Faktor Biologi Total Fosfat

Tabel 10 Kepadatan, kekayaan taksa S, dan Indeks Keanekaragaman H makrozoobentos di Sungai Cisadane pada musim kemarau K dan hujan H 2011 ClassOrdo Familia Species S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 K H K H K H K H K H K H K H K H H Insect Elmidae Narpus sp. 119 470 352 111 14 Coleoptera Dytiscidae Agabus sp. 4 Ptilodactylidae Ptilodactylidae Sp.1 15 4 4 Gyrinidae Dineutus sp. 4 Diptera Tipulidae Antocha sp. 37 41 4 Chironomidae Pentaneura sp. 8 11 Chironomidae Cardiocladius sp. 4 4 Chironomidae Tanytarsus sp. 22 7 Chironomidae Polypedilum sp. 19 15 75 4 125 6 Ephemenoptera Baetidae Baetis sp. 52 48 93 156 52 9 4 Siphlonuridae Ameletus sp. 4 100 3 44 6 Leptophlebiidae Paraleptophlebia sp. 67 67 63 19 48 67 Ephemerellidae Ephemerella sp. 4 22 11 Heptagenidae Heptagenia sp. 3 Neoephemeridae Neoephemera sp. 3 3 Hemiptera Neocoridae Pelocoris sp 4 Lepidoptera Pyralidae Parapoynx sp. 37 37 23 26 28 Plecoptera Perlidae Acroneuria sp. 7 4 37 22 Trichoptera Hydropsychidae Cheumatopsyche sp. 19 4 19 11 410 2122 333 22 Hydropsychidae Hydropsyche sp. 11 7 30 52 7 Hydropsychidae Leptonema sp. 4 17 Polycentropodidae Polycentropus sp. 4 36 14 Psychomyiidae Psychomyiia sp. 15 56 44 25 Carydalidae Carydalus sp. 7 3 Crustaceae Potamidae Potamon sp. 6 4 Palaemonidae Macrobrachium sp. 4 2 4 7 58 Tabel 10 lanjutan ClassOrdo Familia Species S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 K H K H K H K H K H K H K H K H H Gastropoda Thiaridae Thiara sp. 11 7 74 59 141 89 Thiaridae Melanoides sp. 11 7 3 15 64 6 52 133 207 26 593 704 1170 815 33 Thiaridae Brotia sp. 11 7 7 7 15 7 Physidae Physa sp. 3 11 7 7 37 22 Vivipandae Bellamya sp. 15 30 22 Buccinidae Anentome sp. 7 7 7 Neritidae Septaria sp. 3 Ampularidae Pomacea sp. 22 Pelecypoda Corbiculidae Corbicula sp. 11 7 Turbelaria Planaridae Cura sp. 4 Oligochaeta Tubificidae Branchiura sp. 7 6 2 7 44 30 74 59 89 Lumbriculidae Lumbriculus sp. 63 22 4 5 4 6 11 7 13630 15037 18556 15519 16478 Hirudinae Glossiphonidae Helobdella sp. 31 159 19 17 4 7 Glossiphonia sp. 88 196 46 17 15 4 N 296 137 904 770 840 2896 815 6 152 181 259 26 14378 15844 20037 16541 16622 S 13 5 20 17 18 13 19 1 9 7 8 1 8 6 9 8 3 H 3,25 0,83 2,78 2,77 2,65 1,58 2,90 0,00 2,82 1.46 1,27 0,00 0,35 0,33 0,47 0,41 0,04 59 Berdasarkan hal ini, kualitas air Sungai Cisadane semakin memburuk ke arah hilir. Indeks H’ menurun dengan cukup tajam dan kekayaan taksa S juga menurun namun kepadatan individu cenderung meningkat Tabel 10. Pencemaran menyebabkan hanya taksa tertentu saja yang dapat hidup di bagian sungai tersebut. Ini ditunjukkan oleh peningkatan individu-invidu dari taksa tertentu Gambar 29a. Kekayaan taksa S’ makrozoobentos semakin ke hilir juga semakin menurun Gambar 20b. Kekayaan taksa tertinggi di Stasiun 2 S=20 yang berada di hulu dan terendah di Stasiun 9 S=3 yang berada di hilir. Peningkatan individu dari taksa tertentu akan diiringi dengan penurunan kekayaan taksa di tempat tersebut. a.Kepadatan individum2 b. Kekayaan taksa s Gambar 29 Kepadatan dan kekayaan taksa makrozoobentos Sungai Cisadane. Taksa yang ditemukan melimpah di Stasiun 7-9 merupakan makrozoobentos dari Filum Mollusca yaitu dari BangsaOrdo Gastropoda dan Oligochaeta. Kekayaan taksa sangat miskin di ketiga stasiun. Taksa dari kelompok Insecta dan Crustacae tidak ditemukan. Konsentrasi oksigen terlarutDO yang rendah dan air yang tidak segar atau “septik” seringkali membatasi organisma hidup Harman 1974. Hal ini tampak terlihat di ketiga stasiun tersebut dengan DO yang rendah menyebabkan hanya 2 taksa dari Moluska yang hadir. Penurunan DO disebabkan oksigen dibutuhkan untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan organik. Anggota Gastropoda yang melimpah hanya 1 atau 2 jenis yaitu Melanoides dan Thiara Gambar 30. Harman 1974 menduga penurunan kekayaan taksa hingga hanya ada 1 atau 2 jenis dari Gastropoda disebabkan telah terjadi pencemaran organik. 5000 10000 15000 20000 25000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 N Stasiun K H 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 S Stasiun K H a. Melanoides sp. b. Thiara sp. Gambar 30 Gastropoda di Sungai Cisadane. Larva Ephemenoptera hanya ditemukan di Stasiun 1-5. Taksa ini tidak ditemukan di stasiun menuju hilir. Menurut Roback 1974, larva Ephemenoptera kurang sensitifpeka terhadap pencemaran organik. Walaupun demikian, bahan organik yang tinggi akan menjadi faktor pembatas. Jenis yang banyak ditemukan yaitu Baetis sp Gambar 31a dan Paraleptophlebia sp Gambar 31b. a. Baetis sp. b. Paraleptophlebia sp. Gambar 31 Makrozoobentos dari Ephemenoptera di Sungai Cisadane. Diptera adalah ordo terbesar dari Insecta yang menghuni perairan tawar Covich et al 1999 sehingga larva Diptera mudah ditemukan di Sungai Cisadane terutama di Stasiun 1-5. Larva terbesar dari Diptera yaitu larva Chironomidae Sudarso 2002. Larva Chironomidae seperti Polypedilum sp Gambar 32a banyak ditemukan di Stasiun 1-5. Tanytarsus sp Gambar 23b hanya ditemukan di Stasiun 1-2. a. Polypedilum sp. b. Tanytarsus sp. Gambar 32 Larva Chironomidae di Sungai Cisadane. Larva Chironomidae telah digunakan sebagai bioindikator kualitas air sungai. Larva ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran akibat pencemaran organik. Chironomidae akan melimpah di air sungai dengan pencemaran sedang. Namun, larva Cironomidae akan menurun jika pencemaran meningkat menjadi pencemaran berat Sudarso 2002. Roback 1974 juga mengatakan larva Chiromidae biasanya toleran terhadap pencemaran organik. Beberapa larva Chironomidae memiliki Hb haemoglobin dalam darahnya yang memungkinkan mereka dapat hidup di sungai dengan konsentrasi oksigen terlarut cukup rendah. Kehadiran larva Diptera khususnya Chironomidae menunjukkan telah terjadi pencemaran organik di Sungai Cisadane mulai dari hulu hingga hilir. Ketidakhadiran Larva Diptera di Stasiun lain diduga terjadi pencemaran bahan toksik. Larva Chironomidae dilaporkan tidak tahan atau sensitif terhadap bahan-bahan toksik seperti loam berat dan pestisida . Larva Insecta hanya ditemukan di Stasiun 1-5 yang mendekati hulu. Larva tidak ditemukan di stasiun mendekati hilir. Larva Insecta umumnya dapat hidup di air yang telah tercemar organik namun tidak dapat hidup di air sungai yang tercemar bahan toksik. Misalnya, menurut Roback 1974, Trichoptera toleran terhadap pencemaran organik tapi sensitif terhadap pencemar toksik. Lintah air tawar Hirudinea yang ditemukan di Sungai Cisadane ada 2 jenis yaitu Helobdella sp. Gambar 33a dan Glossiphonia sp. Gambar 33b. Sawyer 1974 mengatakan bahwa lintah merupakan makrozoobentos yang melimpah di perairan kaya bahan organik. Hal yang wajar jika lintah ini ditemukan melimpah di Stasiun 3-6. Walaupun demikian, lintah tidak ditemukan Stasiun 1-2 meskipun kedua stasiun ini telah tercemar bahan organik. Hal ini mungkin disebabkan lintah lebih menyukai kecepatan air sungai yang cukup lambat dan dangkal Sawyer, 1974. Kecepatan rata-rata arus sungai di kedua stasiun ini paling tinggi dibandingkan stasiun lainnya. a. Helobdella sp. b. Glossiphonia sp. Gambar 33 Lintah air Hirudinea di Sungai Cisadane. Lintah juga tidak ditemukan di Stasiun 7-9. Hal ini mungkin disebabkan adanya pencemaran bahan toksik di stasiun tersebut. BPLH Kabupaten Tangerang menyebutkan bahwa belum semua industri di Tangerang memiliki IPAL. Air limbah industri dibuang langsung ke sungai Haryanti 2010. Limbah ini diduga mengandung senyawa logam toksik dan pestisida digunakan selama proses kegiatan industri. Selain industri, sumber logam berat toksik ini yaitu pertanian, peternakan dan domestik Abel 1989. Menurut Sawyer 1974, lintah tidak ditemukan di air sungai yang tercemar oleh minyak. Minyak mengandung senyawa logam-logam berat misalnya timbal yang toksik Mason 1991. Stasiun 7-9 berada si daerah hilir yang telah menampung banyak pencemar yang diduga tidak dapat ditoleransi oleh lintah. a. Branchiura sp. Tubificidae b. Lumbriculus sp. Lumbriculidae Gambar 34 Oligochaeta di Sungai Cisadane. Cacing akutik Oligochaeta yang ditemukan di Sungai Cisadane dari 2 suku yaitu Tubificidae dan Lumbriculidae. Branchiura Tubificidae Gambar 34a dan Lumbriculus Lumbriculidae Gambar 34b ditemukan sangat melimpah di Stasiun 7-9. Stasiun ini memiliki kecepatan arus yang rendah, DO yang rendah, BOD dan COD yang tinggi serta TSS yang tinggi. Tubificidae dapat hidup di air sungai dengan bahan organik yang tinggi, keruh, berlumpur dan kandungan oksigen terlarut yang rendah. Mereka juga toleran terhadap pestisida namun kurang toleran terhadap ion logam berat Brinkhurst dan Cook 1974. Cacing Tubificidae dapat hidup melimpah di sungai yang telah tercemar parah dengan kandungan DO yang rendah. Cacing ini memiliki pigmen hemoglobin yang dapat mengikat oksigen. Pigmen ini memungkinkan oksigen dapat diikat meskipun pH rendah seperti di bagian hilir. Tubificidae bahkan dapat hidup di kondisi anerob yang tidak ada okisgen selama beberapa minggu Mason 1991. Kepadatan Branchiura dan Lumbriculus yang sangat tinggi di stasiun tersebut mengindikasikan adanya pencemaran organik. Keanekaragaman makrozoobenthos yang hidup di Sungai Cisadane dapat menentukan tingkat kualitas air Sungai Cisadane. Secara umum, Indeks Keanekaragaman Hayati H ’ semakin ke hilir semakin menurun Tabel 10. Indeks H’ lebih tinggi di daerah hulu sekitar 2,24- 3,30. Indeks H’ menurun di Stasiun 3 H’=2,24 setelah memasuki Kota Bogor. Konsentrasi TN dan TP di Stasiun 3 lebih tinggi dibandingkan di Stasiun 1 dan 2. Peningkatan unsur nitrogen dan fosfor ini akan berdampak pada penurunan DO yang akhirnya berdampak pada penurunan keanekaragaman makrozoobentos. Indeks H’ kemudian meningkat di Stasiun 4 H’=3,09 yang berlokasi di Desa Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. In deks H’ kemudian menurun lagi di Stasiun 5 H’=2,20 di Desa Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Di lokasi ini, penduduk menambang pasir dari Sungai Cisadane. Hal ini akan mengganggu makrozoobentos yang menjadikan Sungai Cisadane sebagai habitat. Indeks H’ selanjutnya semakin menurun ke arah hilir Gambar 35. Gambar 35 Indeks keanekaragaman H’ makrozoobentos di Sungai Cisadane. Berdasarkan klasifikasi kualitas air Staub et al. 1970 yang dikemukakan Wilhm 1975, kualitas air Sungai Cisadane dapat digolongkan menjadi 4 golongan. Kualitas air di bagian hulu Stasiun 1-2 tergolong sangat baik dengan pencemaran sangat ringan H’: 3,0 – 4,5. Kualitas air Sungai Cisadane di Stasiun 3-5 masih baik dengan pencemaran ringan H: 2,0 – 3,0. Kualitas air Sungai Cisadane di Stasiun 6 tergolong sedang dengan pencemaran sedang H: = 1,0 – 2,0. Kualitas air Sungai Cisadane di daerah hilir di Stasiun 7-9 dapat digolongkan tidak baik dengan tingkat pencemaran berat H’: 0,0 – 1,0.

4.5 Peranan Vegetasi Riparian dalam Mempertahankan Kualitas Air Sungai

Cisadane Hasil uji Korelasi dengan Minitab versi 15 menunjukkan adanya multikolinearitas antar peubah Lampiran 9 sehingga uji peubah ganda yang digunakan selanjutnya yaitu Analisis Komponen Utama AKU. Hubungan vegetasi riparian dan kualitas air sungai secara visual dapat dilihat melalui AKU. Tabel 11 menunjukan nilai-nilai koefisien untuk KU1 sebagian bernilai positif yang cukup besar yaitu kecerahan, kecepatan arus, pH, COD, DO, keanekaragaman bentos, dan keanekaragaman vegetasi. Berdasarkan nilai akar ciri eigen value pada KU1 sebesar 6,728 yang bermakna bahwa peranan peubah- peubah penciri tersebut pada KU1 sebesar 56,1. Nilai-nilai koefisien untuk KU2 sebagian bernilai positif cukup besar yaitu kecerahan, kecepatan arus, dan TP. Berdasarkan nilai akar ciri eigen value pada KU2 sebesar 2,522 yang 3.25 2.78 2.65 2.90 2.82 1.27 0.35 0.47 0.83 2.77 1.58 0.00 1.46 0.00 0.33 0.41 0.04 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 H Stasiun K H bermakna bahwa peranan peubah-peubah penciri tersebut pada KU2 sebesar 21,0. Jika dilihat dari kedua Komponen Utama maka peubah yang dapat menjelaskan perbedaan antar stasiun ada 8 delapan peubah yaitu kecepatan arus, pH, BOD, COD, DO, TP, keanekaragaman bentos dan vegetasi. Proporsi kumulatif dari kedua komponen utama tersebut sebesar 77,1 yang berarti bahwa keragaman data peubah asal yang dapat diterangkan oleh kedua komponen utama tersebut sebesar 77,1. Tabel 11 Nilai koefisien, akar ciri dan proporsi keragaman hasil AKU Peubah KU1 KU2 kecerahan 0,325 0,171 suhu -0,266 -0,343 kecepatan arus 0,355 0,165 pH 0,345 -0,056 BOD 0,037 -0,575 COD 0,230 -0,374 DO 0,338 -0,002 TSS -0,274 -0,242 TN -0,081 -0,404 TP -0,297 0,165 keanekaragaman bentos 0,376 -0,084 keanekaragaman vegetasi 0,313 -0,0310 Akar ciri 6,728 2,522 proporsi keragaman 0,561 0,210 proporsi kumulatif 0,561 0,771 Stasiun-stasiun yang terletak di sebelah kanan Stasiun 1, 2, 3, dan 4 menampakkan ciri oleh tingginya nilai peubah-peubah tersebut Gambar 36. Sebaliknya, stasiun-stasiun yang berada di sebelah kiri dicirikan oleh rendahnya nilai peubah-peubah tersebut. Stasiun-stasiun yang terletak di sebelah atas Stasiun 1, 2, 3, 7 dan 9 dicirikan oleh tingginya nilai peubah-peubah tersebut. Sebaliknya, stasiun-stasiun yang berada di sebelah bawah dicirikan oleh rendahnya nilai peubah-peubah tersebut. Hasil uji peubah ganda dengan menggunakan Analisis Biplot Gambar 36 menunjukkan bahwa vegetasi riparian mempengaruhi kualitas air sungai. Penurunan keanekaragaman vegetasi riparian di bagian hilir Stasiun 7-9