elemen kemanfaatan muncul. Hukum harus merupakan tatanan yang disepakati bersama, perlu adanya elemen ketiga yaitu kepastian hukum.
Kepastian hukum masyarakat hukum harus bersifat positif dan kepositifan tersebut menjadi syarat suatu kebenaran sebagai landasan perlindungan
hukum.
2.7.2. Pelanggaran Hak Cipta
Perlindungan hukum bagi Hak Kekayaan Intelektual dimaksudkan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran. Pelaku pelanggaran tersebut
harus diproses secara hukum, dan bila terbukti melakukan pelanggaran, dia akan dijatuhi hukuman sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Hak
Kekayaan Intelektual yang dilanggar itu. Undang-Undang bidang Hak Kekayaan Intelektual mengatur jenis perbuatan pelanggaran serta ancaman
hukumannya, baik secara perdata maupun secara pidana. Suatu perbuatan dianggap melanggar hukum bidang Hak Kekayaan
Intelektual bila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: a.
Larangan Undang-Undang. Perbuatan yang dilakukan oleh pengguna Hak Kekayaan
Intelektual dilarang dan diancam hukuman oleh Undang-Undang b.
Izin lisensi. Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual dilakukan tanpa persetujuan
lisensi dari pemilik atau pemegang hak terdaftar.
c. Pembatasan Undang-Undang.
Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.
d. Jangka waktu.
Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual dilakukan dalam jangka waktu perlindungan yang ditetapkan oleh Undang-Undang atau
perjanjian tertulis atau lisensi. Hak Cipta merupakan bagian dari bidang kekayaan intelektual.
Perlindungan Hak Cipta secara individual pada hakikatnya merupakan hal yang tidak dikenal di Indonesia, suatu ciptaan oleh masyarakat dianggap
secara tradisional sebagai milik bersama. Tumbuhnya kesadaran bahwa ciptaan itu perlu perlindungan hukum setelah dihadapinya bahwa ciptaan itu
mempunyai nilai ekonomi. Adapun dalam pandangan tradisional segi nilai moral Hak Cipta lebih menonjol daripada nilai ekonomisnya. Harsono,
1990 dalam Usman, 2002: 158 Menonjolnya nilai ekonomis dari Hak Cipta menyebabkan
timbulnya pelanggaran terhadap Hak Cipta, terutama dalam bentuk tindak pidana pembajakan lagu atau musik, buku dan penerbitan, film dan rekaman
video serta komputer. Pelanggaran terhadap Hak Cipta ini disebabkan oleh sikap dan
keinginan sebagian anggota masyarakat untuk memperoleh keuntungan dagang dengan cara mudah. Akibatnya bukan saja merugikan pencipta atau
pemegang Hak Cipta tetapi juga merugikan ekonomi pada umumnya.
Pelanggaran terhadap Hak Cipta dapat diselesaikan secara perdata maupun pidana. Undang-Undang Hak Cipta telah jelas mengatur
pelanggaran dapat diselesaikan melalui dua jalur, yaitu pidana dan perdata. UUHC juga mengatur tentang alternatif penyelesaian sengketa.
Pasal 66 Undang-Undang Hak Cipta menyatakan bahwa: hak untuk mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 65 tidak mengurangi hak Negara untuk melakukan tuntutan terhadap pelanggaran Hak Cipta.
Berdasarkan ketentuan Pasal 66 Undang-Undang Hak Cipta tahun 2002 ini pelaku pelanggaran Hak Cipta, selain dapat dituntut secara perdata
juga dapat dituntut secara pidana.
2.7.3. Perlindungan Hak Cipta