Suhu Air Kecerahan dan TSS
Menurut Johnson dan Moldenhauer 1970, sedimen yang masuk ke dalam sungai berupa sedimen tersuspensi. Material halus ini masuk ke sungai dari daratan
dibawa oleh aliran permukaan saat hujan turun. Peningkatan TSS, meski tidak toksik, ke dalam sungai dapat mengganggu
aktivitas biologis organisma sungai. Kekeruhan akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam sungai dan masuknya oksigen ke dalam sungai. Perilaku dan
aktivitas ikan sangat dipengaruhi oleh cahaya Brown 1975. Jika air sungai keruh maka daya lihat organisma akuatik seperti ikan akan menurun Abel 1989 dan
perpindahan organisma Haslam 1990. Selain itu, kemampuan organ pernafasan, misal
insang pada
ikan, akan
menurun yang
dapat berakibat
asphyxiation kekurangan oksigen pada ikan Effendi 2003.
Peningkatan sedimen di sungai berdampak negatif bagi organisma sungai. Sebagian besar invertebarata dan sebagian ikan membutuhkan substrat yang
permiabelsesuai Haslam 1990. Sedimen dapat menghilangkan tempat memijah spawning sites yang sesuai bagi ikan. Sedimen juga menutupi substrat yang
dipergunakan oleh organisma sebagai tempat hidup misal perifiton dan tempat berlindung bagi organisma sungai seperti invertebrata sungai Effendi 2003.
Sedimen akan menghilangkan habitat dan makanan organisma akuatik Haslam 1990. Hal ini akan berakibat pada penurunan keanekaragaman
organisma sungai. Peningkatan TSS juga dapat berakibat pada perubahan substrat sungai
menjadi berlumpur. Perubahan ini berdampak bagi hilangnya organisma akuatik yang tidak menyukai subsrat berlumpur digantikan oleh oragnisma yang
menyukai lumpur seperti lintah, cacing dan hewan bercangkang Abel 1989. Nilai TSS meski berfluktuasi namun semakin ke hilir nilai TSS semakin
tinggi. Nilai TSS di hulu, tengah dan hilir pada musim kemarau berturut-turut yaitu 8-15 mgL, 20-114 mgL dan 22-52 mgL Gambar 22.
Gambar 22 TSS Sungai Cisadane pada musim kemarau K dan hujan H. Pengukuran pada musim hujan dilakukan saat terjadi hujan di anak-anak
Sungai Cisadane namun hujan tidak terjadi di stasiun penelitian. Hal ini ditunjukkan oleh air sungai yang sangat keruh dan sangat lambat mulai Stasiun 3
walaupun di stasiun penelitian tidak turun hujan. Nilai TSS berfluktuasi dipengaruhi oleh peristiwa turunnya hujan dan kegiatan di sekitar Sungai
Cisadane. Pada musim hujan, kekeruhan semakin meningkat dengan nilai TSS yang semakin besar akibat turunnya hujan yang membawa partikel padatan
tersuspensi. Hal ini tampak pada air sungai berwarna coklat keruh Gambar 23a-b. Nilai TSS dari hulu, tengah dan hilir menjadi 3-126 mgL,
114-164 mgL dan 172-181 mgL setelah hujan. Namun, selang beberapa hari setelah hujan berhenti, TSS di hilir, Stasiun 9, menurun menjadi 56 mgL.
a. Air Sungai di Braja Mustika, Sungai Cisadane hulu
b.Air Sungai di Serpong, Sungai Cisadane hilir
Gambar 23 Kekeruhan air Sungai Cisadane setelah hujan pada November 2011. Kekeruhan air sungai pada musim kemarau secara umum lebih rendah
dibandingkan pada musim hujan, kesuali di Stasiun 1. Pada musim kemarau, debit air sungai sangat kecil sehingga konsentrasi material tersuspensi lebih
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
1 2
3 4
5 6
7 8
9
T S
S mg
L
Stasiun
K H
banyak dibandingkan pada musim hujan. Saat turun hujan, air hujan akan meningkatkan debit air sungai sehingga material tersuspensi akan lebih rendah
akibat pengenceran dan juga air sungai membawa material ini ke bagian lebih hilir. Stasiun 1 dekat dengan kegiatan MCK penduduk. Tepian Stasiun 1
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian berupa sawah. Kekeruhan air sungai dipengaruhi oleh kegiatan di badan sungai dan di sekitarnya. Kegiatan ini
menyumbang material yang tersuspensi dalam air sungai yang berakibat pada kenaikan TSS.
Peningkatan kekeruhan air sungai, pada musim hujan, mulai tampak sejak Stasiun 3 dan semakin meningkat di Stasiun 4 namun menurun di Stasiun 5.
Stasiun 3 dan Stasiun 4 tidak mengalami hujan namun air anak sungai Cisadane membawa material tersuspensi dari hulu yang meningkatkan kekeruhan air
sungai. Penurunan TSS di Stasiun 5 dapat disebabkan material tersuspensi mulai mengendap dan masuknya air dari anak-anak Sungai Cisadane yang
mengencerkan kekeruhan air sungai di Stasiun 5. Peningkatan kekeruhan kembali lagi sejak Stasiun 6 yang dapat disebabkan oleh peningkatan kegiatan di sekitar
Sungai. Hal ini menyebabkan nilai TSS air sungai di Stasiun 6 sama baik pada musim kemarau maupun hujan.
Pada musim kemarau, secara umum, air sungai tampak jernih dan tidak keruh. Pada musim tersebut, air sungai bagian hulu dan tengah secara umum
masih sesuai untuk peruntukan air sungai Kelas 1 dan 2. Namun, pada musim hujan, air sungai menjadi sangat keruh sehingga kurang cocok dimanfaatkan
sebagai sumber air baku air minum pada sungai Kelas 1 atau sumber air untuk rekreasi air pada sungai Kelas 2. Air sungai yang sangat keruh tidak baik
digunakan sebagai air baku air minum disebabkan bahan kimia toksik dapat berikatan dengan partikel tersuspensi Cech 2005. Air sungai yang keruh tersebut
masih dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan peternakan. Nilai TSS masih di bawah 400 mgL sebagaimana yang dipersyaratkan pada sungai Kelas 3 dan 4.