Efektivitas Kepemimpinan Konsep Kepemimpinan 1. Definisi Kepemimpinan

1. Kemampuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan, serta membimbing seseorang atau sekelompok orang agar mau melakukan apa yang diinginkannya dalam upaya pencapaian suatu tujuan. 2. Kemampuan seseorang yang berperan sebagai pengambil keputusan serta dapat memberikan pengarahan apa yang harus dilakukan oleh orang lain. 3. Proses pelaksanaan otoritas dalam suatu organisasi atau perusahaan.

2.1.2 Efektivitas Kepemimpinan

Efektivitas dapat diartikan sebagai sesuatu yang menampakkan hasil atau pengaruh. Ducker dalam Nawawi 2003 menyatakan bahwa efektivitas adalah melakukan yang benar doing the right dalam upaya pencapaian sasaran. Efektivitas seringkali diartikan sebagai melakukan sesuatu yang tepat, yaitu suatu kegiatan atau kerja yang membantu sebuah organisasi mencapai sasarannya. Efektivitas merupakan suatu penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi sehingga semakin dekat prestasi yang dicapai dengan prestasi yang diharapkan, berarti semakin efektif penilaian terhadap individu, kelompok dan organisasi. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang menerjemahkan fungsinya dengan perilaku Mahdi, 2001. Efektivitas proses kepemimpinan terletak pada wibawa pengaruh interaktif antara pemimpin dan pengikutnya. Kepemimpinan yang berhasil adalah yang mampu melaksanakan tugasnya dalam rangka memberikan arahan dan petunjuk, mewujudkan target bersama, mengembangkan, komitmen, dan menjaga kekuatan organisasi yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang efektif bukan hanya sekedar pusat kedudukan atau kekuatan, tetapi merupakan interaksi aktif dan efektif. Ada beberapa fungsi seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya Mahdi, 2001, yaitu: 1. Membantu mencapai sasaran bersama. 2. Selalu menggerakkan bawahannya menuju sasaran-sasaran tersebut. 3. Mewujudkan interaksi dan keterikatan-keterikatan antar individu. 4. Memelihara kekuatan dan hubungan sesama. Upaya kepemimpinan dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu berhasil atau tidak berhasil. Menurut M. Bass dalam Hersey dan Blanchard 1982, terdapat perbedaan yang jelas antara kepemimpinan yang berhasil dengan kepemimpinan yang efektif. Menurut pendapatnya, kepemimpinan yang berhasil belum tentu efektif. Namun, kepemimpinan yang efektif sudah tentu berhasil dalam menjalankan kepemimpinannya. Berhasil atau tidaknya seorang pemimpin atau efektif tidaknya seorang pemimpin dapat dilihat dan diketahui dari sikap para pegawainya. Jika seorang pegawai melakukan tugasnya sesuai perintah yang ditujukan kepadanya, maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinannya berhasil. Namun, jika pegawainya melakukan tugasnya hanya karena kekuasaan posisi pemimpinannya, maka kepemimpinannya berhasil namun tidak efektif. Dalam hal ini, pegawai melakukan tugasnya hanya karena pemimpinnya memiliki kontrol atas ganjaran dan hukuman dan bukan karena dia merasa bahwa kebutuhannya dapat terpenuhi dengan memenuhi tujuan pemimpinnya. Kepemimpinan yang berhasil dan yang tidak berhasil dapat dilihat pada Gambar 2. Berhasil Upaya Kepemimpinan Perilaku Resultan Tidak Berhasil Gambar 2. Kontinum kepemimpinan yang berhasil dan yang tidak berhasil Hersey dan Blanchard, 1984 Kepemimpinan yang efektif dapat tercermin saat pemimpin tersebut memiliki kuasa posisi dan juga kuasa pribadi Hersey dan Blanchard, 1984. Kuasa posisi dapat terlihat dari sikap yang ditunjukkan oleh bawahannya. Jika pegawainya melaksanakan tugasnya karena ia ingin melakukannya dan merasa ada hasil yang diperolehnya, maka pemimpinnya tidak hanya memiliki kuasa posisi, tapi juga memiliki kuasa A B pribadi. Para pegawainya menghormati pemimpinnya dan mau bekerjasama dengan kesadaran bahwa permintaan dari pemimpinnya tersebut sesuai dengan tujuannya. Kepemimpinan yang berhasil dan yang efektif ditunjukkan pada Gambar 3. Efektif Berhasil Tidak Efektif Upaya Kepemimpinan Perilaku Resultan Tidak Berhasil Gambar 3. Kontinum kepemimpinan yang berhasil dan yang efektif Hersey dan Blachard, 1984 Keberhasilan berkaitan dengan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau kelompok, sedangkan efektivitas menghasilkan sikap yang tercermin dari keadaan internal seseorang atau kelompok. Jika seorang pemimpin hanya berorientasi keberhasilan, maka ia mengutamakan kuasa posisinya. Akan tetapi jika seorang pemimpin berorientasi pada keefektifan, maka ia akan memakai kuasa pribadinya. Kuasa posisi cenderung mengarah pada pendelegasian ke bawah melalui struktur organisasi, sedangkan kuasa pribadi dialirkan dari bawah ke atas melalui kesukarelaan pengikutnya. Para pemimpin yang berhasil namun tidak efektif cenderung memiliki pengaruh dalam jangka waktu singkat atau tidak terlalu lama tehadap perilaku orang lain. Namun, pemimpin yang berhasil dan efektif cenderung menghasilkan produktivitas jangka panjang dan perkembangan organisasi yang baik. Hersey dan Blanchard dalam Uno 2007, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah gaya kepemimpinan situasional, yaitu gaya kepemimpinan yang bervariasi disesuaikan dengan kesiapan bawahannya, keadaan, situasi, waktu dan tempat. Teori kepemimpinan situasional Contingency Theory mengasumsikan bahwa dalam prakteknya, tidak ada seorang pimpinan yang sangat konsisten menggunakan satu gaya kepemimpinan tertentu terlepas dari situasi yang A B dihadapinya Siagian, 2003. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung dari kemampuan pemimpin dalam membaca situasi yang dihadapinya dan menyesuaikannya dengan gaya kepemimpinannya sehingga ia efektif menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan. Model kontingensi Fiedler Siagian, 2003 menyatakan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi. Kinerja kelompok yang efektif bergantung pada perpaduan yang memadai antara interaksi pemimpin dengan bawahannya dan situasi yang kemungkinan dapat dikendalikan dan dipengaruhi oleh pemimpin tersebut. Kepemimpinan situasional merupakan metode pelaksanaan kepemimpinan secara mikro, artinya bagaimana seorang pemimpin harus menghadapi orang-orang yang dipimpinnya sehari-hari. Ia harus memiliki sensitivitas untuk membaca siapa yang ia pimpin sehingga dapat menentukan gaya kepemimpinan yang paling cocok bagi bawahannya. Ada tiga dimensi kontingensi yang dapat mendefinisikan faktor-faktor situasi utama dalam menentukan efektivitas pemimpin, yaitu: 1 Hubungan pemimpin-anggota: tingkat kepercayaan, keyakinan dan rasa hormat bawahan terhadap pemimpin mereka. 2 Struktur tugas: tingkat formalisasi dan pemroseduran tugas-tugas kerja. 3 Kekuasaan posisi: tingkat pengaruh pemimpin terhadap kegiatan- kegiatan yang didasarkan pada kekuasaan, seperti mempekerjakan, memecat, menertibkan, menaikkan pangkat dan menaikkan gaji. Agar kerjasama pemimpin dengan bawahannya menjadi lebih efektif, maka pemimpin harus menjalankan prinsip-prinsip kepemimpinan, yaitu: 1. Prinsip sumbangsihkontribusi individu ke arah pencapaian sasaran. 2. Prinsip keharmonisan dengan sasaran. 3. Prinsip efisiensi pemberian arah. 4. Prinsip kesatuan perintah. 5. Prinsip supervisi langsung. 6. Prinsip tepatnya pemberian arah. 7. Prinsip komunikasi manajerial. 8. Prinsip memahami. 9. Prinsip informasi. 10. Prinsip penggunaan informasi informal secara strategis. 11. Prinsip kepemimpinan.

2.1.3 Karakteristik Kepemimpinan