103
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
● Guru menugaskan peserta didik membaca sumber tentang konsep Ketuhanan yang maha Esa dalam agama Buddha
● Guru menugaskan peserta didik untuk mendiskusikan hakikat Tuhan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha
● Peserta didik menunjukkan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kitab udana VIII
● Guru mengevaluasi Ketuhanan Yang maha Esa dalam agama Buddha
Sebelum materi ini disampaikan, Guru mengajak peserta didik untuk melakukan hening meditasi sejenak
G. Materi Pembelajaran
Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Udana VIII
Agama Buddha adalah religi humanistis, berpusat pada diri manusia sendiri dengan segala kekuatan yang dapat dikembangkan hingga mencapai kesempurnaan,
berbeda dengan religi otoriter, yang menghendaki kepasrahan, penyerahan dan keter- gantungan terhadap kekuatan di luar manusia. Buddha mengajarkan Ketuhanan tanpa
menyebut nama Tuhan, Tuhan Yang Tanpa Batas, tidak terjangkau oleh alam pikiran manusia. Pemberian nama akan memberi pembatasan kepada Yang Tidak Terbatas.
Demikian pula Yang Tanpa Batas ini dideinisikan maka sudah bukan Tanpa Batas lagi.
Dalam agama Buddha Tuhan tidak dipandang sebagai pribadi personiikasi, tidak bersifat antropomorisme diberikan pengertian ciri-ciri yang berasal dari wujud
wadak manusia, dan tidak pula bersifat antropopatisme diberikan pengertian yang berasal dari perasaan manusia seperti marah, benci dan sebagainya. Buddha tidak
mengajarkan Teisme fatalistis dan determinis yang menempatkan satu kekuasan adikodrati yang merencanakan dan menakdirkan hidup semua makhluk. Hal ini
mengingkari kehendak bebas manusia dan meniadakan tanggung jawab moral atas perbuatan manusia itu sendiri. Jika ada suatu makhluk yang merancang kehidupan
makhluk di seluruh dunia, kebahagiaan-kesengsaraan, perbuatan baik-perbuatan bu-
104
Buku Guru Kelas VII SMP
ruk, maka manusia hanya sebagai wayang, dan bertanggung jawab sepenuhnya adalah makhluk itu sebagai dalang Jataka V, 238. Konsep Ketuhan dalam agama Buddha
tidak mengenal dualisme. Buddha melihat Tuhan Yang Maha Esa sebagai Yang Mutlak, Maha Tinggi, Maha Luhur, Maha Suci, Maha Sempurna, kekal, Tanpa awal dan Tanpa
akhir, yang tidak bisa dijangkau oleh logika maupun imajinasi manusia.
Tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Tuhan Yang Maha Esa, kecuali ia adalah Yang Mutlak, seperti dalam penjelasan Buddha Gotama sendiri:
“O, bhikkhu, ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Jika seandainya saja, O, bhikkhu, tidak ada sesuatu yang tidak dilahir-
kan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang
lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pem-
bentukan, pemunculan dari sebab yang lalu” Udana bab VIII Parinibbana Sutta 3.
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha Gotama yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII:3 yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
agama Buddha. Ketuhanan Yang Maha Esa dalam bahasa Pali adalah “Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang” yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak
Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku anatta
, yang tidak dapat dipersoniikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang
Mutlak, yang tidak berkondisi asankhata maka manusia yang berkondisi sankhata dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan samsara dengan bermeditasi.
Konsep Adi Buddha
Sebutan Adi Buddha berasal dari tradisi Aisvarika, aliran Mahayana di Nepal. Adi Buddha merupakan Buddha primordial, yang dinamakan juga Paramadi Buddha
Buddha yang pertama, Ada Buddha Buddha dari permulaan, Anadi Buddha Bud- dha yang tidak diciptakan, Uru Buddha Buddha dari segala Buddha, Swayambu
Yang ada dengan sendirinya, dan Sanghyang Adwaya Tidak ada duanya yang kesemuanya menunjuk pada sifat dari Tuhan yang satu. Konsep Adi Buddha terdapat
dalam Kitab Namasangiti, Karanda-vyuha, Svayambhu Purana, Maha Vairocanab- hisam bodhi Buddhodharta Sri Kalacakra Sutta, Sanghyang Kamahanayikan.
105
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 yang merupakan perubahan atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974, sebagaimana
diturunkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1975 tentang sumpah janji Pegawai Negeri Sipil, dalam mengucapkan sumpahjanji bagi
yang beragama Buddha, kata-kata “Demi Allah” diganti dengan “Demi Sang Hyang Adi Buddha”.
Releksi
Sebagai bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, kita harus meyakini adanya Tuhan. Meskipun sebutan Tuhan dalam
agama Buddha bermacam-macam, tetapi kita yakin bahwa Tuhan itu Esa. Diskusikan bersama dengan teman-temanmu tentang konsep Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut agama Buddha. Diskusikan bersama temanmu bagaimana merasakan adanya Tuhan dalam
kehidupanmu.
Petunjuk Guru:
a. Guru membentuk kelompok diskusi. b. Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan di atas, bertukar informasi dengan
sesama anggota. c. Siswa memaparkanmembaca hasil diskusi bersama kelompoknya.
d. Karena pertanyaan di atas adalah jenis pertanyaan terbuka, sehingga guru cukup mendengarkan alasan atas jawaban siswa. Pancinglah siswa untuk memberikan
banyak alasan dengan pertanyaan lanjutan. e. Guru menyimak, menyimpulkan, dan menyempurnakan hasil diskusi.
f. Guru mengumumkan kelompok terbaik hari itu.
H. Pelaksanaan Pembelajaran