BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kelalaian Notaris bukan merupakan sebab utama pembatalan akta
Notaris. Pembatalan akta Notaris dapat juga disebabkan kesalahan atau kelalaian kedua belah pihak yang menimbulkan gugatan dari salah satu
pihak dalam akta. Sesuai dengan syarat sahnya suatu perjanjian, yang diatur dalam pasal
1320 KUHPerdata, maka akta yang dimintakan pembatalannya tersebut dapat dikatakan tidak memenuhi syarat subjektif maupun
syarat objektif perjanjian. Apabila tidak memenuhi syarat kelompok subjektif maka perjanjian
tersebut merupakan perjanjian yang dapat dimintakan pembatalannya, sedangkan apabila tidak memenuhi syarat yang objektif maka
perjanjian tersebut batal demi hukum. 2.
Notaris dituntut tanggung jawab terhadap akta yang dibuatnya. Apabila akta yang dibuatnya ternyata mengandung cacat hukum. Maka
semua kegiatan yang dilakukan oleh Notaris khususnya dalam membuat akta akan selalu dimintakan pertanggungjawaban. Apabila
Notaris melakukan kesalahan atau kelalaian dalam membuat akta maka Notaris dapat diminta pertanggungjawaban baik secara administratif,
pidana maupun perdata.
Universitas Sumatera Utara
Pertanggungjawaban secara administratif, Apabila seorang Notaris terbukti melakukan pelanggaran Pasal 85 Undang-Undang No. 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang mengatur tentang kewajiban dan larangan bagi Notaris dalam menjalankan jabatannya.
Pertanggungjawaban menurut Hukum Perdata, Menurut Pasal 1365 KUHPerdata, “tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian”.
Pertanggungjawaban Notaris secara Hukum Pidana dapat berupa Hukuman Pokok penjara, kurungan, dan denda dan Hukuman
Tambahan pencabutan beberapa hak tertentu dan perampasan beberapa benda tertentu yang menjadi barang bukti
3. Dalam menghadapi perkara yang berkaitan dengan pembatalan akta
Notaris, hakim harus berpedoman kepada peraturan perundang- undangan yang berlaku. Bila Notaris melakukan kesalahan dalam
pembuatan akta, maka hakimlah yang dapat menilai kemudian memutuskan apakah akta tersebut dapat dibatalkan ataupun diputuskan
tidak mempunyai kekuatan hukum.
B. Saran