2.6. Tinjauan Umum Penerbit
2.6.1. Pengertian Penerbit Buku
Kata penerbit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diberikan di bawah kata terbit, terbit mengandung arti keluar untuk diedarkan tentang
surat kabar, buku, dan lain-lain sedangkan kata penerbit mengandung arti orang atau perusahaan yang menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya.
Kamus besar Bahasa Indonesia, 1994: 91 Sedangkan kata penerbit menurut Altbach dalam Supriyadi adalah seorang investor dalam perbukuan.
Penerbit disebut juga sebagai risk-taker pengambil resiko yaitu investor yang berharap mendapatkan uang lebih banyak daripada uang yang
dikeluarkan melalui usaha penerbitan. Penerbit adalah pihak yang mengeluarkan uang untuk pengarang, penerjemah, penyunting, pencetak,
pabrik kertas dan lain-lain untuk memproduksikan buku, para penjual, pemasang iklan, dan mereka yang membantu dalam pemasarannya, dan
yang menerima uang dari penjual buku dan yang lain-lain yang membeli buku, atau yang membeli buku maupun hak untuk menggunakan isi buku itu
dalam berbagai cara. Altbach 1991 dalam Supriyadi, 2000: 45
2.6.2. Sejarah Penerbitan Buku
Sejarah Perkembangan penerbitan buku teleh dimulai sejak zaman penjajahan Hinda-Belanda dengan cikal bakal fungsi penerbit adalah
mencetak surat kabar, selebaran, dan buku kitab agama. Akhir abad ke-19 muncullah penerbit-penerbit terutama di Pulau
Jawa dan Sumatera dengan kepemilikan swasta. Pada tahun 1955,
Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Kemudian Pemerintah berusaha
mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku nasional dengan jalan memberi subsidi dan bahan baku kertas bagi para
penerbit buku nasional sehingga penerbit diwajibkan menjual buku-bukunya dengan harga murah.
Dunia perbukuan semakin berkembang pesat di Indonesia namun awal mula tonggak perkembangan penerbit buku secara masal baru terjadi
tahun 1908 dengan pembentukan Commissie Voor de Inlandsche Chool en Voklslectuur Komisi Bacaan Rakyat melalui Keputusan Pemerintah
Nomor 12 tanggal 14 September 1908. Pada tahun 1917 komisi ini berganti nama menjadi Balai Poestaka. Setelah Balai Poestaka muncullah berbagai
penerbit buku nasional di Indonesia seperti Poestaka Antara, Poestaka rakyat dan lain-lain di berbagai wilayah Indonesia.
Perkembangan industri penerbitan buku, telah mendorong pendirian Ikatan Penerbit Indonesia IKAPI pada 17 Mei 1950 yang pada
waktu itu hanya beranggota 13 penerbit. Seiring dengan perkembangan industri penerbitan buku di Indonesia maka jumlah anggota IKAPI kini
mencapai lebih kurang 793 penerbit yang tersebar di seluruh Indonesia.
2.6.3. Peta Penerbitan di Indonesia