Perubahan Sifat Biologi Tanah
Dengan melihat persamaan di atas dan Tabel 17 dapat diketahui bahwa pertumbuhan S. leprosula pada Jalur Tanam pada penerapan sistem silvikultur
TPTII berkorelasi negatif dengan 1Umur dan pH tanah. Faktor 1Umur mempunyai korelasi terbesar terhadap rata-rata tinggi
tanaman S. leprosula pada Jalur Tanam. korelasi yang bersifat negatif menerangkan bahwa semakin tua umur tanaman S. leprosula maka, sampai umur
tertentu rata-rata tinggi yang dihasilkan semakin tinggi. Faktor umur tanaman mempunyai koefesien determinasi sebesar 87,16 ,
hal ini berarti sebagian besar rata-rata tinggi ditentukan oleh faktor umur sedangkan sifat-sifat tanah dan lingkungan hanya kecil saja berkorelasi dengan
rata-rata tinggi tanaman. Hal tersebut menerangkan bahwa lokasi penelitian memiliki kualitas tempat tumbuh yang relatif seragam homogen pada Jalur
Tanam. pH tanah berkorelasi negatif secara sangat nyata terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman S. leprosula. Korelasi negatif menerangkan bahwa semakin tinggi pertumbuhan tanaman, maka sampai umur tertentu nilai pH akan semakin rendah.
Semakin tua umur tanaman kondisi pH tanah semakin masam. Kondisi ini dapat dijelaskan dengan teori berkurangnya basa-basa yang berada di dalam tanah
karena diserap oleh tanaman. pH tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor pertumbuhan tanaman, faktor lainnya yaitu bahan induk tanah, pengendapan, vegetasi alami, kedalaman tanah dan pupuk nitrogen.
Faktor lainnya yang bisa menjelaskan kondisi tersebut adalah terjadinya proses dekomposisi bahan organik. Semakin tua umur tanaman maka
dekomposisi bahan organik semakin tinggi. dekomposisi bahan organik yang tinggi akan menyebabkan kondisi pH tanah semakin masam. Jika air berasal dari
air hujan melewati tanah, kation-kation basa seperti Ca dan Mg akan tercuci. Ka- tion-kation basa yang hilang tersebut kedudukannya di tapak jerapan tanah akan
di ganti oleh kation kation masam seperti Al, H, dan Mn. Oleh karena itu, tanah yang terbentuk pada lahan dengan curah hujan tinggi biasanya lebih masam di-
bandingkan pada tanah lahan kering. Mekanisme lainnya yang bisa menjelaskan korelasi negatif antara tinggi
tanaman dengan pH tanah adalah kondisi vegetasi. Tanah yang berada di bawah
kondisi vegetasi hutan akan cenderung lebih masam di bandingkan dengan yang berkembang di bawah padang rumput. Hutan tanaman dengan daun kecil koni-
fer dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan dengan hutan tanaman ber- daun lebar .
Penyebab lainnya adalah kedalaman tanah dan pupuk organik. Pada lahan dengan curah hujan tinggi, umumnya kemasaman meningkat sesuai dengan keda-
laman lapisan tanah, sehingga kehilangan top soil oleh erosi dapat menyebabkan lapisan olah tanah menjadi lebih masam. Nitrogen tanah dapat berasal dari pupuk,
bahan organik, sisa hewan, fiksasi N oleh leguminose dapat menyebabkan tanah lebih masam.