Kebijakan Pengelolaan Pestisida secara Ideal

29 Penentuan kebijakan ideal dalam pengaturan pestisida adalah apabila melibatkan subyek dan obyek kebijakan pemerintah, konsumen, dan pelaku agribisnis sebagai pelaku kebijakan. Dengan demikian stakeholders dalam pengaturan pestisida akan terdiri dari analisis kebijakan, pemerintah, organisasi non pemerintah dan dunia usaha. Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida seperti residu pada makanan dan nilai toksisitasnya harus dijadikan kekuatan pengendali driving force utama dalam reformasi regulasi pestisida Perkins et al. 1997. Dengan demikian kebijakan pestisida merupakan upaya pengaturan kegiatan, yang berhubungan dengan pestisida yang bertujuan untuk melakukan perlindungan terhadap manusia dan sumberdaya alam yang berimplikasi pada penyediaan produk pertanian yang bersifat kompetitif, aman dan berkelanjutan. Keamanan pangan produk pertanian terhadap pestisida dapat diatur melalui penetapan tingkat paparan pestisida dan batas legal residu pestisida. Batas legal toleransi residu pestisida merupakan konsentrasi maksimum residu pestisida yang terdapat pada komoditi pangan diatur oleh konsensus CAC Codex Alimentarius Commision terutama menyangkut kepentingan kesehatan, pertanian dan perdagangan.

2.6. Konsep Pertanian Berkelanjutan

Keberlanjutan diartikan sebagai “menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”, “kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot”. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap mempertahankan basis sumber daya. Secara kongkrit “Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam”. Untung 2004 definisi pertanian berkelanjutan yang digunakan saat ini adalah “ setiap prinsip, metode, praktik dan falsafah yang bertujuan agar kemajuan ekonomi, secara ekologi dapat dipertanggungjawabkan, secara sosial dapat diterima, berkeadilan, dan sesuai keadaan setempat serta berdasarkan pendekatan holistik”. Namun ada yang memberikan pengertian yang lebih luas yang dikatakan pertanian berkelanjutan harus mencakup hal-hal sebagai berikut ; a mantap secara ekologis; yang berarti bahwa kualitas sumberdaya alam 30 dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan, b bisa berlanjut secara ekonomis artinya bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan danatau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan, c adil berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran yang terjamin, d manusiawi berarti bahwa semua bentuk kehidupan tanaman, hewan, dan manusia dihargai, e luwes berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar dan lain-lain Gips 1986. Soeparmoko 2000 menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak boleh lebih buruk atau justru harus lebih baik daripada tingkat hidup generasi saat ini. Keberlanjutan pembangunan ini dapat didefinisikan dalam arti lunak yaitu bahwa generasi yang akan datang harus berada dalam posisi yang tidak lebih buruk daripada generasi sekarang, apapun yang dilakukan oleh generasi sekarang Sektor pertanian masih menjadi motor penggerak perekonomian pada suatu negara dimana sektor pertanian sebagai pintu keluar bahan baku industri, sebagai penunjang sektor manufaktur artinya sumberdaya pertanian sangat diperlukan pada tahap awal industrialisasi serta mempunyai kapasitas yang besar dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produksi, pemasaran dan pengembangan lembaga dan jasa. Sektor pertanian mampu menciptakan devisa negara artinya produk pertanian mempunyai permintaan di pasar dunia baik dalam bentuk bahan baku, setengah jadi, maupun produk siap konsumsi sehingga perlu pengolahan sesuai dengan permintaan konsumen dan pertanian mempunyai dimensi nutrisi artinya pertanian sebagai pemasok kebutuhan gizi masyarakat dan memenuhi kebutuhan pangan nasional Austin 1992. Data statistik tahun 2008 menunjukkan bahwa nilai ekspor tanaman sayuran menduduki rengking kedua dibawah ekspor tanaman buah-buahan yang mencapai