4.4. Persepsi Responden terhadap Pelaksanaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kepemimpinan
Analisis dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan yang diterapkan pada Biro
Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen dengan menggunakan nilai rata-rata. Pada penelitian ini,
variabel ordinal yang sudah dikonversi menjadi varibel interval dicari nilai rata-ratanya yang kemudian digunakan untuk mengetahui persepsi
responden terhadap pelaksanaan faktor-faktor efektivitas kepemimpinan. Hasil dari perhitungan nilai rata-rata skor faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas kepemimpinan dapat dilihat pada Lampiran 8. Rentang skala Rs faktor-faktor efektivitas kepemimpinan yang
didapatkan dari perhitungan rumus rataan skor dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rentang skala Rs faktor-faktor efektivitas kepemimpinan
Variable Skor
Terkecil Skor Terbesar
Rentang Skala Xib-Xik5
Faktor bawahan 5.621
13.071 1.49
Faktor pimpinan 9.665
22.093 2.4856
Faktor situasi 6.023
12.98 1.3914
Faktor efektivitas kepemimpinan
21.31 46.74 5.086
Berdasarkan nilai rataan skor tesebut, maka posisi keputusan penilaian berdasarkan rentang skala dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Posisi keputusan penilaian faktor-faktor efektivitas kepemimpinan
berdasarkan rentang skala
Variable KATEGORI
Tidak Setuju Kurang Setuju
Cukup Setuju Setuju
Sangat Setuju
Faktor bawahan 5.62
≤
x
≤7.11 7.11
x
≤8.60 8.60
x
≤10.09 10.09
x
≤11.58 11.58
x
≤13.07 Faktor pimpinan
9.67 ≤
x
≤12.15 12.15
x
≤14.64 14.64
x
≤17.12 17.12
x
≤19.61 19.61
x
≤22.09 Faktor situasi
6.02 ≤
x
≤7.41 7.41
x
≤8.81 8.81
x
≤10.20 10.20
x
≤11.59 11.59
x
≤12.98
Faktor efektivitas
kepemimpinan
21.31 ≤
x
≤26.39 26.39
x
≤31.48 31.48
x
≤36.57 36.57
x
≤41.65 41.65
x
≤46.74
Nilai rata-rata skor per faktor dihasilkan dari penjumlahan seluruh skor jawaban responden per faktor yang kemudian dibagi dengan banyaknya
data yang ada. Faktor-faktor efektivitas kepemimpinan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah faktor bawahan yang terdiri dari upaya
bawahan, tingkat partisipatif bawahan dan koordinasi eksternal dengan bawahan; faktor pimpinan yang terdiri dari ciri pemimpin, keterampilan dan
kemampuan pemimpin, perilaku pemimpin, dukungan manajemen dan karakteristik pemimpin; dan faktor situasi yang terdiri dari struktur tugas,
kekuasaan posisi dan hubungan atasan dan bawahan. Hasil nilai rata-rata skor mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan
berdasarkan persepsi responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai rata-rata skor faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan
No. Faktor-faktor
Efektivitas Kepemimpinan
N Total
Skor T Nilai
Rata-rata Skor
x
Kategori
1 Faktor bawahan
25 241,24
9,650 Cukup Setuju
2 Faktor pimpinan
25 418,58
16,734 Cukup Setuju
3 Faktor situasi
25 9,998
6.023 Cukup Setuju
Faktor-faktor efektivitas
kepemimpinan
25 909,76 36,391 Cukup Setuju
4.4.1. Faktor Bawahan
Faktor bawahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan. Dalam penelitian ini, faktor bawahan terdiri dari
upaya bawahan, tingkat partisipasi bawahan dan koordinasi dengan bawahan. Nilai rata-rata skor faktor bawahan yang didapat dari hasil
perhitungan adalah 9,65 dengan kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan faktor bawahan pada
Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga adalah cukup.
4.4.2. Faktor Pimpinan Faktor efektivitas kepemimpinan juga dipengaruhi oleh faktor
pimpinan. Faktor pimpinan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal yang
berkaitan dengan diri pemimpin yang diantaranya adalah ciri prmimpin, keterampilan dan kemampuan pemimpin, perilaku pemimpin, dukungan
manajemen dan karakteristik pemimpin. Nilai rata-rata skor faktor pimpinan menunjukkan angka sebesar 16,734 dengan kategori cukup setuju
berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
faktor pimpinan pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen adalah cukup.
4.4.3. Faktor Situasi
Faktor situasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan. Faktor situasi meliputi struktur tugas, kekuasaan
posisi dan hubungan antara atasan dan bawahan. Nilai rata-rata skor sebesar 6.023 dengan kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden
menunjukkan bahwa pelaksanaan faktor situasi pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan
Manajemen adalah cukup. Nilai rata-rata skor faktor efektivitas kepemimpinan sebesar 36,391
dengan kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat pelaksanaan faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan
Manajemen PT Jasa Marga Persero adalah cukup.
4.5. Tingkat Motivasi Kerja Pegawai
Analisis deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi kerja pegawai dengan menggunakan nilai rata-rata skor dengan
menggunakan varibel interval. Variabel interval kemudian dicari nilai rata- ratanya yang kemudian digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi kerja
pegawai yang ada pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa marga Persero.
Rentang skala Rs motivasi kerja dari hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 11 dan posisi keputusan penilaian berdasarkan rentang skala
dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai rata-rata skor per faktor dihasilkan dari penjumlahan seluruh skor jawaban responden per faktor yang kemudian
dibagi dengan banyaknya data yang ada.
Tabel 11. Rentang skala Rs motivasi kerja
Variable Skor Terkecil
Skor Terbesar
Rentang Skala Xib-Xik5
Bekerja keras 5.201
15.722 2.1042
Bekerjasama 5 17.32
2.464 Rasa tanggung jawab
4.993 15.53
2.1074
Motivasi kerja 16.62
48.57 6.39
Tabel 12. Posisi keputusan penilaian motivasi kerja berdasarkan rentang skala
Variable KATEGORI
Tidak Setuju Kurang Setuju
Cukup Setuju Setuju
Sangat Setuju
Bekerja keras 5.20
≤
x
≤7.31 7.31
x
≤9.41 9.41
x
≤11.51 11.51
x
≤13.62 13.62
x
≤15.72 Bekerjasama
5 ≤
x
≤7.46 7.46
x
≤9.92 9.93
x
≤12.39 12.39
x
≤14.86 14.86
x
≤17.32 Rasa
tanggung jawab
4.99 ≤
x
≤7.10 7.10
x
≤9.21 9.21
x
≤11.32 11.32
x
≤13.42 13.42
x
≤15.53
Motivasi kerja
16.62 ≤
x
≤23.01 23.01
x
≤29.40 29.40
x
≤35.79 35.79
x
≤42.18 42.18
x
≤48.57
Faktor-faktor motivasi kerja yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi faktor bekerja keras yang terdiri dari kerja keras pencapaian tujuan,
kesediaan menaati jam kerja, bekerja diluar jam kerja dan menyelesaikan tugas tepat waktu; faktor bekerjasama yang terdiri dari kesediaan
bekerjasama, pemberian dorongan dan semangat, kesediaan saling membantu, kesediaan menggantikan tugas dan kesediaan memberikan
masukan; dan faktor rasa tanggung jawab yang terdiri dari tanggung jawab untuk menaati peraturan, tanggung jawab penerimaan sanksi, tanggung
jawab untuk memperbaiki kesalahan dan rasa tanggung jawab untuk meminimalisir kesalahan . Hasil nilai rata-rata skor mengenai faktor-faktor
motivasi kerja dapat dilihat pada Lampiran 7 dan hasil kesimpulannya disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Nilai rata-rata skor faktor-faktor motivasi kerja
No. Faktor-faktor
Efektivitas Kepemimpinan
N Total
Skor T Nilai
Rata-rata Skor
x
Kategori
1 Bekerja keras
25 254,14
10,17 Cukup Setuju
2 Bekerjasama 25
286,54 11,46
Cukup Setuju
3 Rasa tanggung
jawab 25 268,72 10,75 Cukup
Setuju
Motivasi kerja 25
809,39 32,38
Cukup Setuju
4.5.1. Bekerja Keras
Bekerja keras merupakan salah satu faktor motivator yang terdapat dalam teori higienis Frederick Herzberg. Tingkat motivasi kerja pegawai
dapat dilihat dari kemauannya untuk bekerja keras dalam melaksanakan pekerjaannya. Faktor bekerja keras ini terdiri dari kerja keras dalam
pencapaian tujuan perusahaan, kesediaan menaati jam kerja, bekerja diluar jam kerja dan kerja keras untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Nilai rata-
rata skor sebesar 10,17 berada dalam kategori cukup setuju. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja pegawai pada Biro Manajemen Sumber
Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga Persero berdasarkan kemauan untuk bekerja keras adalah
cukup.
4.5.2. Bekerjasama
Faktor motivator juga dapat terlihat dari kemauannya untuk saling bekerjasama dengan sesama rekannya. Faktor bekerjasama dalam penelitian
ini terdiri dari kesediaan bekerjasama, pemberian dorongan dan semangat, kesediaan saling membantu, kesediaan menggantikan tugas dan kesediaan
memberikan masukan. Nilai rata-rata skor sebesar 11,46 berada dalam kategori cukup setuju berdasarkan penilian responden. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat motivasi kerja pegawai pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa
Marga Persero berdasarkan kemauan untuk bekerjasama adalah cukup.
4.5.3. Rasa Tanggung Jawab
Rasa tanggung jawab yang dimiliki pegawai merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat motivasi kerjanya. Faktor rasa tanggung
jawab dalam penelitian ini terdiri dari tanggung jawab untuk menaati peraturan, tanggung jawab penerimaan sanksi, tanggung jawab untuk
memperbaiki kesalahan dan rasa tanggung jawab untuk meminimalisir kesalahan. Nilai rata-rata skor dari hasil perhitungan menunjukkan angka
10,75 dalam kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi kerja pegawai pada Biro Manajemen
Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan
Manajemen PT Jasa Marga Persero berdasarkan rasa tanggung jawab pegawai adalah cukup.
Nilai skor rata-rata untuk motivasi kerja secara keseluruhan menunjukkan angka sebesar 32,38 yang berda dalam kategori cukup setuju
berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi kerja pegawai pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga Persero adalah cukup.
4.6. Hubungan antara Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja.
Output korelasi antara faktor-faktor efektivitas kepemimpinan
dengan motivasi kerja dapat dilihat pada Lampiran 9 dan kesimpulan hasil korelasinya disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil korelasi antara faktor-faktor efektivitas kepemimpinan dengan motivasi kerja
Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan
Nilai Korelasi Product Moment
Pearson P-Value
α=10 Upaya Bawahan
0.747 0.000
0,1
Partisipasi Bawahan 0.698
0.000 0,1
Tingkat Koordinasi 0.239
0.250 0,1
Faktor Bawahan 0.706
0.000 0,1
Ciri Pemimpin 0.534
0.006 0,1
Keterampilan dan Kemampuan Pemimpin 0.532
0.006 0,1
Perilaku Pemimpin 0.565
0.003 0,1
Dukungan Manajemen 0.754
0.000 0,1
Karakterististik Pemimpin 0.747
0.000 0,1
Faktor Pimpinan 0.731
0.000 0,1
Struktur Tugas 0.384
0,18 0,1
Kekuasaan Posisi 0.202
0.332 0,1
Hubungan Atasan dan Bawahan 0.619
0.001 0,1
Faktor Situasi 0.449
0.024 0,1
Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara variabel upaya bawahan yang membentuk faktor bawahan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,747.
Artinya adalah bahwa antara variabel upaya bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif,
artinya hubungan antara upaya bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat upaya bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi
kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal
Ho1 yang berarti bahwa upaya bawahan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat.
Nilai korelasi antara variabel partisipasi bawahan yang membentuk faktor bawahan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0.698. Artinya adalah
bahwa antara variabel partisipasi bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya
hubungan antara partisipasi bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat partisipasi bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi
kerjanya juga semakin naik. Nilai P-value dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak
hipotesis awal Ho2 yang berarti bahwa partisipasi bawahan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat.
Nilai korelasi antara variabel tingkat koordinasi dengan bawahan yang membentuk faktor bawahan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,239.
Artinya adalah bahwa antara variabel tingkat koordinasi dengan bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang lemah. Nilai p-value dari hasil
korelasinya adalah 0,250 level of significant 10, sehingga kesimpulannya adalah menerima hipotesis awal Ho3 yang berarti bahwa partisipasi bawahan
dan motivasi kerja tidak berkorelasi. Tabel 14 menunjukkan nilai korelasi antara faktor bawahan secara
keseluruhan dengan motivasi kerja yaitu sebesar 0,706. Artinya adalah bahwa antara faktor bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat.
Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara faktor bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat upaya bawahan
semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p- value
dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho4 yang berarti bahwa
faktor bawahan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat. Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara variabel ciri pemimpin
yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,534. Artinya adalah bahwa antara variabel upaya bawahan dan motivasi kerja
memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya
hubungan antara ciri pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika ciri pemimpin semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin
naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,006. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho5 yang berarti
bahwa terdapat korelasi antara ciri pemimpin dan motivasi kerja. Nilai korelasi antara variabel keterampilan dan kemampuan
pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,532. Artinya adalah bahwa antara variabel keterampilan dan kemampuan
pemimpin dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara keterampilan dan kemampuan
pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat keterampilan dan kemampuan pemimpin mengalami kenaikan, maka tingkat
motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,006. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak
hipotesis awal Ho6 yang berarti bahwa keterampilan dan kemampuan pemimpin dan motivasi kerja saling berkorelasi.
Nilai korelasi antara variabel perilaku pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,565 Artinya adalah bahwa
antara variabel perilaku pemimpin dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara perilaku
pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat perilaku pemimpin semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik.
Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,003. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho7 yang berarti
bahwa perilaku pemimpin dan motivasi kerja saling berkorelasi. Nilai korelasi antara variabel dukungan manajemen yang membentuk
faktor pimpinan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,754. Artinya adalah bahwa antara variabel dukungan manajemen dan motivasi kerja memiliki
keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara dukungan manajemen dan motivasi kerja adalah searah,
sehingga jika tingkat dukungan manajemen semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya
adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho8 yang berarti bahwa dukungan manajemen dan
motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat. Nilai korelasi antara variabel karakteristik pemimpin yang
membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,747. Artinya adalah bahwa antara variabel karakteristik pemimpin dan motivasi
kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara karakteristik pemimpin dan motivasi kerja adalah
searah, sehingga jika tingkat karakteristik pemimpin semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil
korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho9 yang berarti bahwa karakteristik
pemimpin dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat. Nilai korelasi antara faktor pimpinan secara keseluruhan dengan
motivasi kerja adalah sebesar 0,731. Artinya adalah bahwa antara faktor pimpinan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien
korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara faktor pimpinan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat faktor pimpinan semakin
naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga
kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho10 yang berarti bahwa faktor pimpinan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat.
Tabel 14 menunjukkan nilai korelasi antara variabel struktur tugas yang membentuk faktor situasi dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,384.
Walaupun nilai korelasinya cukup kecil, tapi p-value menunjukkan angka dibawah 10 yaitu 0,18. Artinya dapat disimpulkan bahwa antara variabel
struktur tugas dengan motivasi kerja secara statistik berkorelasi cukup signifikan, sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho11
yang berarti bahwa struktur tugas dan motivasi kerja saling berkorelasi. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara variabel struktur
tugas dengan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika struktur tugas mengalami kenaikan, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik.
Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara variabel kekuasaan posisi yang membentuk faktor situasi dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,202.
Artinya adalah bahwa antara variabel kekuasaan posisi dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat lemah. Nilai p-value dari hasil korelasinya
adalah 0,332 level of significant 10, sehingga kesimpulannya adalah menerima hipotesis awal Ho12 yang berarti bahwa variabel kekuasaan posisi
dan motivasi kerja tidak berkorelasi. Nilai korelasi antara variabel hubungan atasan dan bawahan yang
membentuk faktor situasi dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,619. Artinya adalah bahwa antara variabel hubungan atasan dan bawahan dan motivasi
kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya korelasi antara hubungan atasan dan bawahan dan motivasi kerja adalah
searah, sehingga jika tingkat hubungan atasan dan bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil
korelasinya adalah 0,001. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho13 yang berarti bahwa hubungan atasan
dan bawahan dan motivasi kerja saling berkorelasi. Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara faktor situasi secara
keseluruhan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,449. Artinya adalah bahwa antara faktor situasi dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat.
Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara faktor situasi dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat faktor situasi semakin naik,
maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,024. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya
adalah menolak hipotesis awal Ho14 yang berarti bahwa faktor situasi dan motivasi kerja saling berkorelasi.
4.7. Faktor Efektivitas Kepemimpinan yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Pegawai