77
sejuk dan lembab llax, komoditas yang sesuai untuk dikembangkan adalah cinnamon, lengkeng, leci, jambu dan jeruk. Luas sebaran 110.665 ha 2,31 dan
Sub zona suhu sejuk dan agak kering llby, pengembangan komoditas apel, leci, jambu, anggur, dan jeruk cocok untuk zona llby. Zona ini mempunyai luas sebaran
16.050 ha 0,33. 4.7.3.
Zona III Zona III, merupakan wilayah dengan kelerengan ± 8-15 m serta mempunyai
beda ketinggian ± 8-15 m yang menempati fisigrafi dataran dan lereng bawah volkan, serta sebagaian kecil kipas alluvial yang tersebar pada dataran rendah
700 m dan dataran tinggi 700 m. Tipe pemanfaatan lahan dengan sub zona berdasarkan rejim suhu dan rejim kelembaban ; Sub zona suhu panas dan lembab
lllax dengan alternatif komoditas: kacang tanah, kedelai, jagung dan sayuran seperti terong, kacang panjang da sawi. Luas sebaran 90.460 ha 1,89; Sub zona
suhu panas dan agak kering lllay, komoditas yang sesuai untuk dikembangkan adalah mangga, srikaya dan palawija.Luas sebaran 483.840 ha 10,10; Sub zona
suhu sejuk dan lembab lllbx, pengembangan komoditas yang sesuai adalah cinnamon, lenkeng leci, jambu dan sayuran dataran tinggi seperti wortel, Cabai,
kentang, kubis dan tomat. Luas sebaran 2.920 ha 0,06; dan Sub zona suhu sejuk dan agak kering llby, komoditas yang sesuai adalah apel, leci, jambu, anggur,
wortel, Cabai dan kentang. Luas sebaran di sub zona ini 3,280 ha 0,07. 4.7.4.
Zona IV Zona IV, mempunyai kelerengan 0-8 dengan beda ketinggian 10 m yang
menempati daerah aluvial, dataran karstik, kipas aluvial, teras sungai dan dataran banjir. Zona ini tersebar pada dataran rendah 700 m. Tipe pemanfaatan lahan
dengan sub zona berdasarkan rejim suhu dan rejim kelembaban: Sub zona IVaxl, IVaxl.i dan IVaxl.ir, pada sub zona ini tingkat kesuburan tanah cukup baik dan
umumnya terletak pada daerah kiri dan kanan sungai sehingga ketersedian air cukup dan drainase tanah terhambat dengan tipe pemanfaatan lahan untuk sistem
pertanian lahan basah dataran rendah berupa sawah dengan komoditas padi sawah dan sayuran kangkung, luas sebaran : sub zona IVaxl seluas 83.310 ha 1,74,
IVaxl.i seluas 1.642.660 ha 34,28 dan IVaxl.ir seluas 5.030 ha 0,39; Sub zona IVax2, sub zona ini merupakan wilayah dengan penyebaran pada dataran
78
volkan, karstik allubial dan kipas alluvial, dengan tingkat kesuburan tanah dan drainase yang cukup baik untuk sistem pertanian lahan kering dataran rendah dan
sesuai untuk komoditas padi gogo, kasang-kacangan, Cabai dan umbi-umbian. Sebaran sub zona ini anyak di banyuwangi seluas 18.605 ha 0,39; Sub zona
IVay2 dan IVay2.e, kemiringan lahan sub zona ini dominan 8 dan sebagian besar tingkat kesuburannya tanahnya rendah dengan reaksi tanahnya agak masam
sehingga perlu pemupukan dan pengapuran sesuai tanaman yang dibudidayakan serta irigasi teratur. Tipe pemanfatan lahannya adalah lahan kering dengan
alternatif komoditas padi gogo, kacang-kacangan, jagung, Cabai dan umbi-umbian.
4.8. Keadaan Tanah
Tanah-tanah di daerah penelitian terbentuk dari bahan induk grumosol, aluvium, dan volkan tua. Dari lima faktor pembentuk tanah, faktor bahan induk dan
relief tampaknya paling dominan berpengaruh terhadap pembentukan tanah-tanah di daerah tersebut. Berdasarkan hasil inventarisasi data di lapangan tanah-tanah di
daerah penelitian dapat diklasifikasikan menurut soil taxonomy ke dalam 6 ordo : Vertisol
: Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi lebih dari 30 di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.
Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah grumusol atau margalit. Klasifikasi tanah ini banyak
ditemukan di wilayah penelitian di Kabupaten Nganjuk dan Kediri. Ordo vertisol ini di wilayah penelitian banyak dibudidayakan tanaman sayuran sayuran bawang
merah, bawang putih dataran rendah, cabai rawit dan cabai hijau. Inceptisol:
Tanah yang termasuk ordo inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang
berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah aluvial, andosol, regosol, gleihumus
, dll.
79
Entisols: Tanah yang tergolong dalam order ini mempunyai profil yang belum
berkembang, susunan horisonnya adalah A -C atau A-C-R. Terbentuk dari bahan induk batuan volkan dan batuan sediment termalihkan ataupun bahan endapan
sungai resen. Umumnya tanah-tanah entisols yang ditemukan berwarna coklat tua, tanahnya dangkal, drainase baik, teksturnya halus sampai kasar, konsistensi tidak
lekat, pH tanah berkisar antara 4,5 sampai 5,5 dan diklasifikasikan ke dalam lithic udorthents
. Sedangkan yang berada di dataran alluvial dengan tekstur kasar, pH 6-7 diklasifikasikan sebagai typic udipsamments. Selanjutnya untuk tanah Entisols
yang berada di dataran pasang surut dengan rejim kelembaban tanah aquic serta kandungan garamnya tinggi dikelompokan ke dalam typic halaquents. Klasifikasi
tanah di Jawa Timur berdasarkan sistem “Soil Taxonomy USDA 1990” terdiri dari ordo-ordo tanah, alfisol, andisol, entisol, inceptisol, enceptisol, vertisol, mollisol
dan oxisol. Sesuai laporan Survey dan Pemetaan Tanah Detail DAS Brantas Hulu Pusat Penelitian Tanah, 1988, klasifikasi tanah daerah pertanian Jawa Timur
dapat dilihat dalam Tabel 16.
Tabel 16 Klasifikasi tanah di Jawa Timur Klasifikasi Luas
ha Prosentase
Alfisol 600.000 19,80
Andisol 114.375 3,80
Entisol 731.250 24,10
Inceptisol 82.250 2,70
Enceptisol 680.625 22,50
Vertisol 319.375 10,50
Molisol 50.625 1,70
Oxisol 451.875 14,90
Jumlah 3.030.000 100,00
Sumber : BPDAS Brantas Surabaya, 1997.
Enceptisol Tanahnya yang berasal dari bahan aluvio-koluvium dan fluvio-marin di
dataran aluvial, teras sungai, dataran pantai, dan cekungan karst umumnya mempunyai warna coklat kekelabuan dengan karatan di lapisan atas, dan warna
gleikelabu di lapisan bawah, tanahnya dalam, drainasenya agak terhambat sampai terhambat, tekstur halus sampai sedang, struktur masif, konsistensi lekat, pH tanah