lxxv Validasi model merupa kan tahapan untuk menguji kesesuaian, kestabilan,
konsistensi, dan kinerja dari suatu model yang dirancang dalam mewakili sistem penyebaran logam berat dan perubahan nilai ekonomi air di dunia nyata. Dengan
mengacu kepada Barlas 1996 dan Muhammadi et al. 2000 tentang model dinamis, ada delapan jenis uji validitas dan secara umum dibagi dalam dua
kategori uji, yaitu uji validitas struktur model dan uji validitas kinerja model
a. Uji validitas struktur model
Uji validitas struktur model terdiri dari tiga jenis uji, yaitu uji validitas teoritis, uji kestabilan struktur, dan uji konsistensi. Uji validitas teoritis dilakukan
dengan memeriksa kesesuaian sifat hubungan dan interaksi peubah-peubah penyusun model dengan konsep-konsep teori sistem penyebaran logam berat dan
pengaruhnya terhadap nilai ekonomi air. Dalam kaitan ini, hubungan sebab- akibat yang dirancang menjadi fokus perhatian dalam uji validitas teoritis ini.
Uji kestabilan struktur dilakukan untuk memperoleh keyakinan sejauhmana struktur model yang disusun dapat menjelaskan sistem penyebaran
logam berat dan perubahan nilai ekonomi air yang ada. Uji kestabilan struktur ini dilakukan dengan cara memberikan kejutan agregasi atau kejutan disagregasi pada
struktur model. Uji konsistensi struktur dila kukan dengan cara menganalisis dimensi keseluruhan interaksi peubah-peubah yang menyusun model. Dimensi
tersebut meliputi tanda, bentuk respon dan satuan dari persamaan equation matematis yang digunakan.
b. Uji validitas kinerja model
Uji validitas kinerja model terdiri dari lima jenis uji statistik, yaitu uji penyimpangan means absolut AME, uji penyimpangan variasi absolut AVE,
uji Kalman filter , uji koefisiensi diskrepansi U-Theil’s, dan uji Durbin Watson DW. Uji validitas kinerja ini penting untuk memperoleh keyakinan sejauhmana
kinerja model sesuai compatible dengan kinerja sistem dunia nyata sistem
lxxvi penyebaran logam berat dan nilai ekonomi yang ada. Secara spesifik, kelima uji
statistik tersebut dijelaskan : a. Uji penyimpangan means absolut AME
Uji AME digunakan untuk mengetahui tingkat penyimpangan antara nilai rata-rata simulasi terhadap aktual. Model perhitungan AME :
Ar Ar
Sr AME
− =
∑
=
− =
n t
t n
t S
Sr
∑
=
− =
n t
t n
t A
Ar Keterangan : Sr = nilai simulasi rata -rata
Ar = nilai aktual rata-rata S = nilai simulasi
A = nilai aktual t = waktu t = 0, 1, 2, 3,………, n
b. Uji penyimpangan variasi absolut AVE Uji AVE digunakan untuk mengetahui nilai variasi simulasi terhadap aktual.
Model perhitungan AVE : Sa
Sa Ss
AVE −
=
∑
=
− −
=
n t
t n
t Sr
S Ss
2
∑
=
− −
=
n t
t n
t Ar
A Sa
2
Keterangan : Ss = deviasi nilai simulasi Sa = deviasi nilai aktual
c. Uji Kalman filter KF Uji Kalman filter KF digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian
fitting antara simulasi terhadap aktual. Model perhitungan KF :
lxxvii Va
Vs Vs
KF +
=
∑
=
+ −
− =
n t
t n
t Sr
S Vs
2
1
∑
=
+ −
− =
n t
t n
t Ar
A Va
2
1 Keterangan : Vs = varian nilai simulasi
Va = varian nilai aktual d. Uji koefisiensi diskrepansi U-Theil’s,
Uji U-Theil’s digunakan untuk mengetahui koefisien diskrepansi antara nilai simulasi terhadap aktual. Model perhitungan U-Theil’s U :
Sa Ss
Se U
+ =
2
t n
t Ar
A Sr
S Se
− −
− −
= Keterangan : Se = deviasi nilai simulasi terhadap aktual
e. Uji Durbin Watson DW Uji DW digunakan untuk mengetahui pola fluktuasi nilai simulasi terhadap
aktual. Model perhitungan DW :
2 2
1 t
t t
S A
S A
S A
DW −
− −
− =
−
Adapun batas penerimaan dari kelima jenis uji statistik tersebut terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Batas penerimaan untuk uji AME, AVE, Kalman filter , U-Theil’s, dan DW
No.
Uji Statistik
Batas Penerimaan
1 AME
0,05 2
AVE 0,05
3
Kalman Filter KF
0,475 - 0,525 4
U-Theil’s U 0,05
lxxviii 5
DW 2
Sumber : Makridas 1983, Barlas 1996, dan Muhammadi et al. 2000
3.4.8. Modifikasi dan Interpretasi Model
Bila dari hasil validasi struktur maupun kinerja model ada yang belum terpenuhi, maka model harus dimodifikasi sedemikanrupa, sehingga semua yang
dipersyaratkan terpenuhi. Selanjutnya model digunakan untuk menduga per ilaku penyebaran logam berat dan perubahan nilai ekonomi air selama 50 tahun ke
depan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tingkat Penyebaran Logam Berat pada Perairan Umum
4.1.1. Tingkat penyebaran Hg
Tingkat penyebaran Hg yang dimaksud pada bagian ini adalah tingkat penyebaran Hg yang sedang terjadi posisi tahun 2003 pada
perairan umum Kali Cakung Dalam dan turunannya berupa air tanah, irigasi usaha pertanian dan perikanan dibandingkan dengan baku mutu
yang berlaku. Tingkat penyebaran Hg yang berkaitan dengan usaha pertanian dilihat pada tanaman padi dan gabah, sedangkan tingkat
penyebaran Hg pada usaha perikanan dilihat pada ikan air tawar dari empang atau kolam sekitar. Tabel 4 menunjukkan perbandingan hasil
analisis Hg pada air kali, air tanah, tanaman padi, gabah, dan ikan air tawar daging dengan baku mutu yang berlaku.
Tabel 4. Perbandingan hasil analisis Hg pada air kali, air tanah, tanaman padi, gabah. dan ikan air tawar tahun 2003 dengan baku mutu yang berlaku
lxxix
Obyek analisis
Kadar Hg ppm Keterangan
Hasil Analisis Baku mutu
Air kali 0,0131
Maks. 0,002 Maks. 0,03
Shainberg dan Oster 1978
Air tanah 0,0008
Maks. 0,001 Maks. 0,001
Tanaman padi 0,0094
Allaway 1968 Gabah
0,0074 Maks. 0,5
Ikan 0,011
Maks. 0,5
Keterangan : Baku mutu air golongan C menurut PP RI No. 82 Tahun 2001
Baku mutu air minum menurut Kep. MENKES RI No. 907MENKESSKVII2002 Baku mutu air bersih menurut Kep. MENKES RI No. 416MENKESPERIX1990
Baku mutu bahan pangan m enurut Kep. DITJEN POM DEPKES RI No. 03725BSK1989 Maks. = maksimum
Berdasarkan Tabel 4, kadar Hg air kali 0,0131 ppm melebihi baku mutu Hg yang dipersyaratkan untuk air golongan C maks. 0,002 ppm menurut PP RI
No. 82 Tahun 2001, tetapi sesuai baku mutu Hg yang dipersyaratkan untuk air pertanian maks. 0,03 ppm menurut Shainberg dan Oster 1978. Dalam kaitan
ini, maka dari segi kadar Hg air kali Cakung Dalam kurang layak digunakan untuk usaha perikanan budidaya dan peternakan seperti yang dipersyaratkan untuk
baku mutu air golongan C, dan masih layak digunakan untuk usaha pertanian seperti yang dipersyaratkan menurut Shainberg dan Oster 1978. Baku mutu air
golongan C dan baku mutu air pertanian tersebut merupakan upaya antisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan berkaitan dengan
penggunaan air, tersesuai air kali Cakung Dalam. Kadar Hg air tanah 0,0008 ppm masih sesuai baku mutu Hg yang
dipersyaratkan untuk air minum maks. 0,001 ppm menurut Kep. MENKES RI No. 907 MENKESSKVII2002 dan air bersih maks. 0,001 ppm menurut Kep.
MENKES RI No. 416MENKESPERIX1990. Dengan demikian, maka dari segi kadar Hg pemanfaatan air tanah untuk keperluan minum, mandi, dan mencuci
masih tersesuai aman. Sampai kapan hal ini bisa terjadi tergantung dari perilaku penyebaran Hg pada air tanah dari sumber-sumber yang ada dan kemampuan
penguraian Hg oleh tanah sekitar.
lxxx Kadar Hg tanaman padi 0,0094 ppm masih sesuai baku mutu Hg yang
dipersyaratkan untuk tanaman hijau menurut Allaway 1968. Disamping itu, kadar Hg gabah 0,0074 ppm masih sesuai baku mutu Hg yang dipersyaratkan
untuk bahan pangan maks. 0,5 ppm menurut Kep. DITJEN POM DEPKES RI No. 03725BSK1989. Dengan demikian, maka dari segi kadar Hg gabah yang
dihas ilkan dari sawah sekitar Kali Cakung Dalam masih aman untuk dikonsumsi meskipun air kali yang digunakan untuk irigasi tersesuai kategori kurang layak.
Kondisi ini terjadi karena tingkat penyerapan Hg oleh tanaman padi juga tersesuai rendah dan kadarnya ma sih berada dalam batas yang dipersyaratkan. Perilaku
penyerapan Hg ini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan model penyebaran logam berat Bagian 5.2.
Kadar Hg daging ikan air tawar 0,011 ppm dari empang atau kolam sekitar juga masih sesuai baku mutu Hg yang dipersyaratkan untuk bahan pangan
maks. 0,5 ppm menurut Kep. DITJEN POM DEPKES RI No. 03725B SK1989, sehingga masih layak untuk dikonsumsi. Kondisi ini lebih didukung
oleh penggunaan bibit ikan yang didatangkan dari luar, sehingga tidak terjadi akumulasi Hg yang terlalu besar.
Meskipun kadar Hg air tanah, kadar Hg tanaman padi, kadar Hg gabah, dan kadar Hg ikan air tawar masih sesuai baku mutu yang dipersyaratkan, tetapi
bila ada parameter lain yang tidak sesuai baku mutu, maka air tanah, tanaman padi, gabah, dan ikan air tawar tersebut tetang kurang layak digunakan atau
dimanfaatkan untuk keperluan dimaksud. Data-data pada bagian berikutnya akan menjelaskan hal tersebut.
4.1.2. Tingkat penyebaran Cd
Tingkat penyebaran Cd yang dimaksud pada bagian ini juga mencakup penyebaran Cd yang sedang terjadi posisi tahun 2003 pada air
kali, air tanah, tanaman padi, gabah, dan ikan air tawar dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku. Perbandingan ini terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan hasil analisis Cd pada air kali, air tanah, tanaman padi, gabah, dan ikan air tawar tahun 2003 dengan baku mutu yang berlaku
lxxxi
Obyek analisis
Kadar Cd ppm Keterangan
Hasil Analisis Baku mutu
Air kali 0,0094
Maks. 0,01 Maks. 0,05
Shainberg dan Oster 1978
Air tanah 0,001
Maks. 0,003 Maks. 0,005
Tanaman padi 0,0092
Maks. 0,8 Allaway 1968
Gabah 0,01
Maks. 1 Ikan
0,0104 Maks. 1
Keterangan : Baku mutu air golongan C menurut PP RI No. 82 Tahun 2001
Baku mutu air minum menurut Kep. MENKES RI No. 907MENKESSKVII2002 Baku mutu air bersih menurut Kep. MENKES RI No. 416MENKESPERIX1990
Baku mutu bahan pangan menurut Kep. DITJEN POM DEPKES RI No. 03725BSK1989 Maks. = maksimum
Berdasarkan Tabel 5, kadar Cd air kali 0,0094 ppm masih sesuai baku mutu Cd yang dipersyaratkan untuk air golongan C maks. 0,01 ppm menurut PP
RI No. 82 Tahun 2001 dan air pertanian maks. 0,05 ppm menurut Shainberg dan Oster 1978. Dalam kaitan ini, maka dari segi kadar Cd air kali Cakung Dalam
masih layak digunakan untuk usaha perikanan dan peternakan seperti yang dipersyaratkan untuk baku mutu air golongan C, dan masih layak digunakan untuk
usaha pertanian seperti yang dipersyaratkan menurut Shainberg dan Oster 1978. Kadar Cd air tanah 0,001 ppm masih sesuai baku mutu Cd yang
dipersyaratkan untuk air minum maks. 0,003 ppm menurut Kep. MENKES RI No. 907MENKESSKVII2002 dan air bersih maks. 0,005 ppm menurut Kep.
MENKES RI No. 416MENKESPERIX1990. Dengan demikian, maka dari segi kadar Cd pemanfaatan air tanah untuk keperluan minum, mandi, dan mencuci
masih tersesuai aman. Kadar Cd tanaman padi 0,0092 ppm masih sesuai baku mutu Cd yang
dipersyaratkan untuk tanaman hijau maks. 0,8 ppm menurut Allaway 1968 dan kadar Cd gabah 0,01 ppm masih sesuai baku mutu Cd yang dipersyaratkan
untuk bahan pangan maks. 1 ppm menurut Kep. DITJEN POM DEPKES RI No. 03725BSK1989. Dengan demikian, maka belum ada penyebaran Cd yang
berbahaya pada tanaman padi dan gabah.
lxxxii Kadar Cd daging ikan air tawar 0,0104 ppm masih sesuai baku
mutu Cd yang dipersyaratkan untuk bahan pangan maks. 1 ppm menurut Kep. DITJEN POM DEPKES RI No. 03725BSK1989, sehingga masih
layak untuk dikonsumsi. Kondisi ini juga menunjukkan penyebaran Cd pada air kali belum menyebabkan akumulasi yang berarti pada daging ikan
yang di empang atau kolam sekitar.
4.1.3. Tingkat penyebaran Pb
Tingkat penyebaran Pb yang dimaksud pada bagian ini juga mencakup penyebaran Pb yang sedang terjadi posisi tahun 2003 pada air
kali, air tanah, tanaman padi, gabah, dan ikan air tawar dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku. Perbandingan ini terlihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6, kadar Pb air kali 0,014 ppm masih sesuai baku mutu yang dipersyaratkan untuk air golongan C maks. 0,020 ppm
menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 dan air pertanian maks. 10 ppm menurut Shainberg dan Oster 1978. Oleh karena itu, maka dari segi
kadar Pb air kali Cakung Dalam juga masih layak digunakan untuk usaha perikanan dan peternakan seperti yang dipersyaratkan untuk
baku mutu air golongan C, dan masih layak digunakan untuk usaha pertanian seperti yang dipersyaratkan menurut Shainberg dan Oster
1978.
Tabel 6. Perbandingan hasil analisis Pb pada air kali, air tanah, tanaman padi, gabah, dan ikan air tawar tahun 2003 dengan baku mutu yang berlaku
Obyek analisis
Kadar Pb ppm Keterangan
Hasil Analisis Baku mutu
Air kali 0,014
Maks. 0,020 Maks. 10
Shainberg dan Oster 1978
Air tanah 0,0009
Maks. 0,010 Maks. 0,050
Tanaman padi 0,0192
Maks. 3,0 Allaway 1968
Gabah 0,0171
Maks. 2 Ikan air tawar
0,0153 Maks. 2
Keterangan : Baku mutu air golongan C menurut PP RI No. 82 Tahun 2001
lxxxiii
Baku mutu air minum menurut Kep. MENKES RI No. 907MENKESSKVII2002 Baku mutu air bersih menurut Kep. MENKES RI No. 416MENKESPERIX1990
Baku mutu bahan pangan menurut Kep. DITJEN POM DEPKES RI No. 03725BSK1989 Maks. = maksimum
Kadar Pb air tanah 0,0009 ppm masih sesuai baku mutu Pb yang dipersyaratkan untuk air minum maks. 0,010 ppm menurut Kep. MENKES RI
No. 907MENKESSKVII2002 dan air bersih maks. 0,050 ppm menurut Kep. MENKES RI No. 416MENKESPERIX1990, sehingga dari segi kadar Pb
pemanfaatan air tanah untuk keperluan minum, mandi, dan mencuci masih tersesuai aman. Kadar Pb tanaman padi 0,0192 ppm masih sesuai baku mutu Pb
yang dipersyaratkan untuk tanaman hijau maks. 3,0 ppm menurut Allaway 1968 dan kadar Pb gabah 0,0171 ppm masih sesuai baku mutu Pb yang
dipersyaratkan untuk bahan pangan maks. 2 ppm menurut Kep. DITJEN POM DEPKES RI No. 03725BSK1989. Dengan demikian, maka belum ada
penyebaran Pb yang berbahaya pada tanaman padi dan gabah. Kadar Pb daging ikan air tawar 0,0153 ppm yang dipelihara
masih sesuai baku mutu Pb yang dipersyaratkan untuk bahan pangan maks. 2 ppm menurut Kep. DITJEN POM DEPKES RI No.
03725BSK1989. Hal ini menunjukkan penyebaran Cd air kali belum menyebabkan akumulasi ya ng berarti pada daging ikan dari empang atau
kolam sekitar Kali Cakung Dalam. Dengan demikian, maka dari segi kadar Hg, Cd, dan Pb, air tanah
masih layak digunakan untuk keperluan air minum dan air bersih, tanaman padi belum berbahaya, gabah dan ikan air tawar masih layak dikonsumsi.
Meskipun air kali umumnya mempunyai kadar Cd dan Pb yang masuk baku mutu yang dipersyaratkan, tetapi karena kadar Hg-nya berlebihan,
maka air kali tetap kurang layak digunakan untuk usaha perikanan, perternakan, dan pertania n.
4.2. Model Penyebaran Logam Berat pada Perairan Umum
4.2.1. Validitas Struktur Model Penyebaran Logam Berat
lxxxiv
a. Validitas teoritis