105
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya, intensi kewirausahaan siswa SMK menunjukkan kriterita “tinggi”. Artinya bahwa siswa SMK memiliki niat, motivasi atau kesiapan menjadi
wirausahawan. Siswa dengan intensi yang kuat terhadap kewirausahaan akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dibandingkan seseorang tanpa
intensi untuk memulai usaha Indarti dan Rostiani, 2008:4. Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa siswa SMK di wilayah yang
diteliti penulis memiliki intensi kewirausahaan yang tinggi. Menurut pengamatan penulis, masyarakat yang tinggal di daerah atau lokasi yang menjadi tujuan wisata
atau menjadi jalur wisata sebagian besar bermata pencaharian sebagai wirausahawan. Hal ini ditenggarai karena masyarakat memanfaatkan peluang dari
adanya kunjungan wisatawan dengan membuka usaha berjualan oleh-oleh khas daerah baik berupa kuliner, souvenir, pakaian, dan sebagainya. Selain itu, terdapat
juga usaha penginapan yang selalu ramai di akhir pekan. Banyaknya peluang usaha yang muncul dari kunjungan wisatawan menjadikan masyarakat setempat
termotivasi untuk mencari penghasilan melalui usaha sendiri. Lingkungan yang mendukung terhadap kegiatan wirausaha dapat mempengaruhi intensi siswa untuk
menjadi wirausahawan di kemudian hari. Seperti yang dikemukakan oleh Luiz,et.al 2015: 760 bahwa salah satu dimensi yang mempengaruhi intensi kewirausahaan
yaitu latar belakang pribadi meliputi faktor demografi, keluarga dan lingkungan social.
4.6.1 Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Sikap Personal
Hipotesis 1 menyatakan bahwa norma subyektif berpengaruh positif terhadap sikap personal. Menurut Ajzen 1991, sikap personal mengacu pada
sejauh mana seseorang memiliki penilaian akan hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dari perilaku tertentu. Sikap personal sifatnya internal dan
terbentuk dalam diri seseorang akibat pengalaman individu maupun pengaruh dari luar individu. Sikap personal juga didefinisikan sebagai perasaan positif atau
negative individu dalam melakukan perilaku yang menjadi sasaran. Selain itu, sikap personal juga mengacu pada ukuran kekuatan intensi seseorang untuk melakukan
perilaku tertentu Fishbein dan Ajzen, 1975. Dari berbagai definisi yang ada, dapat
106
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
disimpulkan bahwa sikap personal meski bersifat internal seseorang tetapi terbentuknya sikap personal sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu dan
pengaruh dari luar individu misalnya dari keluarga, teman dekat, lingkungan sosial, dan sebagainya. Pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar individu akan menjadi
tekanan-tekanan social yang dirasakan individu norma subyektif yang kemudian akan membentuk sikap pada individu. Dalam hal ini sikap yang dimaksud berkaitan
dengan intensi kewirausahaan. Menurut Linan dan Chen 2009, norma subyektif sebagai proses mental
yang dapat mempengaruhi sikap terhadap perilaku dan persepsi kontrol perilaku yang berarti bahwa sebelum sikap dan persepsi kontrol perilaku terbentuk, terlebih
dahulu individu dipengaruhi oleh norma-norma dalam dirinya. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada siswa SMK di UPTD Wilayah 1
Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa norma subyektif berpengaruh positif terhadap sikap personal. Besarnya pengaruh norma subyektif terhadap sikap
personal adalah sebesar 79, dan secara statistik pengaruh tersebut signifikan. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis 1 diterima yang berarti bahwa norma subyektif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap personal wirausaha. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linan dan Chen
2009, Z.X. Peng et.al 2012 dan Rijal Assidiq Mulyana 2013. Penciri utama yang membentuk variabel norma subyektif siswa SMK yaitu
indikator pembelajaran kewirausahaan di sekolah memotivasi saya untuk menjadi wirausaha sebesar 26,4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
kewirausahaan yang selama ini diterapkan di sekolah mampu membentuk norma positif pada siswa mengenai perilaku wirausaha. Dalam definisi yang dikemukakan
oleh Alberti et.al 2004 dalam Fatoki dan Olawali 2014:587 disebutkan bahwa pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membangun kompetensi yang mengacu
pada konsep, keterampilan, dan kesadaran mental individu selama proses memulai dan mengembangkan usaha, kompetensi tersebut merupakan kombinasi dari
keterampilan, pengetahuan dan sikap. Sedangkan tujuan pembelajaran kewirausahaan menurut BSNP 2006:199 salah satunya agar siswa mampu
mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha. Berdasarkan tujuan
107
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pembelajaran kewirausahaan tersebut dan berdasarkan hasil penelitian penulis dapat dikatakan bahwa pembelajaran kewirausahaan di sekolah yang menjadi objek
penelitian telah berjalan secara efektif. Hal ini dikarenakan pembelajaran kewirausahaan telah mampu membentuk norma subyektif pada siswa yang
kemudian norma tersebut membentuk sikap siswa secara positif terhadap perilaku wirausaha. Pada penelitian sebelumnya oleh Fayolle dan Gailly 2004
menunjukkan bahwa pembelajaran kewirausahaan memiliki pengaruh kuat, terukur dan berdampak positif pada intensi kewirausahaan meskipun dampak tersebut tidak
signifikan terhadap sikap dan persepsi kontrol perilaku. Lalu pada penelitian lanjutan yang dilakukan Fayolle, Gailly dan Clerc 2006 menunjukkan hasil bahwa
pembelajaran kewirausahaan dapat memiliki pengaruh kuat pada beberapa mahasisiwa tergantung dari latar belakang dan perspektif awal mereka pada intensi
kewirausahaan. Pada waktu yang sama, pembelajaran kewirausahaan dapat juga menurunkan tingkat intensi kewirausahaan pada mahasiswa lain yang belum
mengenal dunia kewirausahaan. Dari berbagai hasil penelitian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kewirausahaan memiliki peran yang cukup penting
dalam membentuk sikap wirausaha. Selanjutnya didukung pula oleh penelitian, Soutaris, et.al 2007 dalam Sarah S. Ahmad, et.al 2014: 167 yang menemukan
bahwa, “entrepreneurship programs significantly raised students’ subjective norms
and intentions toward entrepreneurship by inspiring them to choose entrepreneurial careers.” Artinya, program kewirausahaan secara signifikan
meningkatkan norma subjektif siswa dan intensi berwirausaha dengan menginspirasi mereka untuk memilih karir berwirausaha.
Indikator pembentuk konstruk norma subyektif selanjutnya yaitu teman sejawat akan menyetujui keputusan saya untuk memulai usaha sebesar 24,6. Hal
ini berarti teman-teman di sekolah lebih berpengaruh terhadap pembentukan sikap wirausaha pada siswa dibanding keluarga terdekat. Indikator keluarga terdekat
justru menempati urutan ketiga dalam pembentukan norma subyektif siswa yaitu sebesar 21, kemudian diikuti oleh teman terdekat sebesar 20,8 . Meskipun
perbedaan tersebut tidak terlalu besar pada masing-masing indikator tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kewirausahaan di sekolah serta teman
108
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
sejawat atau teman sekolah lebih berpengaruh terhadap pembentukan sikap wirausaha dibanding keluarga dan teman terdekat.
Berkaitan dengan sikap personal, penciri utama yang membentuk sikap personal siswa SMK adalah indikator karir sebagai wirausaha sangat menarik bagi
saya sebesar 44. Hal ini menyiratkan bahwa pembelajaran kewirausahaan di sekolah mampu menumbuhkan minat siswa untuk berkarir sebagai wirausahawan.
Dengan didukung oleh teman sekolah maka semakin memberikan pengaruh bagi siswa untuk memilih karir wirausaha. Argumentasi penulis, bahwa pembelajaran
kewirausahaan di SMK selama ini telah berjalan secara efektif sehingga mampu menumbuhkan minat siswa untuk berwirausaha. Suatu pembelajaran dapat
dikatakan efektif jika dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan, pengukuran efektivitas pembelajaran dilihat dari tercapainya expected
output hasil belajar yang diharapkan berupa perubahan perilaku yang meliputi perilaku kognitif pengetahuan, afektif sikap dan psikomotor keterampilan.
Apabila perubahan perilaku tersebut telah tercapai dan minat siswa untuk berkarir sebagai wirausaha menjadi semakin kuat maka sudah seharusnya sekolah dan
pemerintah memfasilitasi pembelajaran kewirausahaan secara memadai seperti mengadakan pelatihan pembuatan hasil karya, memberikan bantuan modal usaha,
mengadakan pameran hasil karya siswa SMK dan sebagainya.
4.6.2 Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Persepsi Kontrol Perilaku