halaman serta langkah kerja yang terperinci dan bermuatan karakter. Langkah kerja yang terperinci ini membantu siswa untuk berlatih mandiri dalam praktikum
dan tidak banyak bertanya pada guru maupun asisten. Hal ini merupakan salah satu ciri inkuiri terbimbing. Menurut Lewicky dalam Bilgin 2009 inkuiri
terbimbing dapat didefinisikan sebagai interaksi dengan materi nyata untuk mendapatkan pengetahuan tentang beberapa konsep dengan memanfaatkan
tahapan-tahapan bimbingan yang dibuat oleh guru agar dapat menyelesaikan masalah.
Muatan karakter yang ada dalam langkah kerja bertujuan agar sikap siswa yang masih kekanak-kanakan dan senang bergurau pada waktu praktikum sedikit
demi sedikit dapat berubah menjadi lebih baik. Perbaikan karakter yang ditekankan dalam petunjuk praktikum ini adalah berpikir kritis, saling menghargai
dan bertanggung jawab. Sudrajat 2011 menekankan bahwa kita harus mengikat para siswa dengan kegiatan-kegiatan yang akan mengantarkan mereka berpikir
kritis mengenai persoalan-persoalan etika dan moral, menginspirasi mereka untuk setia dan loyal dengan tindakan-tindakan etika dan moral, dan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mempraktikkan perilaku etika dan moral tersebut.
4.2.2 Kevalidan buku petunjuk praktikum
Hasil analisis buku petunjuk praktikum yang dinilai oleh pakar memberikan hasil bahwa buku petunjuk praktikum dalam kategori sangat valid dengan rata-
rata persentase skor kevalidan desain buku sebesar 86,46 dan rata-rata persentase skor kevalidan materi dan kebahasaan sebesar 87,98. Rata-rata
persentase validasi pakar secara keseluruhan adalah 87,22. Hasil ini menunjukkan bahwa buku petunjuk praktikum yang disusun telah memenuhi
kriteria dari aspek desain, materi dan bahasa. Menurut pendapat pakar, buku petunjuk praktikum sudah valid dan layak digunakan dalam pembelajaran. Pada
tahap validasi ini hanya mengalami revisi desain sampul, desain isi, pemindahan nomor halaman dan perbaikan pada kajian teori praktikum sesuai dengan daftar
pustaka buku. Penilaian oleh pakar diperoleh hasil yaitu buku petunjuk praktikum valid dan layak untuk digunakan di dalam kegiatan pembelajaran.
4.2.3 Kelayakan buku petunjuk praktikum
Kelayakan buku petunjuk praktikum dilihat dari angket uji skala kecil, angket tanggapan siswa pada uji pemakaian dan angket tanggapan guru setelah
pembelajaran. Pada uji coba skala kecil, draf buku petunjuk praktikum diberikan kepada 10 siswa sebagai responden untuk memberikan tanggapan. Siswa-siswa
responden pada uji coba skala kecil ini diambil secara acak dari masing-masing kelas VII di MTs Miftahul Ulum. Dari hasil penilaian uji coba skala kecil, siswa
memberi tanggapan positif dengan persentase skor sebesar 91 dan tidak ada responden yang memberikan saran perbaikan.
Hasil angket tanggapan siswa setelah uji pemakaian didapatkan hasil persentase skor sebesar 86,98, yang menunjukkan siswa menilai positif terhadap
buku. Skor tanggapan guru juga mendapatkan persentase skor 92,5 dengan memberikan saran untuk merevisi bagian sampul buku. Dari hasil uji coba skala
kecil, angket tanggapan siswa dan juga angket tanggapan guru yang semuanya memberikan tanggapan positif menunjukkan bahwa buku petunjuk praktikum
hasil pengembangan layak untuk digunakan. 4.2.4 Keefektifan buku petunjuk praktikum
4.2.4.1 Peningkatan pemahaman
Setelah melaksanakan uji skala kecil dan tidak ada revisi, buku petunjuk praktikum dicetak untuk digunakan dalam uji pemakaian. Uji pemakaian
dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu 1 kali pre test, 3 kali pertemuan untuk praktikum dan 1 kali post test. Dalam uji coba pemakaian ini buku petunjuk praktikum
diberikan kepada 36 siswa kelas VII A sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas VII D diberi petunjuk praktikum yang biasa digunakan sebagai kelas kontrol.
Selama uji coba pemakaian peneliti dibantu oleh guru IPA MTs Miftahul Ulum dan salah satu teman mahasiswa untuk melakukan pengamatan dan observasi
peningkatan karakter siswa, sedangkan dalam observasi keaktifan siswa, peneliti dibantu oleh masing-masing ketua kelompok.
Dari hasil pre test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa hasil rata-rata pre test kelas kontrol adalah 40,8 sedangkan rata-rata pre
test kelas eksperimen adalah 44,3. Setelah dianalisis uji t-test two-sample
assuming unequal variances dengan menggunakan Microsoft office excel 2007 didapatkan p-value sebesar 0.1004 dengan kategori tidak signifikan, karena p-
value α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada awalnya tidak memiliki perbedaan tingkat atau bisa
dikatakan memiliki tingkat pemahaman yang sama. Hasil post test menunjukkan bahwa kelas eksperimen mendapatkan rata-rata 81,57, sedangkan kelas kontrol
mendapatkan rata-rata 61,52. Setelah dianalisis uji t-test two-sample assuming unequal variances dengan Microsoft office excel 2007 didapatkan p-value sebesar
0.00000000000012 1,213E-13 sehingga p-value α 0,05, yang menunjukkan bahwa hasil post test kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol dengan
perbedaan yang signifikan.
Hasil pre test dan post test kelas eksperimen dan kelas kontrol juga dianalisis dengan rumus uji t-test. Harga t
hitung
yang didapatkan adalah 3,54, dengan harga t
tabel
pada dk = 69 adalah 1,69. Dengan demikian t
hitung
t
tabel
, berarti peningkatan pemahaman materi kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa buku petunjuk praktikum hasil pengembangan lebih meningkatkan pemahaman siswa dibandingkan petunjuk
praktikum yang biasa digunakan.
Faktor yang menyebabkan pemahaman materi kelas eksperimen lebih baik daripada kelas control diantaranya adalah siswa kelas eksperimen lebih
termotivasi untuk menggunakan buku petunjuk praktikum hasil pengembangan karena merupakan hal yang baru dan belum pernah digunakan. Di samping itu,
adanya kajian teori sebelum melakukan langkah kerja yang terdapat dalam petunjuk praktikum juga mendorong dan memudahkan siswa untuk belajar
sebelum melakukan praktikum. Menurut Sagala dalam Setiawan 2010 pemahaman adalahkemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti
menafsirkan, menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu. Pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu
tersebut diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan atau nateri yang dipelajari. Hal yang dapat menyebabkan peningkatan pemahaman antara lain
adalah perhatian, relevansi, percaya diri dan kepuasan.
4.2.4.2 Keaktifan siswa Observasi keaktifan siswa dilakukan pada kelas eksperimen. Keaktifan
yang diobservasi dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal terdiri dari kedisiplinan pada waktu siswa masuk
ruang laboratorium dan keaktifan pada saat diberi penjelasan oleh guru. Kegiatan inti terdiri dari keaktifan siswa pada waktu mempersiapkan alat dan bahan
praktikum serta keaktifan siswa dalam melakukan langkah-langkah kerja praktikum. Kegiatan penutup terdiri dari keaktifan dalam mengemas dan
membersihkan alat, bahan dan tempat praktikum.
Hasil observasi keaktifan siswa juga menunjukkan perbedaan keaktifan setiap pertemuan. Pertemuan pertama praktikum menunjukkan rata-rata keaktifan
kelas eksperimen sebesar 71,92, pertemuan kedua, rata-rata keaktifan kelas eksperimen sebesar 87,60, pertemuan ketiga kelas eksperimen mencapai rata-
rata persentase skor 96,33. Rata-rata ketercapaian keaktifan kelas eksperimen adalah 85,28 dengan kriteria sangat aktif. Hasil ini menunjukkan bahwa buku
petunjuk praktikum hasil pengembangan efektif untuk mengaktifkan siswa.
Hasil observasi keaktifan dalam penelitian ini berbeda dengan yang telah dicapaikan oleh Hastuti 2011 dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keaktifan Pembelajaran IPA Terpadu”. Dalam penelitian yang dilakukannya,
setelah menggunakan produk hasil pengembangan mendapatkan persentase skor peningkatan keaktifan sebesar 82,72 sedangkan sebelum menggunakan produk
hasil pengembangan mendapatkan persentase skor sebesar 56,87.
Sawitri dalam Trisnawati 2011 menyebutkan bahwa salah satu tujuan penyusunan petunjuk praktikum adalah untuk mengaktifkan siswa, dalam arti
siswa tidak hanya menerima penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru, melainkan lebih aktif melakukan kegiatan belajar untuk menemukan atau
mengolah sendiri perolehan belajar.
Kekurangan yang ada dalam observasi keaktifan siswa pada penelitian ini adalah observasi dilakukan oleh ketua kelompok masing-masing. Hal ini
memungkinkan adanya pemberian skor secara subyektif. ketua kelompok
mungkin saja memberi skor terhadap teman-temannya secara obyektif, akan tetapi dalam memberikan skor terhadap diri sendir cenderung subyektif.
4.2.4.3 Karakter siswa
Observasi karakter juga hanya dilakukan terhadap kelas eksperimen. Karakter yang ditekankan dan diobservasi dalam penelitian ini adalah berpikir
kritis, saling menghargai dan bertanggung jawab. Selama tiga pertemuan praktikum tercatat rata-rata persentase observasi karakter kelas eksperimen
mencapai 81,3. Karakter berpikir kritis memiliki rata-rata persentase skor paling rendah, yaitu hanya 78,93 dibandingkan dua karakter yang lain, yaitu saling
menghargai mendapatkan rata-rata persentase skor 80,78 dan bertanggung jawab yang mendapat rata-rata persentase skor 84,03.
Observasi karakter pada penelitian ini lebih sempit dari pada penelitian yang dilakukan oleh Sholihah 2011. Dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan Petunjuk Praktikum IPA Terpadu Berbasis Pendidikan Karakter untuk Pembelajaran IPA Bertema Perjalanan Makanan pada Tumbuhan”
melakukan observasi pada peningkatan 10 sepuluh karakter yaitu rasa ingin tahu, kerja keras, jujur, disiplin, demokratis, mandiri, senang membaca, berani,
kreatif, dan peduli lingkungan. Hasil rata-rata peningkatan semua karakter pada penelitian yang dilakukannya masuk pada kategori meningkat.
Faktor yang menyebabkan buku petunjuk praktikum hasil pengembangan ini dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan dan karakter antara lain adalah
adanya kolom dan tabel untuk menggambar dan menuliskan hasil pengamatan dan adanya tempat untuk menulis pembahasan, kesimpulan dan menjawab pertanyaan
sekaligus. Dengan kelengkapan bagian buku tersebut, siswa yang masih memiliki sifat kekanak-kanakan tidak perlu mencari kertas lain untuk mengerjakan
tugasnya. Di samping itu, penggunaan buku yang telah terjilid dapat mengurangi resiko hilang atau terselip dalam buku lain lembaran-lembaran kertas. Sedangkan
penulisan langkah kerja yang terperinci dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam melakukan praktikum. Penulisan nilai karakter yang dicetak tebal pada
setiap langkah kerja juga dapat menarik perhatian siswa untuk menjalankan dan melaksanakan karakter tersebut.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut. 1 Buku petunjuk praktikum terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan
yang berisi halaman judul, kata pengantar, dan daftar isi, sedangkan bagian isi berisi pengenalan mikroskop dan tiga petunjuk praktikum dilengkapi dengan
bagian tambahan yang berisi glosarium dan daftar pustaka.
2 Buku petunjuk termasuk dalam kriteria sangat valid sesuai dengan validasi pakar mencapai persentase skor 87,22.
3 Buku petunjuk praktikum IPA terpadu tema mikroskop layak digunakan dalam pembelajaran praktikum menurut tanggapan siswa melalui uji coba
skala kecil mencapai persentase skor 91 , tanggapan siswa setelah uji pemakaian dengan persentase skor 86,98, dan penilaian guru dengan
persentase skor 91,50 dengan kriteria sangat layak.
4 Hasil uji coba pemakaian menunjukkan bahwa rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan petunjuk
praktikum konvesional, rata-rata persentase keaktifan siswa mencapai 85,25, dan rata-rata persentase observasi karakter mencapai 81,30.
5 Buku petunjuk praktikum IPA terpadu tema mikroskop yang dikembangkan
efektif untuk mengaktifkan siswa dan memunculkan karakter siswa.
6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum buku petunjuk praktikum IPA terpadu tema mikroskop yang telah dibuat dapat digunakan dalam
pembelajaran.
46