Analisis Data TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
57
tanaman sayuran. Analisis dilakukan dengan membandingkan antara penggunaan pestisida oleh petani yang pernah mengikuti SLPHT dengan petani Non SLPHT.
Petani SLPHT adalah petani yang pernah mengikuti pelatihan pengendalian hama terpadu yang diprakarsai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah telah
melakukan intervensi kepada petani melalui pendidikan dan pelatihan penggunaan pestisida dengan benar, dan sebaliknya petani Non SLPHT tidak pernah
mendapatkan informasi secara langsung . Analisis data dilakukan dua tahapan yakni analisis diskriptif discritive analysis dan analisis perbandingan
comparative analysis. Analisis diskriptif bertujuan untuk memperoleh statistik distribusi frekuensi
responden berdasarkan kriteria ketepatan penggunaan pestisida per kelompok responden. Sedangkan comparative analysis bertujuan untuk membandingkan
antara petani SLPHT dan Non SLPHT dalam menggunakan pestisida. Uji comparative analysis
dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitny pada taraf signifikan probability value
α = 0,05. Pengolahan data penelitian dengan bantuan software
komputer Statistical Product and Servce Solutions SPSS 16.0 for windows
. Penarikan kesimpulan apabila nilai ρ
α maka kebijakan penggunaan pestisida telah mampu merubah perilaku petani sayuran dalam penggunaan
pestisida, dan apabila ρ
α maka yang terjadi sebaliknya. 3.5.2.
Validasi Model Model yang baik ditandai dengan kesesuaian antara fakta dengan hasil
simulasi. Eriyatno 1999 menyatakan validasi merupakan usaha untuk menilai model apakah model sistem yang dibangun merupakan perwakilan yang sah dari
realitas yang dikaji, yang dapat menghasilkan kesimpulan yang menyakinkan. Validasi dapat dilakukan terhadap struktur model dan keluaran model output
model . Validasi struktur dilakukan melalui studi pustaka, sedangkan validasi
output dilakukan dengan membandingkan dengan data empirik. Untuk memverifikasi penyimpangan keluaran model dengan data empirik dilakukan
dengan uji KF Kalman Filter. Tingkat kecocokan hasil simulasi model dengan nilai aktual adalah 47,25-52,3 dengan menggunakan perasamaan:
Va Vs
Vs KF
+ =
1
58 Keterangan:
KF = Kalman filter Vs = Varian nilai simulasi
Va = Varian nilai aktual
3.5.3. Analisis Persepsi Petani
Data karateristik petani tanaman sayuran daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Metode yang sama dilakukan untuk
mengetahui persepsi atau pandangan petani tanaman sayuran tentang kebijakan penggunaan pestisida. Analisis ini dilakukan dengan pendekatan logika
berdasarkan data distribusi frekuensi menurut kriteria. Adapun kriteria persepsi petani dibedakan menjadi 3 tiga kategori baik, cukup dan kurang Arikunto,
2003. Kriteria atau kategori persepsi responden tentang suatu obyek menggunakan rumus sebagai berikut ;
100 x
V d
F =
2
Keterangan: F = skor reponden
d = skor yang didapat responden
v = skor maksimal
Kriteria atau kategori persepsi : 76 - 100 baik, 56 - 75 cukup dan 56 kurang
3.5.4. Pendekatan Sistem dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida
pada Tanaman Sayuran Pengembangan
strategi implementasi
kebijakan penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu
metodologi pemecahan masalah yang dimulai dengan mengidentifikasi serangkaian kebutuhan, permasalahan yang dihadapi dan serangkaian hubungan antar
komponen yang berinteraksi sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem ini dilakukan untuk menunjukkan kinerja
intelektual berdasarkan perspektif, pedoman, model, metodologi dan sebagainya yang diformulasikan untuk perbaikan secara terorganisir dari tingkah laku dan
perbuatan manusia Winardi, 1989. Oleh karena itu, menurut Eriyatno 2007 pada pendekatan kesistiman dalam penyelesaian suatu permasalahan selalu ditandai
dengan: 1 pengkajian terhadap semua faktor penting yang berpengaruh dalam rangka mendapatkan solusi untuk pencapaian tujuan dan 2 adanya model-model
untuk membantu pengambilan keputusan lintas disiplin, sehingga permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan secara komprehensif.
59
a. Analisis Kebutuhan
Pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran merupakan permasalahan yang bersifat kompleks maka pendekatan sistem
adalah pilihan yang cocok. Pendekatan sistem memiliki beberapa tahapan yang pertama adalah analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan pada prinsipnya merupakan
langkah pertama pengkajian dalam pendekatan sistem, dan sangat menentukan kelayakan sistem yang akan dibangun. Analisis kebutuhan juga merupakan kajian
terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan sistem yang dianalisis Pramudya 1989. Penelitian ini analisis kebutuhan ditujukan pada pihak yang mempunyai
kepentingan dan keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran. Dalam
implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, para pihak yang berkepentingan adalah 1 petani pengguna pestisida pada tanaman sayuran,
2 dinas instansi terkait yaitu dinas pertanian, ketahanan pangan, dinas kesehatan dan UPT BPTPH provinsi Jawa Timur, 3 masyarakat konsumen dan 4 para
distributor selaku penyedia pestisida atau para formulator sales yang bergerak langsung memasarkan pestisida kepada para petani atau melalui distributor.
Dalam analisis ini telah ditetapkan para pihak yang terkait dalam pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida yang dikelompokkan
atas ;
1. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura BPTPH Jawa Timur,
2.
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
3. Dinas Pertanian Kabupaten Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri,
Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo,
4.
Koordinator PHP Kabupaten Nganjuk, Probolinggo, Kediri dan Malang
5. Pengguna Pestisida pada Tanaman Sayuran ; dalam hal ini akan diwakili oleh
petani tanaman sayuran di masing-masing sentra produksi sayuran ; petani cabai, petani kentang, petani kubis dan petani bawang merah.
6. Masyarakat ; adalah masyarakat yang mewakili konsumen dan pemerhati
lingkungan pertanian. 7.
Distributorformulator ; kios agen penjualan pestisida atau sales
Dalam analisis kebutuhan dilakukan inventarisasi kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam sistem. Inventarisasi ini dilakukan melalui wawancara secara
60
terbatas. Berdasarkan hasil wawancara dihasilkan analisis kebutuhan pelaku seperti disajikan pada Tabel 7 dan 8
Tabel 7 Analisis kebutuhan stakeholder
Stakeholders Analisa kebutuhan
Petani sayuran Tanaman tidak diserang organisme pengganggu tanaman
Keberhasilan panen tanaman sayuran Peningkatan pendapatan petani
Perluasan lapangan kerja Keberlanjutan produksi tanaman sayuran
Mudah mendapatkan pestisida dengan harga murah Pemerintah dalam hal ini
diwakili oleh BPTPH, Dinas pertanian dan Dinas
Kabupaten Serangan OPT sayuran rendah dan tidak terjadi peningkatan
dari waktu ke waktu Meningkatkan produksi pertanian tanaman sayuran
Peningkatan devisa negara Keberlanjutan budidaya dan produksi tanaman sayuran
Partisipasi masyarakat dalam pengendalian OPT Kelestarian lingkungan tanaman sayuran
Ketahanan pangan Pengembangan teknologi alternatif yang ramah lingkungan
Masyarakat konsumen Mendapatkan tanaman sayuran yang mudah di dapat, murah
dan sehat. Distributor Formulator
Penjualan pestisida lancar
Setelah mengindentifikasi kebutuhan utama dari masing masing stakeholders
dilanjutkan dengan mengklasifikasikan kebutuhan tersebut sesuai dengan tingkatannya dalam sebuah tabel, seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Matriks analisa kebutuhan para stakeholder Analisis kebutuhan
Stakeholders Pemerintah Petani Masyarakat Distributor
Keberlanjutan produksi tanaman sayuran
Produksi tidak gagal Peningkatan produksi tanaman
sayuran Peningkatan pendapatan petani
Perluasan lapangan kerja Partisipasi masyarakat dalam
pengendalian hama penyakit secara terpadu
61 Lanjutan Tabel 8
Analisis kebutuhan Stakeholders
Pemerintah Petani Masyarakat Distributor Kelancaran usaha
Mendapatkan tanaman sayuran yang mudah, murah dan sehat
Keterangan : : tingkat kebutuhan tinggi
: tingkat kebutuhan rendah
b. Formulasi Masalah
Berangkat dari keinginan dan kebutuhan yang berbeda dari masing-masing stakeholders
maka akan menimbulkan konflik keinginan dan konflik penggunaan sumber daya dari para stakeholders. Agar dapat mengembangan model
implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran maka diperlukan pemetaan permasalahan. Pemetaan permasalahan yang berhasil
didentifikasi yang berkenaan dengan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Analisis formulasi masalah
Stakeholders Masalah
Petani sayuran Tingginya intensitas serangan OPT tanaman sayuran sehingga
mempengaruhi produk yang dihasilkan. Rendahnya pengetahuan atau persepsi SDM petani dalam
penggunaan pestisida Ketrampilan yang kurang dalam pengendalian hama dan
penyakit dengan menggunakan pestisida Membutuhkan teknologi alternatif untuk mengendalikan OPT
Rendahnya kunjungan dan pembinaan oleh petugas lapangan dalam penggunaan pestisida untuk mengendalikan OPT
Pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat dan
daerah Membutuhkan biaya yang tinggi untuk pendidikan dan pelatihan
kepada petani Kurangnya koordinasi antar sektor
Kesulitan penanganan perubahan iklim terhadap peningkatan serangan OPT
Konsumen Kesulitan mendapatkan tanaman sayuran yang aman, dan sehat
Harga sayur yang aman dan sehat relatif mahal Harga sayuran sampai kepada konsumen mahal
Distributor dan sales Tingginya persaingan antar distributor dan formulator
Harga pestisida selalu fluktuatif bahkan cenderung mengalami peningkatan
c. Identifikasi sistem
Hasil identifikasi melalui pendekatan studi lapangan dan literatur, secara garis besar terdapat 6 enam variabel yang dapat mempengaruhi kinerja suatu
62
sistem yakni: 1 variabel output yang dikehendaki; diperoleh dari hasil analisis kebutuhan, 2 variabel input terkontrol; variabel yang dapat divariasikan untuk
menghasilkan prilaku sistem sesuai dengan yang diharapkan, 3 variabel output yang tidak dikehendaki; merupakan hasil sampingan atau dampak yang
ditimbulkan bersama-sama dengan output yang diharapkan, 4 variabel input tidak terkendali, variabel yang tidak terkendali yang dapat mempengaruhi perilaku
sistem menjadi tidak sesuai harapan, 5 variabel input lingkungan; varabel yang berasal dari luar sistem yang mempengaruhi sistem tapi tidak dipengaruhi oleh
sistem, dan 6 variabel kontrol sistem; merupakan pengendali terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan output yang dikehendaki Eriyatno
2003. Variabel-veriabel yang mempengaruhi kinerja sistem tersebut dapat disajikan pada diagram input-output, data dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Konsep input -output perencanaan implementasi kebijakan penggunaan pestisida
Input tidak terkendali
Serangan hama dan penyakit Volume penggunaan pestisida
Keanekaragaman hayati Potensi wilayah dan iklim
Kebutuhan tanaman sayuran Bencana alam
SDM petani Tekanan formulator
Input Lingkungan • UU Lingkungan, UU Budidaya
Pertanian • PP: Perlindungan tanaman,
• PP: pengawasan, penyimpanan dan penggunaan pestisida
• Kepmen : Batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian
Output yang dikehendaki
Tidak terjadi kegagalan panen Tanaman sayuran yang murah, mudah di
dapat dan sehat Kesehatan petani dan keluarganya
Peningkatan pendapatan masyarakat petani, PAD dan Devisa negara
Perluasan lapangan kerja Terjaganya Kelestarian Lingkungan
Model Pengembangan Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida
Input terkendali
Kebijakan penggunaan pestisida Penyediaan tenaga pertanian
Jenis pestisida Luasan lahan
Jenis tanaman sayuran Infrastruktur pemantauan
Aksesibilitas pestisida petani
Output yang tidak dikehendaki
Kegagalan panen Produksi sayuran menurun
Tercemarnya tanaman sayuran oleh pestisida Gangguan kesehatan petani dan keluarga
oleh paparan pestisida Pencemaran lingkungan
Menurunya keragaman hayati
Manajemen pengendalian system Implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran
63