Hubungan Pain Self Efficacy dengan Perilaku Nyeri pada Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

(2)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Hubungan Self Efficacy (Keyakinan Diri) dengan Perilaku Nyeri pada

Pasien Kanker Serviks Di RSUP H. Adam Malik Medan

Saya, yang bernama Eunike Debora Pasaribu/ 141121080 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan keyakinan diri (self efficacy) dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian.

Atas kesediaan Ibu saya ucapkan terima kasih.

Tanggal : No Responden :


(3)

Hubungan Self Efficacy (Keyakinan Diri) dengan Perilaku Nyeri pada Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan

Petunjuk pengisian :

1. Isi semua pertanyaan dengan benar dan lengkap, tidak ada hal yang perlu disembunyikan. Setiap jawaban atas pertanyaan mempunyai nilai, dan tidak ada jawaban yang salah, semuanya benar.

2. Untuk kuesioner data demografi, isilah sesuai dengan kondisi anda. Dan beri checklist (√) pada kotak yang sesuai.

3. Untuk lembar observasi diisi sendiri oleh peneliti

4. Untuk kuesioner self efficacy, lingkarilah skor pada skala.

I. Kuesioner data demografi Usia : ... tahun

Status pernikahan : Menikah Belum Menikah Suku bangsa : Jawa Padang

Batak Aceh

Lain-lain (...) Pendidikan terakhir : SD SMP

SMA Lain-lain (...)

Pekerjaan : PNS Petani

POLRI/TNI Ibu Rumah Tangga Pedagang Lain-lain (...)


(4)

II. Kuisioner Self Efficacy

Pain Self Efficacy Questionnaire (PSEQ)

M. K Nicholas (1989)

1. Saya dapat menikmati hidup, walaupun saya mengalami nyeri.

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin

yakin

2. Saya dapat melakukan pekerjaan rumah, walaupun saya mengalami nyeri.

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin

yakin

3. Saya dapat bersosialisasi dengan sahabat dan anggota keluarga sesering yang saya mau, walaupun saya mengalami nyeri.

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin

yakin

4. Saya dapat mengatasi nyeri saya pada hampir setiap situasi.

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin

yakin

5. Saya dapat melakukan beberapa pekerjaan(termasuk digaji atau tidak digaji), walaupun saya mengalami nyeri.

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin


(5)

6. Saya masih dapat melakukan banyak hal dan saya menikmatinya, seperti hobbi, walaupun saya mengalami nyeri.

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin

yakin

7. Saya dapat mengatasi nyeri yang saya alami tanpa pengobatan

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin

yakin

8. Saya dapat mewujudkan hampir semua tujuan hidup saya, walaupun saya mengalami nyeri.

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin

yakin

9. Saya dapat hidup dengan gaya hidup normal, walaupun saya mengalami nyeri.

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin

yakin

10. Saya berangsur-angsur lebih aktif, walaupun saya mengalami nyeri.

0 1 2 3 4 5 6

Sangat Sangat

tidak yakin

yakin

Source: Nicholas M.K. Self-efficacy and chronic pain. Paper presented at the annual conference of the BritishPsychological Society. St. Andrews, 1989.


(6)

III. Lembar Observasi Perilaku Nyeri (The Pain Behavior Obsevation Protocol (PBOP))

Perilaku nyeri akan diobservasi selama 10 menit protokol aktivitas ini meliputi : duduk untuk periode 1 menit dan lagi selama 2 menit, berdiri untuk periode 1 menit dan lagi selama 2 menit, berbaring untuk periode 1 menit dan lagi selama 1menit kedua, dan berjalan untuk 1 menit dan lagi 1 menit kedua.

Perilaku nyeri akan diamati dan dikategorikan menjadi : (0) Tidak ada jika perilaku nyeri tidak terjadi selama 10 menit aktivitas, (1) Frekuensi sering jika perilaku nyeri sekali terjadi selama ada aktivitas tapi tidak dalam semua aktivitas, dan (2) Selalu terjadi jika perilaku nyeri terjadi sekali disetiap aktivitas, atau terjadi lebih dari satu kali.

Parameter Tidak ada Kadang-Kadang Selalu

Menjaga (guarding) 0 1 2

Menahan nyeri

(bracing) 0

1 2

Meraba bagian yang

nyeri (rubbing) 0 1 2

Meringis (grimacing) 0 1 2


(7)

Lampiran 2

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No Nama Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus Sep Okt Nov Des Jan Feb

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Mengajukan judul

2. Menetapkan judul

penelitian

3. Menyiapkan

proposal penelitian

4. Mengajukan sidang

proposal

5. Sidang proposal

penelitian

6. Revisi proposal

penelitian

7. Mengajukan izin

penelitian

8. Pengumpulan data

9. Analisa data


(8)

Lampiran 3

Transaksi Dana Penelitian

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal

- Kertas dan tinta print Rp 100.000,00

- Fotocopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000,00

- Biaya Internet Rp 50.000,00

- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 100.000,00 - Konsumsi saat seminar proposal Rp 100.000,00

- Surat Etik Rp 100.000,00

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin penelitian Rp 100.000,00

- Transportasi Rp 250.000,00

- Souvenir Rp 70.000,00

3. Persiapan Skripsi

- Kertas dan tinta print Rp 150.000,00

- Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 200.000,00

- CD Rp 40.000,00

- Konsumsi saat siding skripsi Rp 150.000,00

- Menerjemahkan abstrak Rp 50.000,00

- Seminar di Rumah Sakit Adam Malik Rp 100.000,00 Rp 1.610.000,00


(9)

Lampiran 4

1. Data Demografi No.

Responden USIA

STATUS

PERNIKAHAN SUKU

PENDIDIKAN

TERAKHIR PEKERJAAN

1 35 1 1 1 5

2 53 1 2 1 5

3 52 1 2 1 5

4 55 1 1 1 5

5 44 1 1 2 5

6 57 1 2 4 1

7 49 1 2 1 4

8 62 1 1 1 5

9 62 1 2 3 6

10 62 1 1 1 5

11 58 1 2 3 4

12 68 1 1 3 5

13 53 1 1 1 5

14 44 1 2 3 5

15 50 1 5 1 5

16 48 1 2 3 5

17 63 1 2 1 4

18 49 1 2 3 4

19 60 1 1 1 5

20 46 1 1 1 5

21 39 1 1 1 5

22 55 1 1 2 5

23 50 1 1 2 6

24 47 1 4 1 5

25 48 1 2 5 1

26 57 1 3 1 5

27 48 1 5 2 5

28 49 1 6 2 5

29 48 1 2 2 5

30 51 1 1 1 5

31 60 1 2 3 6

32 52 1 1 2 5

33 52 1 1 3 6


(10)

2. Data Pain Self Efficacy Questionnaire (PSEQ) No. Responden PSEQ 1 PSEQ 2 PSEQ 3 PSEQ 4 PSEQ 5 PSEQ 6 PSEQ 7 PSEQ 8 PSEQ 9 PSEQ

10 TOTAL

1 6 3 6 6 3 3 6 0 3 0 36

2 5 6 6 4 0 6 0 6 6 2 41

3 6 5 6 6 3 6 6 6 6 5 55

4 6 4 6 6 2 5 6 6 6 4 51

5 6 2 1 3 2 1 1 5 2 1 24

6 6 5 6 6 4 6 6 6 4 6 55

7 6 5 6 6 5 6 6 6 6 6 58

8 6 5 6 6 6 4 4 4 4 5 50

9 6 6 6 6 6 6 6 5 6 6 59

10 6 2 6 6 0 6 1 6 6 6 45

11 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 60

12 6 6 6 6 5 6 6 6 6 6 59

13 6 2 6 3 0 6 0 6 4 6 39

14 6 5 6 6 6 6 4 6 5 6 56

15 6 5 6 0 3 6 0 6 6 6 44

16 6 4 6 6 3 5 0 6 6 6 48

17 6 6 6 6 6 6 5 6 6 6 59

18 3 4 4 6 1 3 0 3 3 6 33

19 6 0 6 3 0 0 0 6 3 6 30

20 6 4 6 4 3 3 4 6 6 4 46

21 6 6 6 6 6 4 6 2 4 6 52

22 6 6 6 6 5 6 5 6 5 5 56

23 3 0 6 6 0 0 0 6 3 0 24

24 6 6 6 6 0 6 6 6 6 6 54

25 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 60

26 6 3 6 6 4 3 6 6 4 6 50

27 6 6 6 6 5 3 0 6 3 3 44

28 6 6 6 6 6 6 6 4 0 0 46

29 6 0 6 2 0 4 0 6 6 6 36

30 6 6 6 6 3 6 0 6 5 6 50

31 6 4 5 6 5 3 3 5 5 6 48

32 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 60

33 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 60

34 6 3 6 6 2 6 0 6 5 4 44

35 3 0 4 3 0 3 3 0 0 0 16

36 5 6 6 6 0 6 6 6 3 6 50


(11)

3. Data Pain Behavior Observation Protocol (PBOP) No. Responden PBOP 1 PBOP 2 PBOP 3 PBOP 4 PBOP

5 TOTAL

1 0 1 0 0 0 1

2 1 1 1 0 0 3

3 1 1 0 0 0 2

4 1 0 0 0 0 1

5 1 1 0 1 1 4

6 1 0 0 0 0 1

7 1 0 0 0 0 1

8 0 0 1 0 0 1

9 0 1 0 0 0 1

10 1 1 0 0 0 2

11 1 0 0 0 0 1

12 1 0 0 0 0 1

13 1 1 0 0 0 2

14 1 1 0 0 0 2

15 1 0 1 0 0 2

16 1 0 0 0 0 1

17 1 1 0 0 0 2

18 1 1 0 1 1 4

19 1 1 1 1 0 4

20 1 1 1 0 0 3

21 1 1 1 0 0 3

22 1 0 0 0 0 1

23 1 1 1 0 0 3

24 1 1 0 1 0 3

25 1 0 0 0 0 1

26 1 0 1 0 0 2

27 1 0 0 0 0 1

28 1 1 0 1 0 3

29 1 1 0 1 0 3

30 1 1 1 1 0 4

31 1 1 1 0 0 3

32 1 0 1 0 0 2

33 1 0 1 0 0 2


(12)

Lampiran 5

1. Analisis Univariat Data Demografi

Statistics

Pendidikan Terakhir

Status

Pernikahan Pekerjaan Usia

N Valid 37 37 37 37

Missing 0 0 0 0

Mean 1.97 1.00 4.81 52.05

Std. Deviation 1.067 .000 1.050 7.165

Minimum 1 1 1 35

Maximum 5 1 6 68

Percentiles 25 1.00 1.00 5.00 48.00

50 2.00 1.00 5.00 52.00

75 3.00 1.00 5.00 57.50

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Dewasa awal 2 5.4 5.4 5.4

Dewasa madya 30 81.1 81.1 86.5

Dewasa lanjut 5 13.5 13.5 100.0


(13)

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Jawa 17 45.9 45.9 45.9

Batak 14 37.9 37.9 83.8

Padang 2 5.4 5.4 89.2

Aceh 1 2.7 2.7 91.9

Melayu 2 5.4 5.4 97.3

CIna 1 2.7 2.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

Status Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Menikah 37 100.0 100.0 100.0

PendidikanTerakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 17 45.9 45.9 45.9

SMP 7 19.0 19.0 64.9

SMA 11 29.7 29.7 94.6

D3 1 2.7 2.7 97.3

S1 1 2.7 2.7 100.0


(14)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PNS 2 5.4 5.4 5.4

Petani 4 10.8 10.8 16.2

Ibu Rumah Tangga 26 70.3 70.3 86.5

Lain-lain 5 13.5 13.5 100.0


(15)

Pain Self Efficacy Questionnaire (PSEQ)

Statistics

Pain Self Efficacy Questionnaire

N Valid 37

Missing 0

Mean 47.08

Std. Deviation 11.223

Minimum 16

Maximum 60

Percentiles 25 42.50

50 50.00

75 56.00

Pain Self Efficacy Questionnaire (PSEQ)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Rendah 1 2.7 2.7 2.7

Sedang 7 18.9 18.9 21.6

Tinggi 29 78.4 78.4 100.0


(16)

Statistics

PSEQ1 PSEQ2 PSEQ3 PSEQ4 PSEQ5 PSEQ6 PSEQ7 PSEQ8 PSEQ9 PSEQ10

N Valid 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 5.70 4.35 5.73 5.30 3.35 4.76 3.46 5.14 4.51 4.78

Std. Deviation .845 2.003 .932 1.469 2.383 1.801 2.662 1.798 1.835 2.070

Minimum 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Maximum 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Percentiles 25 6.00 3.00 6.00 6.00 .50 3.00 .00 5.00 3.00 4.00

50 6.00 5.00 6.00 6.00 3.00 6.00 4.00 6.00 5.00 6.00


(17)

PSEQ1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3 3 8.1 8.1 8.1

5 2 5.4 5.4 13.5

6 32 86.5 86.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

PSEQ2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 4 10.8 10.8 10.8

2 3 8.1 8.1 18.9

3 3 8.1 8.1 27.0

4 5 13.5 13.5 40.5

5 6 16.2 16.2 56.8

6 16 43.2 43.2 100.0

Total 37 100.0 100.0

PSEQ3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 1 2.7 2.7 2.7

4 2 5.4 5.4 8.1

5 1 2.7 2.7 10.8

6 33 89.2 89.2 100.0


(18)

PSEQ4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 1 2.7 2.7 2.7

2 1 2.7 2.7 5.4

3 4 10.8 10.8 16.2

4 2 5.4 5.4 21.6

6 29 78.4 78.4 100.0

Total 37 100.0 100.0

PSEQ5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 9 24.3 24.3 24.3

1 1 2.7 2.7 27.0

2 3 8.1 8.1 35.1

3 6 16.2 16.2 51.4

4 2 5.4 5.4 56.8

5 5 13.5 13.5 70.3

6 11 29.7 29.7 100.0


(19)

PSEQ6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 2 5.4 5.4 5.4

1 1 2.7 2.7 8.1

3 7 18.9 18.9 27.0

4 3 8.1 8.1 35.1

5 2 5.4 5.4 40.5

6 22 59.5 59.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

PSEQ7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 11 29.7 29.7 29.7

1 2 5.4 5.4 35.1

2 1 2.7 2.7 37.8

3 2 5.4 5.4 43.2

4 3 8.1 8.1 51.4

5 2 5.4 5.4 56.8

6 16 43.2 43.2 100.0


(20)

PSEQ8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 8.1 8.1 8.1

2 1 2.7 2.7 10.8

3 1 2.7 2.7 13.5

4 2 5.4 5.4 18.9

5 3 8.1 8.1 27.0

6 27 73.0 73.0 100.0

Total 37 100.0 100.0

PSEQ9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 8.1 8.1 8.1

2 1 2.7 2.7 10.8

3 6 16.2 16.2 27.0

4 5 13.5 13.5 40.5

5 5 13.5 13.5 54.1

6 17 45.9 45.9 100.0


(21)

PSEQ10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 4 10.8 10.8 10.8

1 1 2.7 2.7 13.5

2 1 2.7 2.7 16.2

3 1 2.7 2.7 18.9

4 3 8.1 8.1 27.0

5 3 8.1 8.1 35.1

6 24 64.9 64.9 100.0


(22)

Nilai mean dan standar deviasi masing-masing pernyantaan Pain Self Efficacy Quesionnaire (PSEQ)

No. Pernyataan Mean SD

3 Saya bersosialisasi dengan sahabat dan anggota keluarga sesering yang saya mau, walaupun mengalami nyeri.

5.73 0.93

1 Saya dapat menikmati hidup, walaupun

saya mengalami nyeri 5.70 0.84

4 Saya dapat mengatasi nyeri saya pada

hampir setiap situasi 5.30 1.46

8 Saya dapat mewujudkan hampir semua tujuan hidup saya, walaupun saya mengalami nyeri

5.14 1.79

10 Saya berangsur-angsur lebih aktif,

walaupun saya mengalami nyeri 4.78 2.07

6 Saya masih dapat melakukan banyak hal dan saya menikmatinya, seperti hobbi, walaupun saya mengalami nyeri

4.76 1.80

9 Saya dapat hidup dengan gaya hidup

norma, walaupun saya mengalami nyeri 4.51 1.83 2 Saya dapat melakukan pekerjaan rumah,

walaupun saya mengalami nyeri 4.35 2.00

5 Saya dapat melakukan pekerjaan (termasuk digaji atau tidak digaji), walaupun saya mengalami nyeri.

3.35 2.38

7 Saya dapat mengatasi nyeri yang saya


(23)

Pain Behavior Observation Protocol (PBOP)

Statistics

Pain Behavior Observation Protocol

N Valid 37

Missing 0

Mean 2.32

Std. Deviation 1.510

Minimum 1

Maximum 9

Percentiles 25 1.00

50 2.00

75 3.00

Pain Behavior Observation Protocol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Rendah 31 83.8 83.8 83.8

Sedang 5 13.5 13.5 97.3

Tinggi 1 2.7 2.7 100.0


(24)

Statistics

PBOP1 PBOP2 PBOP3 PBOP4 PBOP5

N Valid 37 37 37 37 37

Missing 0 0 0 0 0

Mean .95 .62 .43 .24 .08

Std. Deviation .329 .545 .555 .495 .277

Minimum 0 0 0 0 0

Maximum 2 2 2 2 1

Percentiles 25 1.00 .00 .00 .00 .00

50 1.00 1.00 .00 .00 .00

75 1.00 1.00 1.00 .00 .00

Menjaga (Guarding)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 8.1 8.1 8.1

1 33 89.2 89.2 97.3

2 1 2.7 2.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

Menahan Nyeri (Bracing)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 15 40.5 40.5 40.5

1 21 56.8 56.8 97.3

2 1 2.7 2.7 100.0


(25)

Meraba (Rubbing)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 22 59.5 59.5 59.5

1 14 37.8 37.8 97.3

2 1 2.7 2.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

Meringis (Grimacing)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 29 78.4 78.4 78.4

1 7 18.9 18.9 97.3

2 1 2.7 2.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

Mendesah (Sighing)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 34 91.9 91.9 91.9

1 3 8.1 8.1 100.0


(26)

2. Analisis Bivariat

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pain Self Efficacy Questionnaire

.149 37 .038 .909 37 .005

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pain Behavior Observation Protocol

.207 37 .000 .736 37 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Correlations

PSEQ PBOP

Spearman's rho PSEQ Correlation Coefficient 1.000 -.512**

Sig. (2-tailed) . .001

N 37 37

PBOP Correlation Coefficient -.512** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 37 37


(27)

(28)

(29)

Saran Penguji Sidang Seminar Proposal

No Saran Halaman Keterangan

1 Ditambah dari referensi yang terbaru Diusahakan 2

Self Efficacy (Keyakinan Diri)

Perilaku Nyeri? 32 Saran diterima

3

Perhatikan Konsistensi penulisan pada

hipotesa. 33 Saran diterima

4

Terjemahkan kuesioner dan perhatikan

terjemahannya Lampiran Saran diterima

Saran Penguji Saat Sidang Skripsi

No Saran Halaman Keterangan

1 Tambahkan pengertian nilai kekuatan

korelasi pada bab 5 (pembahasan) 52 Saran diterima 2 Konsisten dalam penulisan mulai dari

awal hingga akhir Saran diterima

3

Tambahkan makna dari mean pada distribusi frekuensi yang terdapat pada tabel

49-53 Saran diterima

4 Sinkronkan dalam menyambung setiap

kalimat Saran diterima

5

Tambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi, lama diagnosa penyakit, Stadium, dan belum mendapatkan tindakan pengobatan pada saran penelitian bagi penelitian keperawatan


(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eunike Debora Pasaribu

NIM : 141121080

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 04 Juni 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Jamin Ginting Gg. Sempurna No 9 Medan

Hp. : 085297292687

Alamat Email : [email protected] Status Pendidikan :

Semester : 3

Fakultas/ Jurusan : Keperawatan/ Ekstensi Keperawatan Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pendidikan :

1. SD St. Yosef Sidikalang Lulus tahun 2005 2. SMP St. Paulus Sidikalang Lulus tahun 2008

3. SMA N 1 Sidikalang Lulus tahun 2011


(36)

Daftar Pustaka

Arasen, M. (2012). Tatalaksana Nyeri pada kanker. Diakses dari https://www. scribd.com/doc/78411230/ Tatalaksana-Nyeri-Pada-Kankerpada tanggal 23 Mei 2015

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2005). Manajeman penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakrta: Rineka Cipta

Aritonang, H. H (2010). Hubungan keyakinan diri (self efficacy) dengan perilaku nyeri pada pasien nyeri kronis di RSUP H. A. Malik. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20600 pada tanggal 17 Maret 2015

Asghari, A Nikcholas, MK. (2001). Pain self-efficacy and pain behavior. A prospective study. Diakses dari http://www.painjournalonline.com/article/ pdf pada 25 Maret 2015.

Bandura,A. (1994). Self Efficacy. http://teachlearn.caltech.edu/document/82 bandura_self-efficacy.pdf pada tanggal 25 Maret 2015

Brannon & Feist. (1992). Health psychology. Edisi 2. USA: Wadsworth, inch. Chong,G. (1999). Chonic Pain and Self Efficacy : The Effect of Gender,

Chronicity, and Age. Diakses dari https://www.google.co.id/ Chong%2CG.+(1999).+Chonic+Pain+and+Self+Efficacy+:+The+Effect+c f+Gender%2C+Chronicity%2C%09and%09Age pada tanggal 08 Juni 2015

Dahlan, S. (2001). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Depok: Bina Mitra Press

Dempsey, P.A & Dempsey, A. D. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan. Edisi 4. Jakarta : EGC

DiMetteo, N.R. (1991). Health Psychology. California: Wadsworth, Inc

Friedman, M.M. (1988). Keperawatan keluarga: teori dan praktek edisi 3. Jakarta: EGC


(37)

62

Friedman, dkk. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga, riset & praktik edisi 5. Jakarta: EGC

Gill.F.S (1990). Buku saku kesehatan kerja. Jakarta: EGC

Harahap, I. A. (2006). Pain behavior. Diakses dari http://repository.usu.ac.Id/ handle/123456789/21163 pada tanggal 29 April 2015

Harahap, I.A. (2007). The relations among pain intensity, pain acceptance and pain behavior in patients with chronic cancer pain in medan, indonesia. Thailand: Copyright of Prince of Songkla University.

Infodatin. (2015). Stop kanker. Diakses dari pada http://www.akperkesdam-padang.ac.id/downlot.php?file=kanker.pdf tanggal 8 Mei 2015

Keefe & Smith (2002). The assessment of pain behavior: implication for applied psychophysiology and future research direction. Diakses dari http://www.springerlink.com/content/kq5u3yt790tq524y/ pada tanggal 8 Mei 2015.

Lewis, S. M. (1983). Medical Surgical Nursing. USA: Mc Graw-Hill, inc

Luckmann & Sorensen. (1993). Medical surgical nursing; A psychophysiologic approach. Fourth Edition. Pennsylvania: W.B. Saunders Company

Niven, N. (1994). Psikologi kesehatan. Edisi 3. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan metodelologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Potter dan Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC

Priharjo Robert, (1996). Tehknik Pengkajian Fisik. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Said, M. I. (2012). Tesis: Hubungan ketidaknyamanan: nyeri dan maloodour dengan tingkat stress pada pasien kanker payudara di rskd jakrta dan rsam bandar lampung. http://www.lontar.ui.ac.id Diperoleh pada tanggal 18 Maret 2015


(38)

63

Smeltzer, S., & Bare. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddarth vol 1 edisi 8, Jakarta: EGC.

Tambunan, M. F (2014). Hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup pasien tuberkulosis paru di rsup haji adam malik medan tahun 2013. http:// repository.usu.ac.id/ handle/ 123456789/39929 pada tanggal 31 Maret 2015

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC.

Taylor, S.E. (1995). Health Psychology. Edisi 3. Los Angles: McGraw-Hill, Inc Wahyuni, A. S (2007). Statistika kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS).

Jakarta Timur: Bamboedoea Communication

Wardani, D. S (2011). Perilaku nyeri pasien postoperasi di rumah sakit umum pusat h. adam malik medan. Diakses dari http:// repository. usu. ac.id/ handle/123456789/24501 pada tanggal 31 Maret 2015


(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat merekomendasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel. Kerangka konsep membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2003). Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien dengan nyeri kronis pada

pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.

Perilaku nyeri merupakan segala sesuatu yang dilakukan dan setiap perubahan kebiasaan seseorang yang dapat diobservasi. Perilaku nyeri ini meliputi terjaga, manahan rasa sakit, menggosok bagian yang nyeri, meringis, dan mendesah. Adanya self efficacy diharapkan dapat mempengaruhi perilaku nyeri. Self efficacy merupakan rasa kepercayaan seseorang bahwa dapat menunjukkan perilaku yang normal dalam situasi yang spesifik.

Hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri merupakan hubungan berbanding terbalik. Pasien dengan pain self efficacy yang tinggi biasanya ditandai dengan rendahnya tingkat stress dan kecemasan sehingga dapat menurunkan perilaku nyeri. Sedangkan pasien dengan pain self efficacy yang rendah dapat mengakibatkan perilaku nyeri yang tinggi.


(40)

34

Berdasarkan pemaparan konsep diatas, maka peneliti membuat kerangka penelitian ini seperti skema di bawah ini:

Skema 1. Kerangka penelitian hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik.

Ket: : Variabel yang diteliti

2. Defenisi Operasional

Pada bagan ini akan diuraikan mengenai defenisi operasional masing-masing variabel penelitian.

Tabel 1. Defenisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur Dependen: Perilaku Nyeri Segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dan setiap perubahan kebiasaan ketika ia mengalami nyeri yang dapat diobservasi

Pain Behavior Observation Protocol (PBOP) menggunakan skala likert yang diberi tiga nilai yaitu 0= tidak ada, 1= kadang-kadang, dan 2= selalu.

Dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:

1. Rendah (0-3) 2. sedang (4-7), 3. tinggi (8-10).

Interval. Independen: Pain Self Efficacy Rasa kepercayaan diri klien Pain Self efficacy Questionnaire Tingkatan: 1. 0-20 dikategorikan Interval


(41)

35

bahwa ia dapat

menunjukka n perilaku yang normal walaupun ia mengalami nyeri, mencakup cara berfikir, gaya hidup, tujuan hidup,dan kemampuan melakukan sesuatu.

(PSEQ) pain self

efficacy rendah 2. 21-40 dikategorikan pain self efficacy sedang 3. 41-60 dikategorikan sebagai pain self efficacy tinggi.

3. Hipotesa

Berdasarkan kerangka penelitian terdapat dua hipotesa:

3.1 Hipotesa alternatif terdapat hubungan antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri

3.2 Hipotesa null yaitu tidak terdapat hubungan antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri.


(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian bertujuan untuk mempelajari dinamika

kolerasi antara variable independen (faktor resiko) dengan variable dependen (efek), dengan cara pendekatan, observasi dan pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (point time approach). Pada penelitian ini pengambilan data pain self efficacy pada saat atau menggunakan pendekatan satu waktu.

Pengertian pada saat yang sama bukan berarti bahwa observasi pada semua obyek untuk semua variabel dilakukan satu waktu, melainkan subjek diobservasi hanya satu kali saja baik untuk variable independen ataupun variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempengaruhi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.


(43)

37

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dimana ditentukan melalui metode sampling. Sedangkan metode sampling adalah cara untuk menyeleksi porsi dari populasi penelitian untuk

menentukan sampel penelitian yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non probability sampling melalui teknik porpusive sampling, yaitu menentukan

sampel penelitian dengan cara memilih responden dari pasien kanker serviks yang ada di RSUP H. Adam Malik, berdasarkan kriteria yang dikehendaki peneliti sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002).

Adapun yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: pasien kunjungan atau rawat jalan yang mengalami nyeri ringan, sedang hingga berat, wanita usia 18-60 tahun, memiliki kesadaran penuh, dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, dan bersedia menjadi responden penelitian.

Menurut Arikunto (2002), jumlah sampel adalah 10% dari populasi, dengan jumlah populasi pasien kanker serviks di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 367 (Pradana, 2011). Maka di dapat jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 37 orang pasien dengan nyeri kronis akibat penyakit kanker serviks.


(44)

38

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan, mengingat rumah sakit pendidikan yang memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli hingga Agustus 2015. Penelitian ini dilaksanakan tidak sesuai jadwal yang ditetapkan karena proses administrasi yang berlangsung selama satu bulan, setelah mendapat izin dari dosen pembimbing dan rumah sakit penelitian ini dimulai pada September hingga awal Oktober.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan pada peneliti setelah mendapatkan persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dari RSUP H. Adam Malik Medan, serta mendapatkan surat etik dari komisi etik penelitian kesehatan fakultas keperawatan USU untuk melakukan penelitian.

Pertimbangan etik yang perlu diperhatikan menurut Nursalam (2009) yaitu peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti penelitian (self determination). Peneliti menyerahkan lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu harus menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (Inform concent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti akan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar


(45)

39

pengumpulan data yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya akan diberi kode tertentu (anonymity). Kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (confidentiality).

5. Intrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan lembar observasi yang didasarkan pada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu data demografi dan data untuk mengidentifikasi self efficacy. Sementara untuk mengobservasi perilaku nyeri menggunakan lembar observasi yang sudah baku dari penelitian (Keefe & Block, 1982; Keefe & Smith, 2002 dalam Harahap 2007).

5.1Data Demografi

Terdiri dari usia, status pernikahan, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan. Data demografi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden, deskripsi frekuensi, dan presentasi demografi responden.

5.2Lembar Observasi Perilaku Nyeri

Lembar observasi perilaku nyeri dengan menggunakan The Pain Behavior Observation Protocol (PBOP). PBOP ini terdiri dari lima item

meliputi terjaga, menahan rasa sakit, menggosok bagian yang nyeri, meringis, dan mendesah. Perilaku nyeri diobservasi secara langsung pada saat pasien menunjukkan delapan task yang disesuaikan dari


(46)

40

menit dan kemudian diulangi selama dua menit, berdiri selama satu menit dan kemudian diulangi selama dua menit, berbaring sebanyak dua kali masing selama satu menit, berjalan sebanyak dua kali masing-masing selama satu menit (Keefe & Block, 1982; Keefe & Smith, 2002 dalam Harahap 2007).

Tingkat perilaku nyeri menggunakan skala Likert dengan nilai 0= tidak ada, 1= kadang-kadang, dan 2= selalu. Jumlah skor merupakan penjumlahan dari lima item tersebut. Skor tertinggi mengindikasikan ekspresi perilaku nyeri yang tertinggi. Untuk menginterpretasikan skor PBOP, jumlah skor perilaku nyeri dibagi menjadi tiga tingkatan meliputi rendah (0-3), sedang (4-7), dan tinggi (8-10). Skor pada masing-masing PBOP juga dibagi menjadi tiga tingkatan: rendah (0-0.67), sedang (0.77-1.24), dan tinggi (1.34-2.00).

5.3Data Mengidentifikasi Pain self Efficacy

Untuk mengidentifikasikasi pain self efficacy, peneliti menggunakan menggunakan skala differensial semantik Pain Self Efficacy Questionnaire (PSEQ) yang didesain oleh Nicholas pada 1989. Kuesioner ini pernyataan akan diberi skor 0 sampai 6. Skor 0 mengindikasikan bahwa klien sangat tidak yakin sampai skor 6 mengindikasikan bahwa klien sangat yakin. Skor tertinggi dalam instrumen ini adalah 60 sedangkan skor terendah nol. Berdasarkan rumus statistika:


(47)

41

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah (Sudjana, 1992) sebesar 60 dibagi ke dalam tiga kelas yaitu self efficacy yang rendah, self efficacy sedang dan self efficacy yang tinggi, maka diperoleh panjang kelas sebesar 20. Dengan

p=20, dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka self efficacy dikategorikan atas interval sebagai berikut:

0-20 = self efficacy rendah 21-40 = self efficacy sedang 41-60 = self efficacy tinggi

6. Uji Validitas dan Reabilitas

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas (Hidayat, 2007). Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang diukur (Dempsey & Dempsey, 2002). Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang sudah baku yang telah melalui uji validitas dan reabilitas.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrument sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama (Notoatmodjo, 2005). Uji reabilitas PBOP pada penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang, hasil uji reliabilitas berkisar 0.93


(48)

42

(Ahles dkk, 1990; McGuire, 2007 dalam Harahap 2007). Untuk uji reliabilitas kuesioner self efficacy menunjukkan hasil 0.92 (Cronbach alpha).

7. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

7.1Permohonan izin pelaksanaan penelitian didapatkan dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU)

7.2Permohonan izin dikirim ke tempat penelitian (RSUP H. Adam Malik Medan)

7.3Peneliti melapor kepada staf IRJ (Instalasi Rawat Jalan)

7.4Peneliti melapor kepada Departemen Obgyn untuk mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan dalam melaksanakan penelitian.

7.5Peneliti meminta perawat ruangan memperkenalkan calon responden 7.6Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, mamfaat

penelitian dan prosedur pengumpulan data

7.7Peneliti meminta calon responden menandatangani lembar persetujuan sebagai bentuk persetujuan bersedia menjadi responden

7.8Kemudian peneliti mengobservasi perilaku nyeri responden selama sepuluh menit berdasarkan protocol PBOP yang terdiri dari duduk selama satu menit dan kemudian diulangi selama dua menit, berdiri selama satu menit dan kemudian diulangi selama dua menit, berbaring sebanyak dua kali masing-masing selama satu menit, berjalan sebanyak dua kali masing-masing selama satu menit.


(49)

43

7.9Setelah lembar observasi selesai, peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner Pain Self efficacy Questionnaire kepada responden.

7.10Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner pernyataan adalah sebanyak 10-20 menit

7.11Setelah kuesioner diisi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa oleh peneliti.

7.12Setelah seluruh kuesioner terkumpul, peneliti mulai mengolah dan menganalisa.

8. Analisa Data

Setelah semua data pada kuisioner terkumpul, telah dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama editing, yaitu mengecek atau mengoreksi data yang telah dikumpulkan. Tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan. Kedua coding, yaitu pemberian kode- kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Ketika tabulasi, yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode, sesuai dengan analisa yang dibutuhkan (Hasan, 2002). Langka selanjutnya yaitu pengolahan data dengan menggunakan program statistika.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis secara univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat


(50)

44

pain self efficacy (variabel dependen) serta perilaku nyeri pada pasien

kanker serviks (variabel independen) dengan jenis data numerik dengan skala pengukuran interval.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga dapat diketahui hubungan antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi

Product Moment Pearson’s (Pearson’s). Uji Pearson’s ini digunakan jika mememenuhi syarat yaitu, data terdistribusi normal dan sampel memenuhi. Jika ditemukan data tidak terdistribusi normal maka diusahakan normal, jika tetap tidak terdistribusi normal maka analisa data dikembalikan ke nonparametrik dengan menggunakan Spearman (Dahlan, 2004).

Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan di dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk mengetahui hasil uji normalitas adalah dengan membandingkan data yang didapat dengan data yang berdistribusi normal yang memiliki mean dan SD yang sama. Jika tes yang dilakukan menghasilkan signifikan (p<0.05),


(51)

45

maka data tersebut tidak distribusi normal. Sebaliknya jika signifikan (p>0.05), maka data tersebut memiliki distribusi normal (Wahyuni, 2007). Hasil analisa akan dibaca berdasarkan table hasil uji interpretasi. Tabel hasil uji interpretasi terdiri dari nilai r, nilai p dan arah korelasi. Nilai r menginterpretasikan kekuatan hubungan dengan level 0-1. Batas kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. Pengambilan keputusan statistik dilakukan dengan membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α (0,05), dengan ketentuan:

a. Bila p value ≤ nilai α (0,05), maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

b. Bila p value > nilai α (0,05), maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut digunakan kriteria penafsiran (Dahlan, 2001) sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil uji interpretasi korelasi

No Parameter Nilai Interpretasi 1 Kekuatan

Korelasi 0.000-0.199 0.200-0.399 0.400-0.5.99 0.600-0.799 0.800-1.000 Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat 2 Nilai p P<0.05

p>0.05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Tidak terdapat korelasi yang


(52)

46

3 Arah korelasi + (positif)

- (negatif)

Searah. Semakin besar nilai suatu variabel, makin besar pula nilai variabel lainnya.

Berlawanan arah. Semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.


(53)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 07 September 2015 s.d 01 Oktober 2015 dengan jumlah sebanyak 37 pasien.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian diatas dibagi atas empat bagian yaitu data demografi responden pain self efficacy, perilaku nyeri dan hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.1Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah pasien yang menderita kanker serviks di RSUP Haji Adam Malik Medan. Usia responden dalam penelitian ini mayoritas (81.1%) berada pada rentang usia 41-60 (dewasa madya), diikuti pada rentang usia diatas 60 tahun (13.5%) dan sedikit responden pada rentang usia 18-40 tahun (5.4%). Usia responden berada pada rentang usia 41-60 (dewasa madya) dengan nilai mean= 52.05, SD=7.16, dan nilai min-max= 35-68 .

Berdasarkan status pernikahan semua responden (100%) telah menikah. Dua pertiga dari responden bekerja sebagai ibu rumah tangga


(54)

48

diantara responden yang terkena kanker serviks (45.9%), kemudian suku batak yang kedua (37.8%). Setengah responden dengan pendidikan tertinggi adalah SD (45.9%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karakteristik Demografi Responden (n=37)

No Karakteristik Responden Frekuensi Persentasi 1. Usia (Hurlock,2001)

18-40 tahun (dewasa awal) 2 5.4

41-60 tahun (dewasa madya) 30 81.1

≥ 60 tahun (dewasa lanjut) 5 13.5

(Mean= 52.05 SD= 7.165 Min-Max= 35-68)

2. Status Pernikahan

Menikah 37 100

Belum Menikah 0 0

3. Suku Bangsa

Jawa 17 45.9

Batak 14 37.9

Padang 2 5.4

Aceh 1 2.7

Melayu 2 5.4

Cina 1 2.7

4. Pendidikan Terakhir

SD 17 45.9

SMP 7 19.0

SMA 11 29.8

D3 1 2.7

S1 1 2.7

1.2Pain Self efficacy pasien dengan kanker serviks

Pain Self efficacy pada pasien kanker serviks di RSUP Haji Adam

Malik Medan diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner dimana setiap pernyataan yang ditanyakan langsung pada pasien. Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan distribusi frekuensi dan presentasi pain self efficacy pada pasien yang mengalami kanker serviks dua


(55)

49

(78.4%), kemudian diikut responden dengan pain self sedang (18.9%), dan sedikit jumlah responden dengan pain self efficacy rendah (2.7%). Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi pain self efficacy terdiri dari sepuluh pernyataan. Pain self efficacy

pada responden rata-rata mengalami pain self efficacy yang tinggi dengan mean= 47.08, SD= 11.22, serta nilai min-max= 16-60. Distribusi frekuensi dan presentasi self efficacy pada pasien kanker serviks dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan presentasi pain self efficacy pada pasien kenker serviks

Tingkatan Frekuensi Presentasi

Pain Self efficacy rendah (0-20) 1 2.7

Pain Self efficacy sedang (21-40) 7 18.9

Pain Self efficacy tinggi (41-60) 29 78.4

(Mean = 47.08, SD= 11.22, Min-Max = 16-60)

Pernyataan dengan nilai yang paling tinggi adalah pernyataan nomor tiga (Saya dapat bersosialisasi dengan sahabat dan anggota keluarga sesering yang saya mau, walaupun saya mengalami nyeri) dengan mean=5.73 dan SD=0.932. Sementara pernyataan dengan nilai terendah adalah pernyataan nomor lima (Saya dapat melakukan beberapa pekerjaan termasuk digaji atau tidak digaji, walaupun saya mengalami nyeri) dengan mean=3.35 dan SD=2.383.


(56)

50

Tabel 5. Nilai Mean dan Standar Deviasi pernyataan dengan jawaban tertinggi

No. Pernyataan Mean SD

3 Saya bersosialisasi dengan sahabat dan anggota keluarga sesering yang saya mau, walaupun mengalami nyeri.

5.73 0.93

1 Saya dapat menikmati hidup, walaupun

saya mengalami nyeri 5.70 0.84

4 Saya dapat mengatasi nyeri saya pada

hampir setiap situasi 5.30 1.46

Tabel 6. Nilai Mean dan Standar Deviasi pernyataan dengan jawaban terendah

No. Pernyataan Mean SD

2 Saya dapat melakukan pekerjaan

rumah, walaupun saya mengalami nyeri 4.35 2.00 5 Saya dapat melakukan pekerjaan

(termasuk digaji atau tidak digaji), walaupun saya mengalami nyeri.

3.35 2.38

7 Saya dapat mengatasi nyeri yang saya

alami tanpa pengobatan 3.46 2.66

1.3Perilaku nyeri pada pasien kanker serviks

Perilaku nyeri pada pasien nyeri kronis di RSUP H. Adam Malik Medan diidentifikasi dengan menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan distribusi frekuensi dan presentasi perilaku nyeri pada pasien yang mengalami nyeri kronis mayoritas memiliki perilaku nyeri rendah (83.8%), diikuti dengan perilaku nyeri sedang (13.5%) dan hanya 2.7% yang memiliki


(57)

51

perilaku nyeri tinggi. Perilaku nyeri pada responden rata-rata mengalami perilaku nyeri rendah dengan nilai mean= 2.32, SD= 1.51, serta nilai min-max= 1-9. Distribusi frekuensi dan presentasi perilaku nyeri pasien dengan nyeri kronis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan presentasi perilaku nyeri pada pasien kanker serviks

Tingkatan Frekuensi Presentasi

Perilaku nyeri rendah (0-3) 31 83.8

Perilaku nyeri sedang (4-7) 5 13.5

Perilaku nyeri tinggi (8-10) 1 2.7

(Mean=2.32, SD=1.51, Min-Max= 1-9)

Ada lima parameter perilaku nyeri meliputi: menjaga (guarding), menahan nyeri (bracing), meraba bagian yang nyeri (rubbing), meringis (grimace) dan mendesah (sighing). Menjaga (guarding) merupakan perilaku yang sering muncul (M =0.95, SD = 0.32), sementara mendesah (sighing) merupakan perilaku yang jarang muncul (M = 0.08, SD = 0.27). Adapun nilai mean dan standard deviasi masing-masing parameter dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Nilai mean, standar deviasi dan tingkat parameter perilaku nyeri

Perilaku Nyeri Actual Score Mean SD Level

Menjaga (guarding) 0-2 0.95 0.32 Sedang

Menahan nyeri (bracing) 0-2 0.62 0.45 Rendah


(58)

52

1.4 Hubungan Pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks

Sebelum menentukan uji kolerasi untuk mengidentifikasi hubungan antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov pada kedua variabel. Dari hasil uji, didapat bahwa pada variabel pain self efficacy tidak terdistribusi normal dengan nilai p=0.038. Sementara pada variable perilaku nyeri tidak terdistribusi normal dengan nilai p=0.001.

Dengan hasil ini, maka uji yang dilakukan untuk menganalisa kedua variable adalah uji nonparametric spearman. Pada analisa data hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan didapat nilai koefisien korelasi spearman atau r=-0.512 dengan p= 0.01. Hal ini mengindikasi adanya hubungan dengan kekuatan korelasi sedang antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri yang pada pasien kanker serviks. Hubungan negatif menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara kedua variabel, dimana ketika seseorang memiliki pain self efficacy yang tinggi maka perilaku nyeri yang muncul ringan dan sebaliknya jika pain self efficacy rendah maka perilaku nyeri akan tinggi.


(59)

53

Tabel 9. Hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks

Variabel Korelasi

Pain self efficacy Perilaku nyeri

Pain self efficacy - -0.512 (p=0.01)

Perilaku nyeri -0.512 (p=0.01) -

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas mengenai pain self efficacy, perilaku nyeri dan hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.

2.1Pain self efficacy pada pasien kanker serviks

Dari hasil penelitian didapat bahwa, dua pertiga responden memiliki pain self efficacy yang tinggi (78.4%). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki rasa kepercayaan yang kuat untuk dapat menunjukkan perilaku yang diharapkan selama responden mengalami nyeri. Hal ini tidak sejalan dengan (Aritonang, 2010) yang menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki self efficacy yang sedang (61.5%) yang menyatakan bahwa responden tidak sepenuhnya dapat memiliki rasa kepercayaan yang kuat untuk menunjukkan perilaku yang diharapkan selama responden mengalami nyeri kronis.

Berdasarkan usia, terdapat perbedaan yang signifikan antara pain self efficacy responden dewasa awal dan dewasa madya (t=1.41,


(60)

54

ini didukung oleh (Chong, 1999) pada Multidemensional Pain Inventory menjelaskan bahwa pada pasien kronis yang lebih tua

memiliki metode yang lebih adaptif dibandingkan pasangan usia yang lebih muda. Chong (1999) juga menjelaskan bahwa, pasien nyeri kronis yang lebih tua tidak mengalami nyeri yang berat dan memiliki self efficacy yang lebih tinggi sehingga lebih mampu untuk

mengontrol nyeri yang mereka alami.

Pada Kuesioner Pain Self Efficacy, pernyataan dengan nilai rata-rata yang paling tinggi adalah pernyataan nomor 3 (saya dapat bersosialisasi dengan sahabat dan anggota keluarga sesering yang saya mau, walaupun saya mengalami nyeri) dengan mean 5.73. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi dapat meningkatkan self efficacy pada responden untuk tetap menjalani pengobtan. Hal ini sejalan dengan Friedman (2010) yang menyatakan fungsi sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman yang diberikan dalam keluarga, yakin bahwa dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kondisi yang mereka alami. Menurut Friedman (2010), dukungan sosial keluarga secara langsung dapat menurunkan tingkat stress yang diakibatkan oleh suatu penyakit, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan derajat kesehatan individu atau keluarga. Dengan adanya dukungan sosial dan keluarga yang tinggi dapat melindungi pasien untuk tetap menjalani pengobatan dan terapi.


(61)

55

Sementara nilai rata-rata yang paling rendah adalah pertanyaan nomor lima (saya masih mampu melakukan pekerjaan atau tidak digaji, walaupun saya mengalami nyeri) dengan mean=3.35. Hal ini berhubungan dengan nyeri yang dialami pasien ketika tidak mengkonsumsi obat nyeri. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Siow (2009), bahwa selama menjalani pengobatan seseorang tidak akan dapat untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas seperti biasa sehingga juga akan sangat mempengaruhi psikologisnya.

2.2Perilaku nyeri pada pasien kanker serviks

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden menunjukkan perilaku nyeri yang rendah (83.8%), dan diikuti oleh perilaku nyeri sedang (13.5%). Perilaku nyeri kemungkinan berhubungan dengan intensitas nyeri yang dialami pasien. Hal ini dikemukakan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2007) yang menemukan adanya hubungan antara perilaku nyeri dengan intensitas nyeri (r= 0.59, p≤0.01). Mayoritas responden mengalami perilaku nyeri rendah hal ini dipengaruhi oleh rata-rata usia responden berada pada rentang dewasa madya. Hal ini didukung oleh (Vigano, Bruera & Almazor, 2009 dalam Said, 2012) yang menyimpulkan seseorang dengan usia yang lebih tua, memberikan respon nyeri yang lebih ringan.


(62)

56

mempengaruhi perilaku nyeri pasien. Hal ini ditegaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Block dan kolega (1982, dalam Keefe & Smith, 2002) bahwa dukungan pasangan hidup menurunkan perilaku nyeri pasien tersebut.

Hampir dari setengah responden adalah suku Jawa (45.9%) dan diikuti suku Batak (37.8%). Hal ini didukung oleh pernyataan Gill (1990) bahwa orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri (misal, suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena merekan melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh adanya nyeri). Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan oleh (Lemone & Burke, 2008 dalam said 2012) budaya mempengaruhi makna nyeri, baik itu reaksi verbal dan nonverbal terhadap nyeri dan juga nilai-nilai yang terdapat dalam suatu budaya itu sendiri, budaya juga mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seseorang mentoleransi nyeri, serta cara mengekspresikan nyeri tersebut.

2.3Hubungan self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dengan kekuatan kolerasi sedang antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri dengan arah kolerasi negatif dengan r= -0.512 dan p=0.01 artinya ketika pasien memiliki pain self efficacy yang tinggi


(63)

57

akan menunjukkan perilaku nyeri yang rendah dan sebaliknya pasien dengan pain self efficacy rendah akan menunjukkan perilaku nyeri yang tinggi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agasharia dan Nicholas pada 2001, yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara self efficacy dengan perilaku nyeri yaitu sebesar -0.78 (p≤ 0.001). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Buckelew 1994 dalam Asgharia & Nicholas, 2001) pada penderita fibromyalgia, menemukan bahwa ketika seseorang memiliki self efficacy yang tinggi akan menunjukkan perilaku yang rendah.

Adanya hubungan antara self efficacy dengan perilaku nyeri ditegaskan oleh Brannon & Feist (1992) yang mengatakan bahwa nyeri kronis (nyeri yang menetap) sangat mempengaruhi emosional klien dan cara berpikir klien. Seringkali memikirkan nyeri secara berlebihan, sehingga memperburuk perasaan subjektif terhadap nyeri. Sehingga seseorang yang menderita nyeri kronis harus memiliki mental dan emosional yang kuat untuk menjalani hidup dengan nyeri yang menetap (Chong, 1999). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aritonang, 2010) menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara self efficacy dengan perilaku nyeri dengan arah korelasi negatif (r= -0.70 dan p= 0.01) artinya ketika pasien dengan self efficacy tinggi akan menunjukkan perilaku nyeri yang


(64)

58

rendah dan sebaliknya pasien dengan self efficacy rendah akan menunjukkan perilaku nyeri tinggi.


(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan self efficacy dan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan

1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan, dua pertigaresponden (78.4%) memiliki self efficacy tinggi dan diikuti self efficacy sedang (18.9%). Pada perilaku

nyeri mayoritas dari responden menunjukkan perilaku nyeri rendah (83.8%). Berdasarkan uji kolerasi spearman terdapat hubungan yang bermakna antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks dengan besar r = -0.512 (p = 0.01). Hal ini mengindikasi adanya hubungan dengan kekuatan korelasi sedang antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri yang pada pasien kanker serviks. Hubungan negatif menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara kedua variable, dimana ketika seseorang memiliki pain self efficacy yang tinggi maka perilaku nyeri yang muncul ringan dan sebaliknya jika pain self efficacy rendah maka perilaku nyeri akan tinggi.

2. Saran

a. Praktek Keperawatan


(66)

60

karena itu diharapkan perawat dapat meningkatkan pain self efficacy dengan cara meningkatkan faktor kognitif yang memiliki pengaruh yang kuat tentang cara mengatasi interprestasi terhadap nyeri. b. Penelitian Keperawatan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan seperti sampel yang diteliti adalah pasien rawat jalan di poliklinik obgyn sudah mengkonsumsi analgetik sebelum melakukan pemeriksaan sehingga mempengaruhi perilaku nyeri pada saat dilakukan observasi perilaku nyeri. Pada saat menentukan intensitas nyeri sebelum melakukan observasi, sebaiknya menggunakan pengukuran yang baku misalnya penggunaan skala nyeri dan dalam pemilihan sampel memilih responden yang belum mendapatkan tindakan pengobatan dan belum mengkonsumsi analgetik, responden dengan lama diagnosa penyakit dan stadium responden sama, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku nyeri rendah pada pasien kanker serviks dengan Pain Self Efficacy yang tinggi.


(67)

BAB 2 TIJAUAN TEORI 1. Kanker Serviks

1.1 Pengertian Kanker serviks

Kanker serviks adalah karsinoma pada leher rahim dan menempati urutan pertama di dunia (Sjamjuhidayat, 2005). Karsinoma insitu pada serviks adalah kelainan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan epitel (Price, 1995). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma insitu, kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in situ dikenal sebagai tingkat lesi prakanker serviks. Kondisi prakanker sampai karsinoma in situ sering tidak menunjukkan gejala karena proses penyakitnya berada di dalam lapisan epitel dan belum menimbulkan perubahan yang nyata dari mulut rahim. Pada akhirnya gejala yang ditimbulkan adalah keputihan, perdarahan paska senggama dan pengeluaran cairan encer dari vagina (Dianda, 2008).

Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada servikal yang menuju


(68)

8

Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI

1.2 Patofisiologi Kanker Serviks

Kanker serviks mulai timbul di batas antara sel yang melapisi ektoserviks dan endoserviks, kanalis serviks yang disebut squamocolumnar junction (Sukardja, 2000). Pertumbuhan kanker

serviks diawali dengan sel yang mengalami mutasi kemudian berkembang menjadi sel displastik yang disebut displasia, yaitu pertumbuhan sel abnormal yang mencakup berbagai lesi epitel yang


(69)

9

secara sitologi atau morfologi berbeda dibandingkan dengan sel epitel normal. Pada kondisi displasia belum mengenai sel epitel basalis dan belum menunjukkan karakteristik keganasan. Displasia dimulai dari displasia ringan, sedang, sampai berat. Perkembangan selanjutnya adalah menjadi kanker insitu (KIS) dan akhirnya menjadi kanker invasif (Suwiyoga, 2006).

1.3 Faktor Resiko

Kanker serviks merupakan kondisi yang jarang terjadi disbanding sebelumnya akibat deteksi dini dengan pap smear. Selama 40 tahun terakhir, kanker servical invasif telah menurun dari 45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita. Kondisi ini terjadi paling sering pada usia 30-45 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun. Aktivitas seksual berhubungan dengan angka kejadian kanker serviks pada wanita di bawah usia 25 tahun, dengan riwayat pasangan seksual lebih dari satu orang dan beberapa kehamilan dini, angka kejadian ini lebih prevalen.

Faktor resiko, selain usia dini saat melakukan hubungan seksual, melahirkan pada usia sangat muda, dan memiliki banyak pasangan seksual, termasuk pemajanan terhadap human papilovirus (HPV), infeksi HIV, merokok dan pemajanan terhadap dietilstilbesterol (DES) in utero (Smeltzer & Bare, 2001).


(70)

10

2. Konsep Nyeri

2.1 Pengertian Nyeri

Menurut The International Association for the Study of Pain (1979, dalam Potter & Perry 2005), nyeri didefenisikan sebagai perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial yang menyebabkan kerusakan jaringan. Sementara itu defenisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya yang ada kapanpun individu mengatakannya (Smeltzer & Bare, 2001).

Nyeri terjadi bersamaan dengan terjadinya proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dari pada penyakit apapun (Smeltzer & Bare, 2001).

2.2 Klasikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis (Long, 1989 dalam pasaribu 2011).

Nyeri Akut, nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot (Long, 1989). Nyeri akut merupakan mekanisme pertahanan yang berlangsung kurang dari enam bulan, secara fisiologis terjadi perubahan denyut jantung, frekuensi napas, tekanan darah, aliran darah perifer, tegangan otot, keringat pada


(71)

11

telapak tangan. Pasien dengan nyeri akut sering mengalami kecemasan (Berger, 1992).

Nyeri akut biasanya berlangsung secara singkat misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan abdomen, pasien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukan gelala-gejala antara lain: respirasi meningkat, percepatan jantung dan tekanan darah meningkat (Priharjo, 1996).

Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera spesifik. Nyeri akut mengidentifikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah tarjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataannya bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan, nyeri ini pada umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan. Cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan (Smeltzer & Bare, 2001). Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang


(72)

12

Nyeri Kronis, nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan- lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Long, 1989 dalam Pasaribu, 2011). Nyeri kronis dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu nyeri kronik maligna dan nyeri kronik nonmaligna. Karakteristik nyeri kronis adalah penyembuhannya tidak dapat diprediksi meskipun penyebabnya mudah ditentukan, nyeri kronis dapat menyebabkan klien merasa putus asa dan frustasi. Klien yang mengalami nyeri kronis mungkin menarik diri dan mengisolasi diri. Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik (Tamsuri, 2006)

Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih nyeri kronis tidak mempinyai tujuan yang berguna dan jika hal ini menetap, ini menjadi gangguan utama (Smeltzer & Bare, 2001). Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu, nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk di obati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang di arahkan pada penyebabnya.

Menurut Lewis (1983), kebanyakan penderita nyeri kanker tidak berasal dari pengalaman nyeri. Dan beberapa mengalami nyeri psikologi yang berasal dari proses keganasan. Bagaimanapun juga, banyak pengalaman nyeri pada stadium akhir dari penyakitnya, dan


(73)

13

umumnya berhubungan dengan metastasis. Sekitar 60 sampai 80% pasien kanker yang dirawat di rumah sakit menderita nyeri yang sangat hebat.

2.3 Penganganan Nyeri

Penanganan nyeri merupakan masalah yang kompleks. Sebelum dilakukan penanganan terhadap nyeri terlebih dahulu mengkaji sumber, letak, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri seperti kegelisahan dan keletihan (Smeltzer & Bare, 2001). Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan cara:

1. Farmakologis

Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis dilakukan dalam kolaborasi dokter dan pasien (Smeltzer & Bare, 2001). Analgesik merupakan obat yang paling umum untuk menghilangkan nyeri (Brannon & Jeist, 2007). Secara umum obat analgesik digolongkan menjadi dua yaitu narkotika dan non narkotika (Julien, 1985 dalam Branner & Feist, 2007). Analgesik ini biasanya diberikan terutama pada nyeri akut (Branner & Feist, 2007). Pada nyeri kronis, klien cenderung mengalami depresi sehingga diberikan antidepresan. Selain efektif untuk mengatasi depresi, antidepresan juga mengandung efek analgesik (Shatri & Setyohadi, 2001).


(74)

14

2. Nonfarmakologis

Intervensi nyeri dengan cara non farmakologis memiliki resiko yang sangat rendah. Pada nyeri yang sangat hebat, mengkombinasikan tehnik nonfarmakologis dengan obat-obatan mungkin cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri (Brunner & Suddarth, 2001).

a. Distraksi. Distraksi adalah tehnik mengalihkan perhatian klien ke hal lain terutama hal yang menyenangkan dengan tujuan untuk menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu tehnik distraksi adalah dengan mendengarkan musik (Potter & Perry,2005).

b. Stimulasi Kutaneus. Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Beberapa strategi stimulasi kutaneus adalah dengan masase dan kompres panas dan dingin. Masase sering dipusatkan pada punggung dan bahu, membuat pasien lebih nyaman karena merelaksasi otot (Brunner & Suddarth, 2001). Pilihan terapi kompres panas dan dingin bervariasi menurut kondisi klien. Misalnya, panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi hari akibat arthritis, tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang mengalami peradangan akibat penyakit yang diderita (Ceccio,1990 dalam Potter & Perry, 2005).

c. Relaksasi. Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Tehnik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan


(75)

15

frekuensi lambat dan berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi dan ekhalasi (Smeltzer & Bare, 2001). Tehnik relaksasi ini sangat efektif terutama pada pasien nyeri kronis (Somantri, 2007).

d. Terapi Kognitif. Apa yang dipikirkan seseorang tentang nyeri yang dialami memberikan pengaruh terhadap kehidupannya dan terhadap seberapa besar nyeri yang dia rasakan. Pikiran yang negatif tentang nyeri akan memfokuskan perhatian seseorang terhadap aspek yang tidak menyenangkan dan membuat nyeri yang dirasakan bertambah buruk (Turk dkk, 1983; Turk & Rudy, 1986 dalam DiMetteo, 1991). Pemberian intervensi terapi kognitif ini adalah meningkatkan cara berfikir klien dengan mengarahkan klien untuk memahami masalah yang dihadapinya. Klien diyakinkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk berperilaku normal (Tailor, 1995). Tehnik kognitif ini salah satunya dengan meningkatkan self efficacy (Brannon & Jeist, 2007).

3. Perilaku Nyeri

3.1 Pengertian Perilaku Nyeri


(76)

16

yang dapat diobservasi. Kata nyeri digunakan untuk menyatakan pengalaman yang tidak menyenangkan yang bersifat subjektif. Sementara perilaku yang dapat diobservasi disebut dengan perilaku nyeri (Fields, 1987 dalam Harahap 2007).

Perilaku nyeri adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dan setiap perubahan kebiasaan ketika ia mengalami nyeri yang dapat diobservasi (Wall, 1991) dalam Pasaribu (2011). Menurut Fordyce (1976) dalam Harahap 2007, pembelajaran memainkan peranan yang penting dalam mengembangkan perilaku nyeri yang membantu perawatan nyeri kronis. Menurut Fordyce (1976), perilaku nyeri dapat berupa:

1. Respon verbal, meliputi mengeluh, mendesah, merintih dan mengadukan nyeri yang dialami.

2. Respon non verbal, meliputi wajah tegang, keresahan, sudut mulut dilengkungkan ke bawah, terlihat sedih, terlihat ketakutan, bibir berkerut, dan dagu bergetar.

3. Sikap badan dan isyarat meliputi menggosok-gosok bagian tubuh yang nyeri, immobilisasi dan menyeringai.

4. Perilaku yang berbeda dengan keadaan normal meliputi beristirahat dan berbaring secara berlebihan.

3.2 Jenis Perilaku Nyeri

Perilaku nyeri kronik secara khusus adalah dasar bahwa sedikitnya ada 2 jenis dari perilaku nyeri yaitu respondent behavior dan operant behavior.


(77)

17

3.2.1 Respondent Behavior

Respondent behavior adalah respon yang timbul akibat adanya

stimulus yang spesifik. Pada perilaku ini terlihat jelas hubungan antara stimulus dan respon. Respon reflektif merupakan respon yang secara otomatis dapat terjadi walaupun diinginkan atau tidak. Respon ini dikontrol oleh stimulus nociceptif yang spesifik, contoh perilaku nyeri reflektif ini adalah sensasi terbakar yang berhubungan dengan injuri pada kulit ataupun pada otot (Kast, 1998 dalam Harahap, 2007).

3.2.2 Operant Behavior

Operant behavior adalah respon yang timbul dan berkembang

kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Penghargaan dan hukuman merupakan kunci dari pendekatan operant dan perilaku sering dihubungkan dengan tidak adanya reaksi terhadap nyeri dan lebih sering dihubungkan dengan faktor afektif atau lingkungan (Niven, 1994).

Perilaku nyeri sering dihubungkan dengan beberapa bentuk penghargaan (sesuatu yang diinginkan terjadi jika pasien menunjukkan perilaku nyeri, seperti pasangan hidup atau kompensasi finansial) (Niven, 1994).

Kadang- kadang perilaku nyeri melibatkan penghindaran dari sesuatu yang tidak diinginkan (keluar dari pekerjaan yang menimbulkan stress atau menghindari kontak dengan individu yang mengancam) (Niven,


(78)

18

keadaan nyeri adalah dengan menunjukkan dukungan atau perhatian dan bersikap menenangkan. Menurut pendekatan operant hal ini akan menjadi penghargaan karena tindakan tersebut memberikan penghargaan bagi pasien, dengan memberinya perhatian setiap saat ia mengeluh adanya nyeri (Niven, 1994).

3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Nyeri 3.3.1 Jenis kelamin

Pada umumnya wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih kuat pada saat mengalami nyeri. Menangis misalnya, adalah hal atau perilaku yang sudah dapat diterima pada wanita sementara pada laki-laki hal ini dianggap hal yang memalukan (Lewis, 1983 dalam Aritonang, 2010).

3.3.2 Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam merespon nyeri. Cara lansia merespon nyeri dapat berbeda dengan orang yang berusia lebih muda. Lansia cenderung mengabaikan nyeri dan menahan nyeri yang berat dalam waktu yang lama sebelum melaporkannya atau mencari perawatan kesehatan (Smeltzer & Bare, 2001).

3.3.3 Budaya

Budaya mempunyai pengaruh bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri (Smeltzer & Bare, 2001). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zborowski (1969, dalam Niven 1994), ekspresi


(1)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Self Efficacy (Keyakinan Diri) dengan Perilaku Nyeri pada Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan”, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyusuna Skripsi ini telah mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Ikhsanuddin Harahap, S,Kp, MNS selaku Plt. Pembantu Dekan I dan sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing saya menyelesaikan Skripsi ini.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep dan Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji yang memberikan saran dan kritik

4. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan Staff non akademik yang telah banyak membantu penulis di bidang administrasi. 5. Staf pegawai RSUP H. Adam Malik Medan yang memberi izin dan

bimbingan serta kerjasama dalam pengumpulan data.

6. Teristimewa ayah Drs. Seprin Pasaribu dan Ibu Dra. Duma Lumbantoruan yang telah membesarkan serta mendidik saya sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan saya, serta abang Alberto Felix Pasaribu S.Hum dan adik saya Theo Anggara Pasaribu yang mendukung dan telah memberikan motivasi.

7. Kepada semua keluarga besar Pasaribu dan Lumbantoruan serta sahabat dalam pertumbuhan rohani dan pelajaran serta saling mendoakan


(2)

vi

kelompok kecil Amazing Grace, Totokonoyo, Bailando dan Keluarga Kapal Selam.

8. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Ekstensi untuk kebersamaan dan doanya.

9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan Skripsi.

Semoga Tuhan yang penuh kasih melimpahkan berkat karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan penelitian keperawatan.

Medan, Februari 2016


(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan ... 5

3. Pertanyaan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN TEORI ... 7

1. Kanker Serviks ... 7

1.1 Pengertian Kanker Serviks ... 7

1.2 Patofisiologi Kanker Serviks ... 8

1.3 Faktor Resiko ... 9

2. Konsep Nyeri ... 10

2.1 Pengertian Nyeri ... 10

2.2 Klasifikasi Nyeri ... 10

2.3 Penanganan Nyeri ... 13

3. Perilaku Nyeri ... 15

3.1 Pengertian Perilaku Nyeri ... 15

3.2 Jenis Perilaku Nyeri ... 16

3.3 Faktor yang Memperngaruhi Perilaku Nyeri ... 18

3.4 Pengukuran Perilaku Nyeri ... 20

4. Self Efficacy ... 22

4.1 Pengertian Self Efficacy ... 22

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy ... 25

4.3 Sumber Self Efficacy ... 26

4.5 Dimensi dan Aspek Self Efficacy ... 27

4.6 Pain Self Efficacy ... 28

4.7 Pegukuran Pain Self Efficacy ... 30


(4)

viii

BAB 3 Kerangka Penelitian ... 33

1. Kerangka Konseptual ... 30

2. Defenisi Operasional ... 34

3. Hipotesa ... 35

BAB 4 Metode Penelitian ... 36

1. Desain Penelitian ... 36

2. Populasi dan Sampel ... 36

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4. Pertimbangan Etik ... 38

5. Instrumen Penelitian ... 39

6. Uji Validitas dan Reabilitas ... 41

7.Pengumpulan Data ... 42

8. Analisa Data ... 43

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ... 47

1. Hasil penelitian ... 47

2. Pembahasan ... 53

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ... 59

1. Kesimpulan ... 59

2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN

1. Lembar persetujuan menjadi responden dan kuesioner penelitian 2. Jadwal Tentatif Penelitian

3. Transaksi dana 4. Master Table 5. Analisa data

6. Lembar Konsul Bimbingan Skripsi 7. Saran Penguji

8. Surat persetujuan komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan 9. Surat pengambilan data dari Fakultas Keperawatan

10.Surat balasan pengambilan data dari RSUP H. Adam Malik Medan 11. Lembar persetujuan untuk menjadi subjek peneliti (Informed Consent) 12. Surat balasan telah selesai melakukan penelitian dari RSUP H. Adam

Malik Medan 13. Riwayat Hidup


(5)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka penelitian hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan


(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional ... 35 Tabel 2. Hasil uji interprestasi korelasi ... 45 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentasi karakteristik demografi ... 49 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan presentasi pain self efficacy pasien

pada pasien kanker serviks ... 49 Tabel 5. Nilai mean dan standar deviasi pernyataan dengan jawaban

tertinggi ... 50 Tabel 6. Nilai mean dan standar deviasi pernyataan dengan jawaban

terendah ... 50 Tabel 7. Distribusi frekuensi dan presentasi perilaku nyeri pasien

pada pasien kanker serviks ... 51 Tabel 8. Nilai Mean, standar deviasi dan tingkat parameter perilaku nyeri ... 51 Tabel 9. Hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien