46.74 5.086 Tingkat Motivasi Kerja Pegawai 6.39 Hubungan antara Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja.

4.4. Persepsi Responden terhadap Pelaksanaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kepemimpinan Analisis dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan yang diterapkan pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen dengan menggunakan nilai rata-rata. Pada penelitian ini, variabel ordinal yang sudah dikonversi menjadi varibel interval dicari nilai rata-ratanya yang kemudian digunakan untuk mengetahui persepsi responden terhadap pelaksanaan faktor-faktor efektivitas kepemimpinan. Hasil dari perhitungan nilai rata-rata skor faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dapat dilihat pada Lampiran 8. Rentang skala Rs faktor-faktor efektivitas kepemimpinan yang didapatkan dari perhitungan rumus rataan skor dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rentang skala Rs faktor-faktor efektivitas kepemimpinan Variable Skor Terkecil Skor Terbesar Rentang Skala Xib-Xik5 Faktor bawahan 5.621 13.071 1.49 Faktor pimpinan 9.665 22.093 2.4856 Faktor situasi 6.023 12.98 1.3914 Faktor efektivitas kepemimpinan

21.31 46.74 5.086

Berdasarkan nilai rataan skor tesebut, maka posisi keputusan penilaian berdasarkan rentang skala dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Posisi keputusan penilaian faktor-faktor efektivitas kepemimpinan berdasarkan rentang skala Variable KATEGORI Tidak Setuju Kurang Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju Faktor bawahan 5.62 ≤ x ≤7.11 7.11 x ≤8.60 8.60 x ≤10.09 10.09 x ≤11.58 11.58 x ≤13.07 Faktor pimpinan 9.67 ≤ x ≤12.15 12.15 x ≤14.64 14.64 x ≤17.12 17.12 x ≤19.61 19.61 x ≤22.09 Faktor situasi 6.02 ≤ x ≤7.41 7.41 x ≤8.81 8.81 x ≤10.20 10.20 x ≤11.59 11.59 x ≤12.98 Faktor efektivitas kepemimpinan

21.31 ≤

x ≤26.39 26.39 x ≤31.48 31.48 x ≤36.57 36.57 x ≤41.65 41.65 x ≤46.74 Nilai rata-rata skor per faktor dihasilkan dari penjumlahan seluruh skor jawaban responden per faktor yang kemudian dibagi dengan banyaknya data yang ada. Faktor-faktor efektivitas kepemimpinan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah faktor bawahan yang terdiri dari upaya bawahan, tingkat partisipatif bawahan dan koordinasi eksternal dengan bawahan; faktor pimpinan yang terdiri dari ciri pemimpin, keterampilan dan kemampuan pemimpin, perilaku pemimpin, dukungan manajemen dan karakteristik pemimpin; dan faktor situasi yang terdiri dari struktur tugas, kekuasaan posisi dan hubungan atasan dan bawahan. Hasil nilai rata-rata skor mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan berdasarkan persepsi responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai rata-rata skor faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan No. Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan N Total Skor T Nilai Rata-rata Skor x Kategori 1 Faktor bawahan 25 241,24 9,650 Cukup Setuju 2 Faktor pimpinan 25 418,58 16,734 Cukup Setuju 3 Faktor situasi 25 9,998 6.023 Cukup Setuju Faktor-faktor efektivitas kepemimpinan 25 909,76 36,391 Cukup Setuju

4.4.1. Faktor Bawahan

Faktor bawahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan. Dalam penelitian ini, faktor bawahan terdiri dari upaya bawahan, tingkat partisipasi bawahan dan koordinasi dengan bawahan. Nilai rata-rata skor faktor bawahan yang didapat dari hasil perhitungan adalah 9,65 dengan kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan faktor bawahan pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga adalah cukup.

4.4.2. Faktor Pimpinan Faktor efektivitas kepemimpinan juga dipengaruhi oleh faktor

pimpinan. Faktor pimpinan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal yang berkaitan dengan diri pemimpin yang diantaranya adalah ciri prmimpin, keterampilan dan kemampuan pemimpin, perilaku pemimpin, dukungan manajemen dan karakteristik pemimpin. Nilai rata-rata skor faktor pimpinan menunjukkan angka sebesar 16,734 dengan kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan faktor pimpinan pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen adalah cukup.

4.4.3. Faktor Situasi

Faktor situasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan. Faktor situasi meliputi struktur tugas, kekuasaan posisi dan hubungan antara atasan dan bawahan. Nilai rata-rata skor sebesar 6.023 dengan kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden menunjukkan bahwa pelaksanaan faktor situasi pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen adalah cukup. Nilai rata-rata skor faktor efektivitas kepemimpinan sebesar 36,391 dengan kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat pelaksanaan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga Persero adalah cukup.

4.5. Tingkat Motivasi Kerja Pegawai

Analisis deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi kerja pegawai dengan menggunakan nilai rata-rata skor dengan menggunakan varibel interval. Variabel interval kemudian dicari nilai rata- ratanya yang kemudian digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi kerja pegawai yang ada pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa marga Persero. Rentang skala Rs motivasi kerja dari hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 11 dan posisi keputusan penilaian berdasarkan rentang skala dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai rata-rata skor per faktor dihasilkan dari penjumlahan seluruh skor jawaban responden per faktor yang kemudian dibagi dengan banyaknya data yang ada. Tabel 11. Rentang skala Rs motivasi kerja Variable Skor Terkecil Skor Terbesar Rentang Skala Xib-Xik5 Bekerja keras 5.201 15.722 2.1042 Bekerjasama 5 17.32 2.464 Rasa tanggung jawab 4.993 15.53 2.1074 Motivasi kerja 16.62

48.57 6.39

Tabel 12. Posisi keputusan penilaian motivasi kerja berdasarkan rentang skala Variable KATEGORI Tidak Setuju Kurang Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju Bekerja keras 5.20 ≤ x ≤7.31 7.31 x ≤9.41 9.41 x ≤11.51 11.51 x ≤13.62 13.62 x ≤15.72 Bekerjasama 5 ≤ x ≤7.46 7.46 x ≤9.92 9.93 x ≤12.39 12.39 x ≤14.86 14.86 x ≤17.32 Rasa tanggung jawab 4.99 ≤ x ≤7.10 7.10 x ≤9.21 9.21 x ≤11.32 11.32 x ≤13.42 13.42 x ≤15.53 Motivasi kerja

16.62 ≤

x ≤23.01 23.01 x ≤29.40 29.40 x ≤35.79 35.79 x ≤42.18 42.18 x ≤48.57 Faktor-faktor motivasi kerja yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi faktor bekerja keras yang terdiri dari kerja keras pencapaian tujuan, kesediaan menaati jam kerja, bekerja diluar jam kerja dan menyelesaikan tugas tepat waktu; faktor bekerjasama yang terdiri dari kesediaan bekerjasama, pemberian dorongan dan semangat, kesediaan saling membantu, kesediaan menggantikan tugas dan kesediaan memberikan masukan; dan faktor rasa tanggung jawab yang terdiri dari tanggung jawab untuk menaati peraturan, tanggung jawab penerimaan sanksi, tanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan dan rasa tanggung jawab untuk meminimalisir kesalahan . Hasil nilai rata-rata skor mengenai faktor-faktor motivasi kerja dapat dilihat pada Lampiran 7 dan hasil kesimpulannya disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai rata-rata skor faktor-faktor motivasi kerja No. Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan N Total Skor T Nilai Rata-rata Skor x Kategori 1 Bekerja keras 25 254,14 10,17 Cukup Setuju 2 Bekerjasama 25 286,54 11,46 Cukup Setuju 3 Rasa tanggung jawab 25 268,72 10,75 Cukup Setuju Motivasi kerja 25 809,39 32,38 Cukup Setuju

4.5.1. Bekerja Keras

Bekerja keras merupakan salah satu faktor motivator yang terdapat dalam teori higienis Frederick Herzberg. Tingkat motivasi kerja pegawai dapat dilihat dari kemauannya untuk bekerja keras dalam melaksanakan pekerjaannya. Faktor bekerja keras ini terdiri dari kerja keras dalam pencapaian tujuan perusahaan, kesediaan menaati jam kerja, bekerja diluar jam kerja dan kerja keras untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Nilai rata- rata skor sebesar 10,17 berada dalam kategori cukup setuju. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja pegawai pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga Persero berdasarkan kemauan untuk bekerja keras adalah cukup.

4.5.2. Bekerjasama

Faktor motivator juga dapat terlihat dari kemauannya untuk saling bekerjasama dengan sesama rekannya. Faktor bekerjasama dalam penelitian ini terdiri dari kesediaan bekerjasama, pemberian dorongan dan semangat, kesediaan saling membantu, kesediaan menggantikan tugas dan kesediaan memberikan masukan. Nilai rata-rata skor sebesar 11,46 berada dalam kategori cukup setuju berdasarkan penilian responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi kerja pegawai pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga Persero berdasarkan kemauan untuk bekerjasama adalah cukup.

4.5.3. Rasa Tanggung Jawab

Rasa tanggung jawab yang dimiliki pegawai merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat motivasi kerjanya. Faktor rasa tanggung jawab dalam penelitian ini terdiri dari tanggung jawab untuk menaati peraturan, tanggung jawab penerimaan sanksi, tanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan dan rasa tanggung jawab untuk meminimalisir kesalahan. Nilai rata-rata skor dari hasil perhitungan menunjukkan angka 10,75 dalam kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi kerja pegawai pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga Persero berdasarkan rasa tanggung jawab pegawai adalah cukup. Nilai skor rata-rata untuk motivasi kerja secara keseluruhan menunjukkan angka sebesar 32,38 yang berda dalam kategori cukup setuju berdasarkan penilaian responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi kerja pegawai pada Biro Manajemen Sumber Daya Manusia dan Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga Persero adalah cukup.

4.6. Hubungan antara Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja.

Output korelasi antara faktor-faktor efektivitas kepemimpinan dengan motivasi kerja dapat dilihat pada Lampiran 9 dan kesimpulan hasil korelasinya disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil korelasi antara faktor-faktor efektivitas kepemimpinan dengan motivasi kerja Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan Nilai Korelasi Product Moment Pearson P-Value α=10 Upaya Bawahan 0.747 0.000 0,1 Partisipasi Bawahan 0.698 0.000 0,1 Tingkat Koordinasi 0.239 0.250 0,1 Faktor Bawahan 0.706 0.000 0,1 Ciri Pemimpin 0.534 0.006 0,1 Keterampilan dan Kemampuan Pemimpin 0.532 0.006 0,1 Perilaku Pemimpin 0.565 0.003 0,1 Dukungan Manajemen 0.754 0.000 0,1 Karakterististik Pemimpin 0.747 0.000 0,1 Faktor Pimpinan 0.731 0.000 0,1 Struktur Tugas 0.384 0,18 0,1 Kekuasaan Posisi 0.202 0.332 0,1 Hubungan Atasan dan Bawahan 0.619 0.001 0,1 Faktor Situasi 0.449 0.024 0,1 Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara variabel upaya bawahan yang membentuk faktor bawahan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,747. Artinya adalah bahwa antara variabel upaya bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara upaya bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat upaya bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho1 yang berarti bahwa upaya bawahan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat. Nilai korelasi antara variabel partisipasi bawahan yang membentuk faktor bawahan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0.698. Artinya adalah bahwa antara variabel partisipasi bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara partisipasi bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat partisipasi bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai P-value dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho2 yang berarti bahwa partisipasi bawahan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat. Nilai korelasi antara variabel tingkat koordinasi dengan bawahan yang membentuk faktor bawahan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,239. Artinya adalah bahwa antara variabel tingkat koordinasi dengan bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang lemah. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,250 level of significant 10, sehingga kesimpulannya adalah menerima hipotesis awal Ho3 yang berarti bahwa partisipasi bawahan dan motivasi kerja tidak berkorelasi. Tabel 14 menunjukkan nilai korelasi antara faktor bawahan secara keseluruhan dengan motivasi kerja yaitu sebesar 0,706. Artinya adalah bahwa antara faktor bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara faktor bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat upaya bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p- value dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho4 yang berarti bahwa faktor bawahan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat. Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara variabel ciri pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,534. Artinya adalah bahwa antara variabel upaya bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara ciri pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika ciri pemimpin semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,006. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho5 yang berarti bahwa terdapat korelasi antara ciri pemimpin dan motivasi kerja. Nilai korelasi antara variabel keterampilan dan kemampuan pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,532. Artinya adalah bahwa antara variabel keterampilan dan kemampuan pemimpin dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara keterampilan dan kemampuan pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat keterampilan dan kemampuan pemimpin mengalami kenaikan, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,006. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho6 yang berarti bahwa keterampilan dan kemampuan pemimpin dan motivasi kerja saling berkorelasi. Nilai korelasi antara variabel perilaku pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,565 Artinya adalah bahwa antara variabel perilaku pemimpin dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara perilaku pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat perilaku pemimpin semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,003. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho7 yang berarti bahwa perilaku pemimpin dan motivasi kerja saling berkorelasi. Nilai korelasi antara variabel dukungan manajemen yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,754. Artinya adalah bahwa antara variabel dukungan manajemen dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara dukungan manajemen dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat dukungan manajemen semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho8 yang berarti bahwa dukungan manajemen dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat. Nilai korelasi antara variabel karakteristik pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,747. Artinya adalah bahwa antara variabel karakteristik pemimpin dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara karakteristik pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat karakteristik pemimpin semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho9 yang berarti bahwa karakteristik pemimpin dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat. Nilai korelasi antara faktor pimpinan secara keseluruhan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,731. Artinya adalah bahwa antara faktor pimpinan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara faktor pimpinan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat faktor pimpinan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0 nol. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho10 yang berarti bahwa faktor pimpinan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat. Tabel 14 menunjukkan nilai korelasi antara variabel struktur tugas yang membentuk faktor situasi dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,384. Walaupun nilai korelasinya cukup kecil, tapi p-value menunjukkan angka dibawah 10 yaitu 0,18. Artinya dapat disimpulkan bahwa antara variabel struktur tugas dengan motivasi kerja secara statistik berkorelasi cukup signifikan, sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho11 yang berarti bahwa struktur tugas dan motivasi kerja saling berkorelasi. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara variabel struktur tugas dengan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika struktur tugas mengalami kenaikan, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara variabel kekuasaan posisi yang membentuk faktor situasi dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,202. Artinya adalah bahwa antara variabel kekuasaan posisi dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat lemah. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,332 level of significant 10, sehingga kesimpulannya adalah menerima hipotesis awal Ho12 yang berarti bahwa variabel kekuasaan posisi dan motivasi kerja tidak berkorelasi. Nilai korelasi antara variabel hubungan atasan dan bawahan yang membentuk faktor situasi dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,619. Artinya adalah bahwa antara variabel hubungan atasan dan bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya korelasi antara hubungan atasan dan bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat hubungan atasan dan bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,001. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho13 yang berarti bahwa hubungan atasan dan bawahan dan motivasi kerja saling berkorelasi. Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara faktor situasi secara keseluruhan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,449. Artinya adalah bahwa antara faktor situasi dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara faktor situasi dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat faktor situasi semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,024. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal Ho14 yang berarti bahwa faktor situasi dan motivasi kerja saling berkorelasi.

4.7. Faktor Efektivitas Kepemimpinan yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Pegawai