154
Hasil simulasi model setelah dilakukan intervensi dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan pada petani, peningkatan peran petugas lapangan,
peningkatan pemanfaatan teknologi alternatif untuk pengendalian OPT serta penurunan serangan OPT masing-masing 2 maka hasil akhir yang memberikan
respon paling sensitif adalah pengaruh parameter pendidikan dan pelatihan pada SDM petani yang menghasilkan 25.494,17 ton per tahunnya di akhir simulasi.
Kedua, adalah penurunan serangan OPT tanaman sayuran yang menghasilkan 27.151,83 ton per tahunnya. Ketiga, peran petugas baik melalui peningkatan
kemampuan, peningkatan kepedulian petugas dalam melakukan pendampingan dan pembinaan, diakhir simulasi mampu menekan penggunaan pestisida sampai
26,947,83 ton per tahun. Keempat, peningkatan penggunaan teknologi alternatif yang mampu menekan penggunaan pestisida sampai dengan 28.717,5 ton per
tahun.
Gambar 36 Grafik tingkat sensifitas perilaku sistem yang dapat dintervensi pada parameter SDM petani, serangan OPT, peran petugas dan penggunaan teknologi alternatif dalam
penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari keempat parameter yang dapat dilakukan interfensi dan memiliki sensifitas paling tinggi terhadap perilaku
sistem dalam mengembangkan implementasi kebijakan penggunaan pestisida adalah intervensi pendidikan dan pelatihan petani. Namun untuk menekan
penggunaan pestisida dari awal sebaiknya intervensi dapat dikonsentrasikan pada penanganan laju serangan OPT sayuran. Hasil simulasi menunjukkan bahwa jika
penanganan serangan OPT dengan menggunakan teknologi alternatif ditingkatkan
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 SDM Ptn
SDM Ptgs Ser OPT
Tek Alternatif
155
sebesar 2 maka upaya tersebut dapat menurunkan penggunaan pestisida tertinggi mulai tahun 2012. Penggunaan pestisida terendah jika dibandingkan dengan
intervensi pada variabel lain ini bertahan sampai dengan tahun 2019 saja, dan sampai akhir simulasi menghasilkan volume pestisida tertinggi 28.717,5 ton.
5.12. Pembahasan Umum
5.12.1. Pengembangan Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida oleh Petani
Sayuran di Jawa Timur Secara umum penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di provinsi Jawa
Timur dikategorikan tinggi. Pada empat komoditas ; cabai, bawang merah, kubis dan kentang, penggunaan pestisida masing-masing 137,87 kgha, 31,68 kgha,
78,03 kgha dan 160,61 kgha per musim tanam atau rata-rata 102,3 kgha. Penggunaan pestisida ini akan terus mengalami peningkatan sejalan dengan
pertambahan luas tanam tanaman sayuran, laju serangan OPT, dan rendahnya SDM petani dalam penggunaan pestisida. Disamping itu penggunaan pestisida juga
dipengaruhi oleh kemudahan mendapatkan pestisida serta pengaruh tekanan salesformulator.
Di Jawa Timur perkembangan luas tanam tanaman sayuran mencapai 5,31 persen per tahunnya. Pada akhir tahun 2008, perkembangan luas tanam tanaman
sayuran didorong oleh peningkatan permintaan tanaman sayuran yang mencapai 3,8 per tahunnya. Peningkatan permintaan tanaman sayuran ini disebabkan oleh
pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran mengkonsumsi sayuran. Sebagaimana diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan tingkat konsumsi sayuran
perkapita sebesar 37,59 kilogram per kapita per tahun, sementara kebutuhan normal sebesar 54,75 kilogram per kapita per tahun Dirjen Hortikultura 2009..
Faktor penyebab penggunaan pestisida tinggi oleh rendahnya SDM petani petani kurang memahami berbagai aspek penggunaan pestisida tentang jenis, dosis
yang digunakan, ketepatan waktu dalam penggunaan, sasaran penggunaan pestisida, dan dampak negatif yang ditimbulkan. Data responden tentang
pengetahuan, aturan penggunaan, tindakan dan dampak negatif yang ditimbulkan 72 responden berpengetahuan kurang. Rendahnya pengetahuan petani ini diduga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani yang mayoritas sekolah dasar 55,36 dan usia petani lebih dari 48 tahun 67,5. Disamping itu rendahnya peran
petugas lapangan dalam melaksanakan pendampingan dan pembinaan kepada para
156
petani yang tidak intensif, hal ini disebabkan oleh rendahnya frekwensi kehadiran petugas lapangan yang hanya 0 sampai 10 per bulan.
Berdasarkan data dasar dan kondisi faktor-faktor pendorong penggunaan pestisida oleh petani sayuran yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
pendekatan pemodelan sistem dan analisis prospektif maka dapat simulasikan volume penggunaan pestisida dimasa yang akan datang. Dengan menggunakan
pendekatan analisis prospektif dapat disusun tiga skenario implementasi kebijakan penggunaan pestisida meliputi skenario optimistis, skenario moderat dan skenario
pesimistis. Setiap skenario menghasilkan prediksi penggunaan pestisida dengan volume yang berbeda-beda. Skenario optimistis adalah skenario yang didukung
oleh faktor-faktor dalam kondisi lebih baik dari kondisi saat ini. Pada skenario ini menghasilkan volume penggunaan pestisida sebesar 23.107,84 ton per tahun di
akhir simulasi dan volume tertinggi 36.502,67 ton pada tahun 2020. Skenario moderat adalah skenario yang didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhui
penggunaan pestisida pada situasi saat ini state. Hasil simulasi pada skenario ini menghasilkan volume pestisida sebesar 32.634,74 ton per tahun diakhir simulasi
dan puncak penggunaan pestisida pada tahun 2.022 sebesar 40.143,40 ton per tahun. Skenario yang terakhir adalah pesimistis, skenario yang ketiga ini akan
terjadi apabila seluruh faktor dalam kondisi yang tidak lebih baik dari kondisi saat ini, misal kualitas SDM petani semakin menurun, peran petugas lapangan dalam
melakukan pembinaan dan pendampingan menurun, serangan OPT meningkat, tekanan formulator tinggi dan akses mendapatkan pestisida lebih mudah. Skenario
ini penggunaan pestisida mencapai 53.338,70 ton per tahun di akhir simulasi. Penggunaan pestisida dari tahun ketahun diprediksi mengalami peningkatan
bahkan dan akan mencapai 53.338,70 ton per tahun diakhir simulasi skenario pesismis atau 40.143,40 ton per tahun skenario moderat. Tingginya pestisida
yang digunakan oleh petani sekitar 90 persen adalah pestisida yang berbahan aktif kimia sintetis sedangkan sisanya adalah pestisida berbahan aktif biologis dan kimia
nabati. Tingginya penggunaan pestisida dan berlangsung secara terus menerus dalam proses budidaya tanaman sayuran akan berimplikasi positif pada volume
sayuran yang diproduksi tetapi juga berimplikasi negatif pada biaya produksi, kualitas produk dan lingkungan.