OPERATING SEGMENTS continued PERJANJIAN PERJANJIAN SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS

PT ADARO ENERGY Tbk DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES Lampiran 5116 Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASIAN 31 MARET 2014, 31 DESEMBER 2013, DAN 31 MARET 2013 Dinyatakan dalam ribuan Dolar AS, kecuali dinyatakan lain NOTES TO THE CONSOLIDATED INTERIM FINANCIAL STATEMENTS 31 MARCH 2014, 31 DECEMBER 2013, AND 31 MARCH 2013 Expressed in thousands of US Dollars, unless otherwise stated

40. PERJANJIAN

PENTING, IKATAN, DAN KONTINJENSI lanjutan

40. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS

AND CONTINGENCIES continued c. Klaim atas royalti

c. Royalty claim

Pada bulan Mei 2006, KESDM menyatakan Adaro kurang membayar royalti sejak tahun 2001 dan meminta Adaro untuk melunasinya. Adaro menolak melaksanakan permintaan tersebut karena Adaro berpendapat bahwa Adaro telah melunasi kewajibannya untuk membayar kekurangan pembayaran royalti kepada Pemerintah dengan mengkompensasi offset pembayaran royalti dengan pembayaran PPN sebagaimana diatur dalam PKP2B. Pada bulan Mei 2006, Adaro menggugat KESDM di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Atas permohonan gugatan ini, pada bulan Mei 2006, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta memutuskan untuk melarang KESDM mengambil langkah- langkah administratif lebih lanjut terhadap permasalahan ini sampai adanya putusan final yang berkekuatan hukum tetap. In May 2006, the MoEMR alleged that Adaro had underpaid royalties due from coal sales for the years from 2001 onward and demanded payment. Adaro strongly rejected the allegation because it had discharged its obligation to pay such royalties by way of offsetting them against the Government‟s obligation to reimburse Adaro for its VAT payment as prescribed under the CCA. In May 2006, Adaro filed an objection with the Jakarta Administrative Court against the MoEMR. Upon Adaro‟s application, in May 2006, the Jakarta Administrative Court granted an order restricting the MoEMR from taking any further administrative steps on the issue until a final and binding judgement was delivered. Pada bulan September 2006, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta mengabulkan gugatan Adaro. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta menguatkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta di bulan Februari 2007. Pada tanggal 26 September 2008, Mahkamah Agung Indonesia memutuskan untuk menguatkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dan putusan Mahkamah Agung tersebut sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. In September 2006, the Jakarta Administrative Court issued a decision in favour of Adaro. The Jakarta Administrative High Court concurred with the Jakarta Administrative Court in February 2007. On 26 September 2008, the Indonesian Supreme Court concurred with the decision of the Jakarta Administrative High Court and the decision of the Indonesian Supreme Court is final and binding. Pada bulan Juni 2006, KESDM menyerahkan urusan piutang atas royalti ini kepada Panitia Urusan Piutang Negara “Panitia” guna menagih kekurangan pembayaran royalti sebagaimana yang dimaksud diatas. Pada bulan Juli 2007, Panitia menerbitkan surat tagihan pembayaran royalti kepada Adaro. Karena ini merupakan permasalahan industri pertambangan batubara, tagihan pembayaran yang serupa telah dikeluarkan oleh Panitia kepada perusahaan batubara generasi pertama lainnya. In June 2006, the MoEMR granted authority to the Committee for State Claim Affairs the “Committee” to pursue the alleged underpayment on its behalf. In July 2007, the Committee issued a payment demand to Adaro. As this is an industry-wide problem, similar demands have been made by the Committee to other first-generation companies. PT ADARO ENERGY Tbk DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES Lampiran 5117 Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASIAN 31 MARET 2014, 31 DESEMBER 2013, DAN 31 MARET 2013 Dinyatakan dalam ribuan Dolar AS, kecuali dinyatakan lain NOTES TO THE CONSOLIDATED INTERIM FINANCIAL STATEMENTS 31 MARCH 2014, 31 DECEMBER 2013, AND 31 MARCH 2013 Expressed in thousands of US Dollars, unless otherwise stated

40. PERJANJIAN

PENTING, IKATAN, DAN KONTINJENSI lanjutan

40. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS

AND CONTINGENCIES continued c. Klaim atas royalti lanjutan

c. Royalty claim continued

Di bulan September 2007, Adaro menggugat Panitia di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Atas permohonan Adaro, di bulan September 2007, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta mengeluarkan putusan yang melarang Panitia untuk mengambil langkah-langkah administratif lebih lanjut terhadap permasalahan ini sampai adanya putusan final yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pada tanggal 15 Februari 2008, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta mengabulkan gugatan Adaro. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta menguatkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 1 Juli 2008. Pada tanggal 22 Juli 2009, Mahkamah Agung Indonesia memutuskan untuk menguatkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dan putusan Mahkamah Agung tersebut sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pada tanggal 29 Januari 2010, Panitia memohon Peninjauan Kembali atas putusan Mahkamah Agung tersebut. Pada tanggal 31 Januari 2011, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta menyampaikan salinan putusan Peninjauan Kembali, dimana Mahkamah Agung memutuskan menolak permohonan Peninjauan Kembali dari Panitia, berdasarkan putusan No. 47PKTUN2010 tertanggal 20 Juli 2010. In September 2007, Adaro filed an objection with the Jakarta Administrative Court against the Committee . Upon Adaro‟s application, in September 2007 the Jakarta Administrative Court granted an order restricting the Committee from taking any further administrative steps on the issue until a final and binding judgement had been delivered. On 15 February 2008, the Jakarta Administrative Court issued a decision in favour of Adaro. The Jakarta Administrative High Court concurred with the Jakarta Admistrative Court on 1 July 2008. On 22 July 2009, the Indonesian Supreme Court concurred with the decision of the Jakarta Administrative High Court and the decision of the Indonesian Supreme Court is final and binding. On 29 January 2010, the Committee filed a civil review Peninjauan Kembali on the decision of the Indonesian Supreme Court. On 31 January 2011, the Jakarta Administrative Court delivered the decision on the civil review Peninjauan Kembali, where the Supreme Court decided to reject the request of the civil review Peninjauan Kembali from the Committee, based on decision No. 47PKTUN2010 dated 20 July 2010. Lebih lanjut, PMK 194 yang berlaku efektif 1 Januari 2013, pada bagian pertimbangannya menyebutkan bahwa berdasarkan PKP2B generasi pertama yang telah ditandatangani sebelum 1 April 1985, Kontraktor diwajibkan membayar pajak-pajak yang disebutkan dalam perjanjian, antara lain, pajak penjualan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Furthermore, PMK 194 which is effective as of 1 January 2013, in its recitals mentioned that based on the First Generation CCA that had been signed prior to 1 April 1985, the Contractors are required to pay taxes as stated in the agreement, among others, the Sales Tax in accordance with the prevailing tax laws and regulations in Indonesia. Manajemen berpendapat bahwa Adaro memiliki dasar yang kuat dalam kasus ini dan mengingat keputusan pengadilan terakhir yang mengabulkan gugatan Adaro, sehingga tidak ada cadangan kerugian yang dicatat dalam laporan keuangan interim konsolidasian. As management believes that Adaro has strong grounds supporting the case and the recent court decision was in favour of Adaro, no provision has been booked in the consolidated interim financial statements in relation to this matter. PT ADARO ENERGY Tbk DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES Lampiran 5118 Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASIAN 31 MARET 2014, 31 DESEMBER 2013, DAN 31 MARET 2013 Dinyatakan dalam ribuan Dolar AS, kecuali dinyatakan lain NOTES TO THE CONSOLIDATED INTERIM FINANCIAL STATEMENTS 31 MARCH 2014, 31 DECEMBER 2013, AND 31 MARCH 2013 Expressed in thousands of US Dollars, unless otherwise stated

40. PERJANJIAN