2.4 Konseling Realita
2.4.1 Pengertian KonselingRealita
Proses konseling tidak terlepas dari konsep teoritis pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk memberikan bantuan kepada siswa. Kasus kepercayaan diri
siswa saat menghadapi ulangan akan ditangani menggunakan konseling realita. Konseling realita adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang
Corey, 2003: 267. Dalam hal ini asumsi asumsi bermasalah yang dialami klien adalah berkurangnya kebergunaan diri menjadi tidak bermakna atau tidak dapat
memenuhi kebutuhan berharga baik bagi diri sendiri dan orang lain. Pendekatan realita adalah pendekatan yang berlandaskan premis bahwa
ada suatu psikologis tunggal yang hadir sepanjang hidup dan membantu klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya Corey 2003: 268.
Berikut akan dibahas mengenai konseling realita yang mencakup konsep dasar, pandangan tentang manusia, pemenuhan kebutuhan dasar, perkembangan pribadi
yang menyimpang, tujuan konseling realita, karakteristik konselor, pengalaman klien dalam konseling, dan mekanisme pengubahannya.
2.4.2 Konsep Dasar
Konseling realita dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan masa remajanya di Cliveland,
Ohio. Dia merupakan psikiater yang mengembangkan konseling realita pada tahun 1950-an. Pengembangan konseling realita ini karena merasa tidak puas
dengan praktek psikiatri yang ada dan dia mempertanyakan dasar-dasar keyakinan terapi yang berorientasi pada Freudian, karena hasilnya tidak memuaskan.
Konseling realita pada hakekatnya menentang pendekatan konseling lain yang memperlakukan klien sebagai individu yang sakit. Setiap orang, termasuk
siswa, selalu dihadapkan pada kenyataan hidup. Konselor dalam konseling relita mengajarkan tingkah laku yang bertanggung jawab agar siswa mampu
menghadapi segala kenyataan hidup yang harus dijalani. Menurut Latipun 2001: 109, ”konseling realita adalah pendekatan yang
didasarkan pada anggapan tentang adanya suatu kebutuhan psikologis pada seluruh kehidupannya; kebutuhan akan identitas diri, yaitu kebutuhan untuk
merasa unik, terpisah, dan berbeda dengan orang lain”.Sedangkan Fauzan 1994: 30 mengemukakan bahwa: konseling realita mengidealkan tingkah laku sebagai
individu yang tercukupi kebutuhannya akan cinta dan harga diri. Setiap orang belajar untuk memenuhi kebutuhannya, yang pada gilirannya akan
mengembangkan tingkah laku yang normal yakni yang bertanggung jawab dan berorientasi pada realita serta mengidentifikasi diri sebagai individu yang berhasil
dan sukses. Kebutuhan siswa akan identitas diri yang dilakukan dengan mencoba
untuk menghadapi ulangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa harus memiliki kepercayaan diri menghadapi ulangan
agar dapat memenuhi kebutuhannya. Dengan mencoba mengerjakan latihan soal, diharapkan kepercayaan diri siswa akan berkembang. Konseling realita digunakan
sebagai pendekatan dalam membantu siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri saat menghadapi ulangan.
2.4.3 Pandangan Tentang