HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENUTUP TPA DENGAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGUBUR BARANG

Hal ini sesuai dengan penelitian Eka Arsanti 2007, yang menyatakan ada hubungan antara kebiasaan menguras tempat penampungan air dengan kejadian suspect demam chikungunya di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Pada kelompok yang tidak mempunyai kebiasaan menguras tempat penampungan air seminggu sekali mempunyai risiko 2,923 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang mempunyai kebiasaan menguras tempat penampungan air. Menguras bak mandi atau tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali. Kebiasaan menguras tempat penampungan air lebih dari seminggu sekali akan memberikan kesempatan telur untuk berkembang biak menjadi nyamuk dewasa. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna artinya dari telur menjadi larva kemudian larva akan tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Perkembangan dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7-10 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi tidak mendukung Depkes RI, 2005.

5.7 HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENUTUP TPA DENGAN

KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNGPATI KOTA SEMARANG Setelah dilakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Gunungpati Kota Semarang dan berdasarkan hasil analisis bivariat antara kebiasaan menutup tempat penampungan air dengan kejadian chikungunya, didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna dengan p value = 0,003; OR = 4,167 95 CI = 1,599–10,856, menunjukkan bahwa sampel yang tidak mempunyai kebiasaan menutup tempat penampungan air mempunyai risiko 4,167 kali lebih besar menderita chikungunya daripada sampel yang mempunyai kebiasaan menutup tempat penampungan air. Hal ini sesuai dengan penelitian Eka Arsanti 2007, yang menyatakan ada hubungan antara kebiasaan menutup tempat penampungan air dengan kejadian suspect demam chikungunya di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Pada kelompok yang tidak mempunyai kebiasaan menutup tempat penampungan air mempunyai risiko 3,943 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang mempunyai kebiasaan menutup tempat penampungan air. Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah berupa genangan air yang tertampung pada kontainer terbuka lebar tidak ada tutupnya dan terlindung dari sinar matahari. Hal ini dapat menjadi peluang berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus Soedarmo, 2005. Nyamuk Aedes albopictus lebih senang bertelur pada tempat penampungan air yang berada di luar rumah yaitu pada barang-barang bekas seperti kaleng, botol, ban bekas yang dibuang, lubang pohon, lekukan tanaman, potongan batang bambu, dan buah kelapa yang sudah terbuka Sutaryo, 2004 : 47.

5.8 HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGUBUR BARANG

BEKAS DENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNGPATI KOTA SEMARANG Setelah dilakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Gunungpati Kota Semarang dan berdasarkan hasil analisis bivariat antara kebiasaan mengubur barang bekas dengan kejadian chikungunya, didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna dengan p value = 0,076. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Retno Palupi 2009, yang menyatakan ada hubungan antara kebiasaan mengubur barang bekas dengan kejadian chikungunya di wilayah kerja Puskesmas I Gatak Kabupaten Sukoharjo dengan nilai p value = 0,002; OR = 3,516. Berdasarkan hasil wawancara, sampel tidak menimbun barang bekas karena jenis sampah yang dihasilkan adalah jenis sampah rumah tangga seperti plastik bungkus makanan maupun minuman dan sebagainya, sedangkan untuk sampah barang bekas seperti botol bekas, kaleng bekas, dan ban bekas, mereka jual ke pemulung yang datang untuk membeli barang bekas tersebut.

5.9 HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGGANTUNG PAKAIAN

Dokumen yang terkait

FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNGPATI TAHUN 2013

0 10 136

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 2 17

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 3 16

PENDAHULUAN Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 3 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGADIROJO KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN 2010.

0 1 16

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGADIROJO KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN 2010.

0 0 7

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUWUNGGEDE KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES

0 0 62