiatan pembuatan Jalur Tanam dengan cara
menebang pohon secara bersih tebang jalur. Pembuatan Jalur Tanam telah
menyebabkan tercucinya unsur hara dan menyebabkan hilangnya unsur hara pada tanah. Ketersediaan unsur hara pada Jalur Antara lebih baik dibandingkan Jalur
Tanam. kondisi pH yang lebih mendekati netral akan menciptakan pertumbuhan akar dan tegakan yang lebih baik. Unsur hara tanah akan tersedia secara
maksimal pada pH mendekati netral dengan nilai pH berkisar antara 6,5 – 7,0 Killham, 1999. Kedua jalur pada penerapan sistem silvikultur TPTII
mempunyai tanah dengan katagori pH masam. Penelitian ini mengindikasikan tidak adanya kegiatan pengapuran dan pengelolaan secara intensif pada Jalur
Antara dan Jalur Tanam. Kondisi ini bertentangan dengan konsep TPTII yang mengedepankan intensifikasi dalam pengelolaan hutan.