Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

Renstra Diknas 26 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat kecerdasan dan keterampilan serta sikap manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka kualitas sumber daya manusia juga semakin tinggi. Pemerintah dalam setiap rencana pembangunan selalu menetapkan pendidikan sebagai salah satu urusan yang harus mendapat perhatian penting. Hal ini berkaitan dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas secara intelegensia maupun skill yang mampu menunjang kebutuhan pada era sekarang ini. Program pemerintah dalam jangka pendek adalah dengan meningkatkan tingkat partisipasi sekolah, sehingga diharapkan seluruh masyarakat dapat mengenyam pendidikan secara formal. Tujuan akhir dari kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi yang semakin berkembang.Untuk menggambarkan sejauh mana capaian dalam bidang pendidikan di Kota Payakumbuh digunakan berbagai indikator di bidang pendidikan sebagai berikut: a. Tingkat pencapaian Indek Pembangunan Manusia IPM secara umum terlihat bahwa posisi Sumatera Barat sudah lebih baik dari kondisi rata-rata Indonesia. Sebaliknya, pembangunan manusia di Sumatera Barat cukup berhasil mengurangi angka melek huruf dibandingkan dengan daerah lain. Pencapaian indikator pada sub sektor kesehatan masih menunjukkan tendensi yang tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya, namun perpanjangan usia harapan hidup adalah sesuatu prestasi yang tidak dapat diabaikan. Secara singkat, dari perkembangan capaian IPM, komponen pencapaian derajat kesehatan menduduki persoalan utama, Renstra Diknas 27 kemudian diikuti penyelesaian pemerataan kualitas pendidikan dan peningkatan daya beli masyarakat. Untuk Kota Payakumbuh dapat dilihat Pencapaian Indek Pembangunan Manusia IPM selama periode 2009-2011 telah menempatkan Kota Payakumbuh pada poosisi nomor 4 di tingkat Sumatera Barat di bawah Kota Padang, Kota Bukittinggi dan Kota Padang Panjang, meskipun secara umum terlihat bahwa posisi Kota Payakumbuh sudah lebih baik dari kondisi rata-rata Sumatera Barat. Secara singkat, dari perkembangan capaian IPM sudah mencerminkan kemajuan cukup berarti, untuk lebih jelas dapat dilihat tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Perkembangan Pencapaian IPM, 2009-2011 Kota Payakumbuh NO KabKota 2009 2010 2011 1 Payakumbuh 75,37 75,81 76,29 Sumber Data : BPS Sumatera Barat Tahun 2011 b. Angka Melek Huruf Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Kemampuan baca tulis angka melek huruf di Kota Payakumbuh pada tahun 2007 sebesar 98.6, tahun 2008 sebesar 99.16, tahun 2009 sebesar 99.17, tahun 2010 sebesar 99.5, tahun 2011 sebesar 99.58 dan tahun 2012 sebesar 99,6. Angka melek huruf ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka melek huruf provinsi Sumatera Barat yang pada tahun 2011 yaitu 97,16 Renstra Diknas 28 Tabel 3. 2 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Payakumbuh Tahun 2007 sd 2012 No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis 70.86 5 70.59 8 71.50 1 72.32 72.32 82.55 7 2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas 70.86 5 72.18 7 73.94 2 73.28 7 81.08 3 82.57 7 3 Angka melek huruf 98.6 99.16 99.17 99.5 99.58 99,6 Sumber Data: BPS Sumatera Barat Tahun 2011 c. Angka Rata-rata Lama Sekolah Tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. Artinya semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, kemungkinanuntuk memperoleh pekerjaan semakin besar sehingga tingkat kesejahteraan diharapkan semakin meningkat. Sedangkan pengaruh tidak langsung, akan terlihat dari pola pikir masyarakat. Semakin tinggi jenjangpendidikan yang ditamatkannya, maka cara berpikir mereka akan lebih maju sehingga lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan. Kesadaran akan pentingnya pendidikan dan semakin tingginya kebutuhan pasar mengenai sumber daya manusia yang mempunyai kualitas pendidikan yang lebih tinggi, membuat masyarakat semakin berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Hal ini dapat dilihat berapa lama seseorang dalam menempuh pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang merupakan cerminan kualitas penduduk. Untuk Kota Payakumbuh rata-rata lama sekolah penduduk yang berumur 15 tahun keatas tahun 2007 sampai tahun 2011 berkisar 9.72. Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh baru sampai level Sekolah Lanjutan Atas. Jika dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah provinsi Sumatera Barat, Kota Payakumbuh dapat dikategorikan cukup tinggi karena di atas rata-rata lama sekolah provinsi Sumatera Barat pada tahun 2011 berada pada angka Renstra Diknas 29 8,75, hal ini berarti rata-rata lama sekolah penduduk Sumatera Barat baru sampai level sekolah menengah pertama. Sementara output dari pencapaian pemerataan pendidikan adalah semakin tingginya tingkat rata-rata lama sekolah. Target pencapaian lama sekolah penduduk adalah selama 10,75 tahun, dan diharapkan dapat dicapai tahun 2015. Hasil analisa angka rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh dari tahun 2006-2011, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.3 Rata-Rata Lama Sekolah di Kota PayakumbuhTahun 2006 s.d 2011 Kota 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Payakumbuh 9.04 9.07 9.27 9.66 9,66 9,72 Sumber : BPS Sumatera Barat Tahun 2011 d. Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar APK merupakan salah satu indikator dalam melihat partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan yang bersekolah pada masing-masing kelompok usia sekolah dibagi dengan jumlah penduduk di masing-masing kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Pada pendidikan dasar 9 tahun dapat dibagi 2 dua kelompok usia yaitu usia 7-12 tahun pada jenjang SDMI dan kelompok usia 13-15 tahun pada jenjang SMPMTs dan pendidikan menengah SMAMASMK kelompok usia 16-18 tahun. Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan partisipasi masyarakat mulai dari tahun 2007 sampai tahun 2012 baik yang kelompok usia 7-12 tahun untuk SDMI dan kelompok usia 13-15 tahun kelompok untuk SMPMTs, dan kelompok usia 16-18 tahun. Angka Partisipasi Kasar APK SDMI Kota Payakumbuh dari tahun 2007 sebesar 127,10, tahun 2008 sebesar 127,03, tahun 2009 sebesar 127,72, tahun 2010 sebesar 128,65, tahun 2011 sebesar 133,65 dan tahun 2012 tetap sebesar 133,65, perkembangan naiknya APK disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sama besarannya. Renstra Diknas 30 Pada Angka Partisipasi Kasar APK SMPMTs tahun 2007 sebesar 107,68, tahun 2008 sebesar 108,11, tahun 2009 sebesar 113,5, tahun 2010 sebesar 111,59, tahun 2011 sebesar 108,87, dan tahun 2012 sebesar 112,79 perkembangan naik turunnya APK disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 13-15 juga tidak sama besarannya. Selanjutnya Angka Partisipasi Kasar APK SMAMASMK tahun 2007 sebesar 108,13, tahun 2008 sebesar 113,30, tahun 2009 sebesar 119,14, tahun 2010 sebesar 120,17, tahun 2011 sebesar 126,68, dan tahun 2012 sebesar 130,08 kenaikan APK disebabkan pertambahan jumlah murid dari tahun ke tahun. Jika dilihat perkembangannya angka partisipasi kasar Kota Payakumbuh melebihi 100, hal ini disebabkan karena banyaknya penduduk usia sekolah dari daerah lain yang bersekolah di Kota Payakumbuh. Jika dibandingkan dengan APK Provinsi Sumatera Barat tahun 2011, khususnya APK tingkat SMAMASMK yang berada pada angka 67,42 Kota Payakumbuh sudah berada jauh lebih tinggi dari angka APK Provinsi Sumatera Barat tersebut, hal ini dapat diindikasikan sebagai telah terlayaninya dengan baik penduduk usia sekolah kota Payakumbuh di semua jenjang pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat menjangkau seluruh anak usia sekolah, termasuk anak usia sekolah pada daerah terisolir, anak marjinalanak jalanan baik laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian aksesibilitas diperlihatkan dari seberapa tinggi pencapaian APKAPM dan rata-rata lama bersekolah. Target MDGs di bidang pendidikan, mengharapkan seluruh anak usia sekolah mesti tertampung melalui sistem pendidikan yang ada. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Kota Payakumbuh tahun 2007 – 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini Renstra Diknas 31 Tabel 3.4 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar APK Tahun 2007 s.d 2012 Kota Payakumbuh NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 SDMI 1.1. jumlah murid SDMI 15.358 15.468 15.671 16.069 16.992 17.198 1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 12.083 12.177 12.270 12.490 12.714 12.942 1.3. APK SDMI 127,10 127,03 127,72 128,65 133,65 133 2 SMPMTs 2.1. jumlah murid SMPMTs 7.547 7.637 8.079 8.085 8.029 8.467 2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 7.009 7.064 7.118 7.245 7.375 7.507 2.3. APK SMPMTs 107,68 108,11 113,50 111,59 108,87 112,79 3 SMAMASMK 3.1. jumlah murid SMAMASMK 8.588 9.065 9.609 9.865 10,585 11,064 3.2. jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun 7,942 8.001 8.065 8.209 8.356 8.506 3.3. APK SMAMASMK 108,13 113,30 119,14 120,17 126,68 130,08 Sumber Data : Dinas PendidikanKota Payakumbuh 2012 e. Angka Partisipasi Murni Untuk SDMI APM tahun 2007 sebesar 110,52, tahun 2008 sebesar 111,69, tahun 2009 sebesar 111,54, tahun 2010 sebesar 113,74 tahun 2011 sebesar 113,97, dan tahun 2012 turun menjadi 117,81 naiknya APM disebabkan pertambahan jumlah murid usia 7 - 12 tahun sebanding dengan pertumbuhan penduduk 7-12 tahun. Pada Angka Partisipasi Murni APM SMPMTs tahun 2007 sebesar 981,3, tahun 2008 sebesar 80,59, tahun 2009 sebesar 89,55, tahun 2010 sebesar 91,08, tahun 2011 APM SMPMTs sebesar 93,55,dan tahun Renstra Diknas 32 2012 sebesar 83,63 naik turunnya APM disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 13 - 15 tahun tidak sama besarnya. Berikutnya Angka Partisipasi Murni APM SMAMASMK tahun 2007 sebesar 84,87, tahun 2008 sebesar 87,34, tahun 2009 sebesar 89,92, tahun 2010 sebesar 92,81, tahun 2011 sebesar 94,69, dan tahun 2012 sebesar 100,72 kenaikan APM disebabkan bertambahnya jumlah siswa setiap tahunnya. Perkembangan Angka Partisipasi Murni tahun 2007 sampai tahun 2012 dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini, Tabel 3.5 Perkembangan Angka Partisipasi Murni APM Tahun 2007 s.d 2012 Kota Payakumbuh NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 SDMI 1.1. jumlah murid SDMI usia 7-12 tahun 13.354 13.600 13.686 14.206 14.490 15.246 1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 12.083 12.177 12.270 12.490 12.714 12.942 1.3. APM SDMI 110,52 111,69 111,54 113,74 113,97 117,80 2 SMPMTs 2.1. jumlah murid SMPMTs usia 13- 15 tahun 5.698 5.693 6.374 6.599 6.899 6.277 2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 7.009 7.064 7.118 7.245 7.375 7.507 2.3. APM SMPMTs 81,30 80,59 89,55 91,08 93.55 83,62 3 SMAMASMK 3.1. jumlah murid SMAMASMK usia 16-18 tahun 6.740 6.988 7.252 7.619 7.912 8.567 3.2. jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun 7,942 8.001 8.065 8.209 8.356 8.506 3.3. APM SMAMASMK 84,87 87,34 89,92 92,81 94,69 100,72 Sumber Data : Dinas PendidikanKota Payakumbuh 2012 Renstra Diknas 33 f. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan Kesadaran akan pentingnya pendidikan dan semakin tinginya tuntuan kebutuhan pasar tenaga kerja akan sumber daya manusia yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi membuat masyarakat semakin bersaing dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang dimilikinya. Untuk mengetahui persentase penduduk usia 10 tahun keatas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki pada tahun 2010 dan 2011, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.6 Persentase Penduduk 10 tahun ke atasMenurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki padaTahun 2010 dan 2011 No. Tingkat Pendidikan Persentase 2010 2011 1 Tidak punya ijazah 18.28 19.46 2 SD MI 22.22 22.63 3 SLTP 20.84 19.22 4 SLTA 27.36 28.60 5 AkademiUniv 11.28 10.10 Sumber Data: Susenas 2010-2011 Jika dilihat dari tingkat pendidikan yang telah ditamatkan pada tahun 2011, sekitar 22.63 penduduk menamatkan pendidikan Sekolah Dasar, sedangkan yang menamatkan pendidikan tinggi sekitar 10.10. Sementara itu penduduk yang menamatkan SLTP SMPMTs sekitar 19.22. Bahkan masih ada penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah sekitar 19.46. Dari data ini dapat disimpulkan sekitar 41.85 penduduk usia 10 tahun ke atas yang telah berhasil menamatkan pendidikan dasar tingkat SLTP ke bawah. g. Rasio Ketersediaan SekolahPenduduk Usia Sekolah Dalam rangka meningkatkan pelayanan pendidikan maka ketersediaan sarana pendidikan merupakan faktor pedukung yang sangat menentukan. Ketersediaan sarana pendidikan yang memadai dapat memperluas jangkauan pelayanan dan kesempatan memperoleh pendidikan dalam rangka menunjang program wajib belajar 9 tahun. Renstra Diknas 34 Rasio ketersedian sekolah dengan penduduk usia 7-12 tahun pada tingkat SDMI tahun 2007 adalah 1 : 166 orang yang artinya 1 sekolah melayani 166 orang penduduk usia 7-12 tahun, pada tahun 2008 sebesar 1 : 167 orang, tahun 2009 sebesar 1 : 171 orang, tahun 2010 sebesar 1 : 171 orang, tahun 2011 sebesar 1 : 172 orang dan tahun 2012 naik menjadi 175. Ketersediaan sarana sekolah pada tingkat SMPMTs dengan penduduk usia 13-15 tahun pada tahun 2007 adalah 1 : 369 orang yang artinya 1 sekolah melayani 369 orang penduduk usia 13-15 tahun, untuk tahun 2008 sebesar 1 : 372 orang, tahun 2009 sebesar 1 : 375 orang, tahun 2010 sebesar 1 : 381 orang tahun 2011 sebesar 1 : 369 orang dan tahun 2012 menjadi 357. Pada tingkat SMASMSMK ketersedian sarana sekolah yang melayani penduduk usia 16-18 tahun pada tahun 2007 adalah 1:418 orang yang artinya 1 sekolah melayani 418 orang penduduk 16 - 18 tahun, selanjutnya tahun 2008 sebesar 1 : 421 orang, tahun 2009 sebesar 1 : 424 orang, tahun 2010 sebesar 1 : 432 orang dan tahun 2011 sebesar 1 : 417 orang dan tahun 2012 sebesar 1:405.. Adapun ketersediaan sarana sekolah dapat dilihat perbandingannya pada tabel dibawah ini : Tabel 3.7 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2007 s.d 2012 Kota Payakumbuh No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 SDMI 1.1. Jumlah gedung sekolah 73 73 73 73 74 74 1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 12.083 12.177 12.270 12.490 12.714 12.942 1.3. Rasio 166 167 168 171 172 175 2 SMPMTs 2.1. Jumlah gedung sekolah 19 19 19 19 20 21 2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 7.009 7.064 7.118 7.245 7.375 7.507 2.3. Rasio 369 372 375 381 369 357 3 SMAMASMK 3.1. Jumlah gedung sekolah 19 19 19 19 20 21 Renstra Diknas 35 3.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun 7,942 8.001 8.065 8.209 8.356 8.506 3.3. Rasio 418 421 424 432 317 405 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh h. Rasio GuruMurid Disamping ketersediaan sarana sekolah, ketersediaan guru sebagai tenaga pengajar merupakan faktor pedukung dalam peningkatan kualitas pendidikan. Tahun 2007 rasio jumlah guru dengan murid pada tingkat SDMI adalah 16 orang yang artinya 1 guru melayani 16 murid sampai tahun 2010 dan tahun 2011, 1 guru melayani 17 murid dan tahun 2012, 1 guru melayani 17 murid. Rasio jumlah guru dengan murid pada tingkat SMPMTs pada tahun 2007 adalah 11, sampai tahun 2012 rasio jumlah guru dengan murid sama. Pada tingkat SMAMASMK rasio guru dengan murid pada tahun 2007 adalah 8, tahun 2008 sampai tahun 2010 rasio 9 tahun 2011 dan 2012 rasionya sama yaitu 10. Perkembangan perbandingan jumlah guru dengan murid dapat dilihat perbandingannya pada tabel dibawah ini : Tabel 3.8 Rasio Guru dan Murid Tahun 2007 - 2012 No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 SDMI 1.1. Jumlah Guru orang 959 969 976 976 1.027 1.006 1.2. Jumlah Murid orang 15.358 15.468 15.671 16.069 16.922 17.198 1.3. Rasio 16 16 16 16 16 17 2 SMPMTs 2.1. Jumlah Guru orang 685 692 724 715 726 753 2.2. Jumlah Murid orang 7.547 7.637 8.079 8.085 8.032 8.467 2.3. Rasio 11 11 11 11 11 11 3 SMAMASMK 3.1. Jumlah Guru orang 1.021 1.037 1.063 1.091 1.106 1112 Renstra Diknas 36 3.2. Jumlah Murid orang 8.588 9.065 9.609 9.865 10.585 11.064 3.3. Rasio 8 9 9 9 10 10 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Berdasarkan kecamatan rasio jumlah guru dengan murid pada tingkat SDMI untuk kecamatan Payakumbuh Utara adalah 17, kecamatan Payakumbuh Barat adalah 17, kecamatan Payakumbuh Timur adalah 15, Kecamatan Payakumbuh Selatan adalah 17 dan kecamatan Lampasi Tigo Nagori rasio jumlah guru dengan murid adalah 13. Rasio jumlah guru dengan murid pada tingkat SMPMTs pada tahun 2011 di kecamatan Payakumbuh Utara adalah 11, kecamatan Payakumbuh Barat adalah 12, kecamatan Payakumbuh Timur adalah 12, dan kecamatan Lampasi Tigo Nagori adalah 1. Pada tingkat SMAMASMK rasio jumlah guru dengan murid pada tahun 2011 di kecamatan Payakumbuh Utara adalah 11, kecamatan Payakumbuh Barat adalah 9, kecamatan Payakumbuh Timur adalah 9 dan kecamatan Lampasi Tigo Nagori adalah 5. Rasio jumlah guru dengan murid ditingkat pendidikan dasar dan menengah menurut kecamatan pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.9 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2012 Menurut KecamatanKota Payakumbuh No Kecamatan SDMI SMPMTs SMAMASMK Jumlah Guru Jumlah Murid Rasi o Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio 1 Pyk Timur 206 3.360 16 192 2.316 12 321 2.973 9 2 Pyk Barat 261 4.635 17 217 2.658 12 498 5.404 10 3 Pyk Selatan 72 1.317 18 16 133 10 4 Pyk Utara 382 6.693 17 312 3.435 11 214 2.168 10 5 Lamposi 3 Nagori 85 1.193 14 32 58 2 63 386 6 Jumlah 1.006 17.198 17 753 8.467 11 1.112 11.064 10 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh h. Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Pendidikan Anak Usia Dini PAUD dapat dibagi kedalam 2 dua bagian yaitu 1 PAUD Non Formal yang dikelola dibawah yayasan dengan jenis a Taman Penipan Anak TPA dan b Kelompok Bermain KB dan 2 PAUD Renstra Diknas 37 Non Formal yang dikelola kelurahan dengan SatuanPAUD Sejenis SPS. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat gambaran PAUD Non Formal. Tabel 3.10 Jumlah Lembaga, Siswa Dan Tenaga Pendidik PAUD Non Formal Tahun 2009 - 2012 No Lembaga PAUD Non Formal 2009 2010 2011 2012 1 Taman Penitipan Anak TPA 1.1. Jumlah Lembaga 20 20 25 17 1.2. Jumlah Pendidik Orang 70 75 95 56 1.3. Jumlah Peserta Didik Menurut Umur Orang 0- 2 2- 4 4- 6 0-2 2-4 4- 6 0-2 2-4 4-6 0-2 2-4 4-6 13 8 97 39 199 73 7 205 89 16 250 93 18 2 Kelompok Bermain KB 2.1. Jumlah Lembaga 40 52 71 72 2.2. Jumlah Pendidik Orang 190 202 215 161 2.3. Jumlah Peserta Didik Menurut Umur Orang 0- 2 2- 4 4- 6 0-2 2-4 4- 6 0-2 2-4 4-6 0-2 2-4 4-6 25 159 150 334 622 26 8 424 635 421 430 325 241 3 Satuan PAUD Sejenis SPS 3.1. Jumlah Lembaga 11 11 15 27 3.2. Jumlah Pendidik Orang 40 43 64 69 3.3 Jumlah Peserta Didik Menurut Umur Orang 0- 2 2- 4 4- 6 0-2 2-4 4- 6 th 0-2 2-4 4-6 0-2 2-4 4- 6 th 17 2 182 40 73 149 12 9 125 285 166 320 244 674 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Dari tabel di atas memperlihatkan perkembangan data PAUD Non Formal dari tahun 2009 dan tahun 2012, dimana jumlah TPA pada tahun 2009 adalah 20 lembaga dengan jumlah peserta didik usia 1-2 tahun 199 orang, usia 2 - 4 tahun sebanyak 73 orang dan usia 4-6 tahun sebanyak 7 orang, pada Kelompok Bermain KB tahun 2009 jumlah lembaga 52 dengan peserta didik usia 1-2 tahun 334 orang, usia 2-4 tahun sebanyak 622 orang dan usia4-6 tahun sebanyak 368 orang berikuynya pada Satuan PAUD Sejenis SPS tahun 2009 terdapat 8lembaga dengan jumlah peserta didik usia 1-2 tahun 62 orang, usia 2-4 tahun sebanyak 119 orang dan usia 4-6 tahun sebanyak 82 orang. Pada tahun 2010 jumlah TPA adalah 20 lembaga dengan jumlah peserta didik usia 1-2 tahun 199 orang dan usia 2-4 tahun sebanyak 73 orang dan usia 4- Renstra Diknas 38 6 tahun sebanyak 7 orang, kemudian Kelompok Bermain KB tahun 2010 jumlah lembaga 52 dengan jumlah peserta didik usia 1-2 tahun 334 orang dan usia 2-4 tahun sebanyak 622 orang dan usia 4-6 tahun sebanyak 368 orang dan selanjutnya pada Satuan PAUD Sejenis SPS tahun 2010 terjadi kenaikan jumlah lembaga menjadi 8 dengan jumlah peserta didik usia 1-2 tahun 73 orang, usia 2-4 tahun sebanyak 149 orang dan usia 4-6 tahun sebanyak 129 orang. Tabel 3.11 Perkembangan Data PAUD Formal TK dan RA Jumlah Lembaga, Murid, Guru Tahun 2007 s.d 2012 Kota Payakumbuh No PAUD Formal Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Jumlah TKRA Lembaga 42 43 45 44 45 50 2. Jumlah Guru Orang 257 241 266 276 282 313 3. Jumlah Murid Orang 2.477 2.399 2.438 2.726 2.809 2.018 4. Jumlah Rombongan Belajar 125 137 139 154 163 160 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Dari tabel di atas terlihat perkembangan PAUD Formal baik dari segi jumlah TKRA, jumlah guru, jumlah murid dan jumlah rombongan belajar seperti jumlah TKRA pada tahun 2007 adalah 42 menjadi 44 lembaga di tahun 2010, tahun 2011 menjadi 45 lembaga, tahun 2012 menjadi 50 lembaga jumlah guru tahun 2007 sebanyak 257 orang dan tahun 2010 menjadi 276 orang kemudian diperkirakan tahun 2011 menjadi 282 orang,dan tahun 2012 menjadi 313 orang berikutnya jumlah murid tahun 2007 adalah 2.477 orang menjadi 2.726 orang di tahun 2010, tahun 2011 menjadi 2.809 tahun 2012 menjadi 2.018 orang selanjutnya jumlah rombongan belajar tahun 2007 adalah 125 menjadi 154 di tahun 2010 dan diperkirakan tahun 2011 menjadi 163 rombongan belajar, sedangkan di tahun 2012 menjadi 160 rombongan belajar. Renstra Diknas 39 i. Angka Putus Sekolah Angka Putus Sekolah menunjukkan jumlah dan persentase siswa untuk setiap tingkatan pendidikan SDMI, SMPMTs dan SMAMASMK yang tidak menyelesaikan pendidikannya. Indikator angka putus sekolah adalah melihat efisiensi belajar dari siswa dapat dilihat pada tabel di atas yang menggambarkan seberapa besar angka putus sekolah pada setiap jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan SDMI angka putus sekolah tahun 2007 sebesar 0,07 dan tahun berikutnya naik sampai menjadi 0,11 tahun 2010 dan tahun 2011 menjadi 0,04, tahun 2012 menjadi 0,09 pada jenjang pendidikan SMPMTs angka putus tahun 2007 sebesar 1,41 dan tahun terjadi penurunan hingga tahun 2010 menjadi 0,67 dan tahun 2011 sebesar 0,66, tahun 2012 menjadi 0,88 berikutnya pada jenjang pendidikan SMAMASMK angka putus sekolah 2007 sebesar 2,66 tahun berikutnya terjadi turun naik hingga tahun 2010 menjadi 2,12 dan tahun 2011 turun menjadi 2,06, tahun 2012 menjadi 1,20 Dari kondisi ini menunjukan pada pendidikan SMPMTs dan SMAMASMK yang menggambarkan tingkat efisiennya lebih bagus, dikarenakan angka putus sekolah dari tahun ke tahun semakin kecil dibandingkan dengan jenjang pendidikan SDMI yang angka putus sekolahnya semakin besar. Tabel 3.12 Angka Putus Sekolah Berdasarkan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2007 - 2012 No Jenjang Pendidikan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 SDMI 1.1. Jumlah Murid SDMI Orang 14.914 15.216 15.492 16.069 16.922 17.198 1.2. Jumlah Murid Putus Sekolah Orang 14 12 10 19 7 16 1.3. Persentase Angka Putus Sekolah 0,09 0,07 0,06 0,11 0,04 0,09 2 SMPMTs 2.1. Jumlah Murid SMPMTs Orang 5.831 7.125 7.555 8.085 8.029 8.467 Renstra Diknas 40 No Jenjang Pendidikan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2.2. Jumlah Murid Putus Sekolah Orang 104 95 90 54 134 75 2.3. Persentase Angka Putus Sekolah 1,78 1,33 1,19 0,66 1,66 0,88 3 SMAMASMK 3.1. Jumlah Murid SMAMASMK Orang 8.588 8.878 9.150 9.865 10.585 11.064 3.2. Jumlah Murid Putus Sekolah Orang 123 127 150 209 219 133 3.3. Persentase Angka Putus Sekolah 1,43 1,43 1,63 2,11 2,06 1,20 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh j. Angka Kelulusan Untuk melihat keberhasilan belajar dari siswa dapat dilihat pada tabel di atas yang menggambarkan tingkat kelulusan berdasarkan jenjang pendidikan, pada jenjang pendidikan SDMI lulusan pada tahun 2007 sebesar 100 dan tahun berikutnya terjadi turun naik sehingga tahun 2012 menjadi 100, pada jenjang pendidikan SMPMTs lulusan pada tahun 2007 sebesar 95,49 di tahun berikutnya juga terjadi turun naik dan tahun 2012 menjadi 97,70, berikutnya pada jenjang pendidikan SMAMASMK lulusan pada tahun 2007 sebesar 96,61 tahun berikutnya kondisi lulusan sampai tahun 2012 menjadi 99,48. Tabel 3.13 Angka Lulusan Siswa Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2007 - 2012 No Jenjang Pendidikan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 SDMI 1.1. Peserta UN Orang 2.066 2.295 2.282 2.163 2.148 2.394 1.2. Jumlah Lulusan Orang 2.029 2.285 2.282 2.162 2.148 2.394 1.3. Persentase Lulusan 98,20 99,56 100 99,95 100 100 2 SMPMTs 2.1. Peserta UN Orang 2.083 2.227 2.362 2.385 2.585 2.525 2.2. Jumlah Lulusan Orang 1.999 2.179 2.076 1.722 2.489 2.467 Renstra Diknas 41 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh k. Guru yang memenuhi kualifikasi S1D.IV Peningkatan mutu pendidikan dapatdilihat melihat kualifikasi guru dengan standar S1D4 dari jumlah guru yang ada pada setiap jenjang pendidikan.Kondisi pada tahun 2011 pada jenjang pendidikan TKRA dengan jumlah guru 278 orang yang memiliki kualifikasi S1D4 sebanyak 27 orang dengan rasio 9,72 , jenjang pendidikan SDMI jumlah guru 1.027 orang dengan kualifikasi S1D4 sebanyak 590 orang dengan rasio 57.45, jenis pendidikan SLB jumlah guru 75 orang dengan kualifikasi S1D4 34 orang dengan rasio 45,34 , jenjang pendidikan SMPMTs jumlah guru 726 orang dengan kualifikasi S1D4 sebanyak 588 orang dengan rasio 80.10 dan jenjang pendidikan SMAMASMK jumlah guru 1.106 orang dengan kualifikasi S1D4 sebanyak 1.005 orang dengan rasio 90.87. Perkembangan jumlah guru yang memenuhi kulaifikasi S1D.IV dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.14 Jumlah Guru Yang Berkualifikasi S1D4 Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2011 - 2012 No Jenjang Pendidikan Tahun 2011 Tahun 2012 1 TKRA 1.1. Jumlah Guru Orang 278 313 1.2. Guru Berkualifikasi S1D4 Orang 27 105 1.3. Rasio 9,72 33,54 2 SDMI 2.1. Jumlah Guru Orang 1.027 1.006 2.2. Guru Berkualifikasi Orang 590 626 2.3. Rasio 57,45 62,22 2.3. Persentase Lulusan 95,96 97,84 87,89 72,20 96,28 97,70 3 SMAMASMK 3.1. Peserta UN Orang 2.584 2.490 2.662 2.770 2.943 3.133 3.2. Jumlah Lulusan Orang 2.499 2.239 2.545 2.332 2.937 3.117 3.3. Persentase Lulusan 96,71 89,91 95,60 84,13 99,79 99,48 Renstra Diknas 42 3 SLB 3.1. Jumlah Guru Orang 64 85 3.2. Guru Berkualifikasi Orang 34 66 3.3. Rasio 77,64 4 SMPMTs 4.1. Jumlah Guru Orang 726 753 4.2. Guru Berkualifikasi Orang 588 630 4.3. Rasio 80,10 83,66 5 SMAMASMK 5.1. Jumlah Guru Orang 1.106 1.112 5.2. Guru Berkualifikasi Orang 1005 1.002 5.3. Rasio 90,87 90,11 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Untuk memperoleh tambahan kesejahteraan, guru berkualifikasi S1D4 harus mendapatkan sertifikasi yang bertujuan untuk meningkatan mutu pendidikan yang lebih baik.Adapun kondisi guru yang memperoleh sertifikasi sejak tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah pada jenjang pendidikan TK sampai tahun 2012 dengan jumlah guru 294 orang yang bersertifikasi 27 orang dengan rasio 20,07, jenjang pendidikan SD tahun 2012 jumlah guru 961 orang yang bersertifikasi 450 orang dengan rasio 46,82, jenjang pendidikan SLB tahun 2012 jumlah guru 85 orang yang bersertifikasi 40 orang dengan rasio 47,06. jenjang pendidikan SMP tahun 2012 jumlah guru 553 orang yang bersertifikasi 338 orang dengan rasio 61,12, jenjang pendidikan SMA tahun 2012 jumlah guru 382 orang yang bersertifikasi 255 orang dengan rasio 66,75, jenjang pendidikan SMK tahun 2012 jumlah guru 550 orang yang bersertifikasi 321 orang dengan rasio 58,36. Dan pada pengawas sekolah tahun 2012 dengan jumlah pengawas sekolah 24 orang yang bersertifikasi 24 orang dengan rasio 100 . Perkembangan jumlah guru yang memiliki sertifikasi dari tahun 2006 – 2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Renstra Diknas 43 Tabel 3.15 Jumlah Guru Yang Bersertifikasi Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2006 - 2011 No Jenjang Pendidikan Tahun Total 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 TK 1.1. Jumlah Guru Orang 192 257 241 266 274 294 294 294 1.2. Guru Bersertifikasi Orang 2 3 5 14 27 51 1.3. Rasio 0,78 1,13 1,83 4,77 10,62 20,07 2 SD 2.1. Jumlah Guru Orang 845 919 935 877 947 972 961 961 2.2. Guru Bersertifikasi Orang 12 73 20 41 117 113 81 450 2.3. Rasio 1,42 7,95 2,14 4,68 12,36 11,63 8,42 46,82 3 SLB 3.1. Jumlah Guru Orang 42 42 47 49 64 69 85 85 3.2. Guru Bersertifikasi Orang 5 2 3 8 13 7 40 3.3. Rasio 0 11,91 4,26 6,13 12,5 18,84 8,23 47,05 4 SMP 4.1. Jumlah Guru Orang 509 517 531 536 519 522 553 553 4.2. Guru Bersertifikasi Orang 6 51 34 54 112 65 26 338 4.3. Rasio 1,18 9,87 6,41 10,08 21,58 12,46 4,70 61,12 5 SMA 5.1. Jumlah Guru Orang 306 312 338 359 365 380 382 382 5.2. Guru Bersertifikasi Orang 41 32 53 26 40 48 255 5.3. Rasio 0 13,15 9,47 14,77 7,13 10,53 12,56 66,75 6 SMK 6.1. Jumlah Guru Orang 521 502 543 518 526 530 550 550 6.2. Guru Bersertifikasi Orang 46 57 80 35 64 45 321 6.3. Rasio 9,17 10,50 15,45 6,66 12,08 8,18 58,36 7 Pengawas Sekolah 7.1. Jumlah Pengawas Orang 12 12 12 12 18 18 24 24 7.2. Guru Bersertifikasi Orang 1 1 9 1 2 24 73. Rasio 8,34 8,34 75 5,56 11,12 100 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Renstra Diknas 44 l. Perkembangan Perguruan Tinggi di Payakumbuh Payakumbuh juga memiliki delapan Perguruan Tinggi yang tersebar di lima kecamatan yang terus berkembang, data kedelapan perguruan tinggi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.16 Perguruan Tinggi di Kota Payakumbuh tahun 2011 No Nama Perguruan Tinggi Lokal Mahasiswa Dosen 1 Fakultas Pertanian Muhammadyah 5 85 33 2 STKIP Abdi Pendidikan 10 1.441 67 3 STT payakumbuh 13 418 33 4 STIT Payakumbuh 7 464 34 5 Akademi Kebidanan Widya Husada 9 385 38 6 STIH Putri Maharaja 3 120 22 7 UNAND Kampus II Payakumbuh 4 237 42 8 STAI Darul Qur’an 3 52 38 Sumber : Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2012 Keberadaan perguruan tinggi ini diharapkan dapat memberikan dampak yang luas bagi masyarakat Payakumbuh multiplier effect baik dari segi peningkatan kualitas manusia, peningkatan taraf ekonomi dan sosial budaya. Perguruan tinggi tidak hanya menampung mahasiswa yang berasal dari kota Payakumbuh tapi juga dari daerah lain seperti : kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Sinjunjung dan lainnya, sehingga hal ini juga menjadi peluang pengembangan ekonomi masyarakat kota Payakumbuh. Dari tabel diatas menunjukan kemajuan yang telah dicapai selama ini, kemudian untuk lebih meningkatkan keberhasilan yang lebih tinggi perlu melihat kondisi yang ada di lapangan dengan berdasarkan isu-isu strategis, unsur dan aspek yang mendasar dalam menentukan arah seta tujuan pembangunan pendidikan Kota Payakumbuh kedepan. Dengan demikian, isu-isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan Renstra Diknas 45 perencanaan pendidikan karena dampaknya yang signifikan bagi pendidikan di daerah baik pada waktu sekarang maupun dimasa mendatang. Ini berarti bahwa, apabila isu-isu strategis ini tidak diantisipasi secara baik, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau dapat menghilangkan peluang untuk meningkatkan proses pembangunan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Oleh karena itu, analisis ini juga merupakan bagian penting dan perlu dipertimbangkan dalam menentukan visi, misi, arah dan prioritas pendidikan jangka menengah Kota Payakumbuh untuk periode 5 tahun mendatang. Perumusan permasalahan ini penting untuk mendefinisikan visi dan misi pendidikan Kota Payakumbuh untuk selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan dan sasaran dan dituangkan dalam berbagai program dan kegiatan. Permasalahan pendidikan di Kota Payakumbuh diidentifikasi berdasarkan interaksi dan dinamika perkembangan berbagai sektor yang terjadi baik pada skala lokal, regional, dan nasional maupun global. Permasalahan pokok pendidikan Kota Payakumbuh pada dasarnya mencakup beberapa aspek, yang menyangkut dengan kendala dan tantangan yang harus segera dipecahkan dalam mendorong proses pendidikan di masa depan. Permasalahan tersebut meliputi beberapa hal yaitu sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, masyarakat, orang tua serta stake holder pemerhati pendidikan. Sedangkan kendala dan tantangan masalah sarana prasarana dan sumber daya manusia adalah berbagai permasalahan pokok yang harus segera ditanggulangi untuk dapat mendorong proses pembangunan pendidikan secara terarah dan berkelanjutan. Permasalahan pokok pendidikan yang dihadapi oleh Kota Payakumbuh sekarang ini antara lain adalah : 1. Belum terwujudnya kualitas pemerataan dan relevansi pendidikan di semua wilayah Kota Payakumbuh, sehingga ditemukan adanya wilayah yang belum mempunyai sekolah pada jenjang pendidikan tertentu, yang menimbulkan kesulitan bagi siswa dan orang tua dalam akses pendidikan dan selama 5 tahun kedepan semua wilayah kota Payakumbuh sudah memiliki sekolah pada setiap jenjang pendidikan 2. Belum meratanya mutu sarana prasarana pada jenjang pendidikan tertentu seperti kurangnya laboratorium di SMA, perlunya rehabilitasi Renstra Diknas 46 ruang kelas SD, SMP dan SMA, dan SMK, Kurangnya perpustakan SMA, kurangnya mobiler SD, SMP dan SMASMK belum lengkapnya alat prakatek dan praga siswa di SMP dan SMASMA, kurangnya ruang kelas di SD, SMP dan SMASMK serta kurangnya sanitasi dan kebersihan di semua jenjang sekolah, kemudian kurangnya buku pokok siswa. kualifikasi pendidik belum semuanya S1D4 dan proses belajar mengajar yang memunculkan istilah sekolah favorit di kalangan siswa dan orang tua, Kondisi ini menimbulkan situasi yang kurang kondusif di tengah masyarakat. Sehingga berpengaruh pada mutu lulusan dari sisi intelektualitas,. Permasalahan ini berhubungan dengan kurikulum yang ada dan juga belum terciptanya pendidikan yang terintegrasi antara pendidikan di rumah, sekolah dan lingkungan yang juga berkontribusi besar dalam pembentukan pribadi siswa. 3. Belum meratanya mutu sekolah pada jenjang pendidikan tertentu memunculkan istilah sekolah favorit di kalangan siswa dan orang tua, Kondisi ini menimbulkan situasi yang kurang kondusif di tengah masyarakat. Hal ini juga mempengaruhi pada proses belajar dan mutu lulusan. 4. Peningkatan mutu lulusan dari sisi intelektualitas, harus diimbangi dengan pembentukan karakter peserta didik. Perkembangan informasi dan teknologi bila tidak disikapi dengan bijak akan menimbulkan kemerosotan moral dan penyimpangan perilaku peserta didik dan untuk mengantisipasi hal tersebut kita juga berupaya melakukan peningkatan kepribadian dan moralitas siswa untuk mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas dan berakhlak mulia dengan system pendidikan beraklak mulia. Permasalahan ini juga berhubungan dengan kurikulum yang ada dan belum terciptanya pendidikan yang terintegrasi antara pendidikan di rumah, sekolah dan lingkungan yang juga berkontribusi besar dalam pembentukan pribadi siswa 5. Belum cukup perangkat IT di semua jenjang pendidikan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam mempergunakan perangakat IT tersebut. 6. Rencana pemakaian kurikulum baru kurikulum 2013 yang sampai saat ini belum tuntas akan berdampak terhadap kelangsungan PBM dan Renstra Diknas 47 kebingungan dalam aplikasinya oleh para pendidik dan tenaga kependidikan. 7. Keberhasilkan Kota Payakumbuh dalam menerapkan system pendidikan inklusi harus disikap dengan lebih memberikan kesempatan dan perluasan akses pelayanan pendidikan inklusi dan disinergikan dengan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan pendidikan inklusi tersebut disekolah umum. 8. Penerapan 8 standar nasional pendidikan sebagai upaya meningkatkan mutu dan meningkatkan penjaminan mutu sewajarnya berimplikasi terhadap mutu pencatatan, tertib pengolahan, dan tertib sistem dokumentasi data. Meningkatnya usaha penjaminan mutu perlu diikuti dengan semakin transparannya target mutu, alat ukur pencapaian target, pelaksanaan pengukuran, pengolahan data hasil pengukuran, penafsiran data, analisis tindak lanjut, dan dokumentasi. 9. Penuntasan program wajar pendidikan dasar 9 tahun yang akan sudah harus bisa tercapai pada tahun 2017. Dilihat dari angka putus sekolah pada pendidikan dasar pada tahun 2012 yang masih berkisar antaara 0,09 pada jenjang pendidikan SDMI dan untuk SMPMTs angka putus sebesar 1,41 10. Penyediaan dana untuk pengembangan sekolah dalam bentuk sekolah berasrama Boarding School sebagai sekolah yang menampung siswa untuk yang diinapkan di sekolah yang bertujuan menciptakan suatu bentuk system pendidikan yang terpadu dimana seluruh aktifitas belajar dapat terlaksana sepanjang hari full day sehingga menjadi kegiatan terjadwal dengan baik. 11. Dengan dihapuskannya system RSBI dengan keputusan MA , yang berdampak akan menyebabkan penurunan kualitas dan mutu sekolah eks RSBI harus dapat disikapi dengan baik. Penghapusan RSBI tidak mutlak harus menghenti semua system yang diatur dalam RSBI tetapi diharapkan tetap bisa mengadopsi bagian dari system yang perlu dipertahankan. 12. Dampak peningkatan mutu, kualitas dan kompetensi pendidikan dan tenaga kependidikan dengan adanya sertifikasi guru dan pemberian tunjangan profesi. Untuk mendapatkan sertifikasi setiap guru diwajib mengajar 24 jam dalam seminggu dan membuat berbagai bentuk laporan Renstra Diknas 48 administrasi atau guru harus mencarikan tambahan mengajar di sekolah lain untuk memenuhi kewajiban 24 jam tersebut, yang menyebabkan guru larut dalam proses menyelesaikan proses administrasi dan mengejar target jam sehingga proses PBM yang seharus dilaksanakan guru dengan baik sebagai bentuk profesionalisme yang dituntut dalam sertifikasi justru tidak tercapai. 13. Partisipasi Dewan Pendidikan dan stakeholders lainnya dalam pengembangan pendidikan yang diharapkan dapat terus meningkat dan memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan pendidikan, pemerataan mutu dan perluasan akses pelayanan. 14. Penanaman nilai-nilai adat dan budaya sedini mungkin kepada peserta didik dan pemeliharaan warisan budaya yang dapat dijadikan sumber pembelajaran bagi peserta didik. 15. Sumber Daya Manusia  Jumlah sumber daya manusia atau personil belum mencukupi terutama untuk tenaga teknis administrasi perkantoran dan operator jaringan;  Masih lemahnya pemahaman personil terhadap peraturan perundang- undangan dan regulasi yang ada;  Belum semua pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi kualifikasi sesesuai dengan Standar Nasional Pendidikan;  Belum adanya sistem pelatihan dan pengembangan berbasis kompetensi. 16. Prosedur dalam pelayanan publik belum optimal, SOP belum tersusun dan belum terlaksananya kajian IKM 17. Pola pikir personil yang partial, berorientasi hasil, kurang inovatif dan belum memiliki semangat reformasi birokrasi 18. Sarana prasarana peralatan kerja yang tidak memadai 19. Ketersediaan sarana prasarana sekolah terutama mobiler dan alat-alat labor serta perpustakaan 3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Dari Visi Kepala Daerah terpilih Terwujudnya Payakumbuh Menjadi Kota Yang Maju, Sejahtera Dan Religius, Pro Rakyat, Berbasis Ilmu Pengetahuan Dan Pendidikan Yang Berlandaskan Kepada Adat Basandi Renstra Diknas 49 Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dengam misi kemudian dituangkan ke dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah, Pemerintah Kota Payakumbuh yang menetapkan 9 sembilan prioritas pembangunan yang diterapkan dalam RPJMD Kota Payakumbuh 2013-2017 serta kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan. Salah satu dari 9 sembilan prioritas tersebut Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh termasuk dalam perencanaan pembangunan antara lain dengan “ Mewujudkan Pendidikan yang Merata, Berkualitas dan Berkarakter Menuju Sumber Daya Manusia yang Berilmu dan Bermoral ” Misi 4. Upaya untuk menjadikan Payakumbuh sebagai pusat pendidikan di Sumatera Barat dalam lima tahun mendatang, sesuai dengan misi 4 RPJMD Kota Payakumbuh tahun 2012 – 2017 difokuskan pada: 1. Meningkatkan pemerataan dan akses pelayanan pendidikan 2. Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan; 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan berakhlak mulia; 4. Meningkatkan kualifikasi dan kompentensi pendidik dan tenaga kependidikan; 5. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi 3.3.Telahaan RenstraKL dan Renstra ProvinsiKabupatenKota Cita-cita Kemendiknas dalam pembangunan pendidikan nasional lebih menekankan pada pendidikan transformatif, yaitu menjadikan pendidikan sebagai motor penggerak perubahan dari masyarakat berkembang menuju masyarakat maju. Pembentukan masyarakat maju selalu diikuti oleh proses transformasi struktural, yang menandai suatu perubahan dari masyarakat yang potensi kemanusiannya kurang berkembang menuju masyarakat maju dan berkembang yang mengaktualisasikan potensi kemanusiannya secara optimal. Bahkan, pada era global sekarang, transformasi itu berjalan dengan sangat cepat yang kemudian mengantarkan masyarakat Indonesia pada masyarakat berbasis pengetahuan dengan tema pembangunan 2010-2014 difokuskan pada penguatan layanan pendidikan. Sejalan dengan fokus tersebut, Visi Kemendiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan indonesia cerdas komprehensif. Renstra Diknas 50 Yang dimaksud dengan layanan prima pendidikan nasional adalah layanan pendidikan yang: 1. tersedia secara merata di seluruh pelosok nusantara; 2. terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 3. berkualitasbermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan bermasyarakat, dunia usaha, dan dunia industri; 4. setara bagi warga negara Indonesia dalam memperoleh pendidikan berkualitas dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial- budaya, ekonomi, geografi, gender, dan sebagainya; dan 5. menjamin kepastian bagi warga negara Indonesia mengenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri. Dengan demikian visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sejalan dengan yang tertuang dengan RPJMD Kota Payakumbuh dan Rentra Dinas Pendidikan yang mengutamakan pelayanan publik menyangkut daya tampung siswa, peningkatan mutu dan relevansinya serta kepastian warga Negara memperoleh pendidikan. 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dari segi telaahan RTRW dalam pelaksanaan fungsi pelayanan, Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh telah membuat mapping sekolah sebagai salah satu bentuk pencapaian tujuan dan sasaran pemerataan akses pelayanan dan mutu pendidikan di Kota Payakumbuh. Pengembangan sekolah dimungkinkan didaerah-daerah pertumbuhan baru dan daerah pemungkiman yang sedang berkembang pesat di Kota Payakumbuh. Dengan dengan ada perkembangan daerah pemungkiman baru diharapkan ada regulasi dari Pemerintah Kota Payakumbuh mensyaratkan pengembang atau investor menyediakan tanah untuk pengembangan pendidikan mengantisipasi pertumbuhan penduuduk dan pertambahan Renstra Diknas 51 penduduk usia sekolah. Peruntukan kawasan untuk industry, sector perdagangan dan sector jasa lainnya juga perlu memperhatikan kebutuhan pengembangan sarana prasarana pendidikan guna mewujudkan pemerataan akses pelayanan dan mutu pendidikan. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan tetap memperhatian Perda RTRW dan pelestarian lingkungan dengan pola pembangunan berwawasan lingkungan sebagaimana juga diatur dengan Pemendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah SDMI, Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah SMPMTs, dan Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah SMAMA

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis.