Analisis dengan GC-MS HASIL DAN PEMBAHASAN

atsiri dari simplisia temu kunci adalah sebesar 0,8533. Hal ini disebabkan pada identifikasi minyak atsiri dengan GC-MS diperoleh komponen senyawa kimia dari minyak atsiri rimpang temu kunci segar lebih banyak dibandingkan dengan minyak atsiri simplisia temu kunci. Menurut Armando, bobot jenis merupakan salah satu kriteria paling penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Bobot jenis sering dihubungkan dengan berat komponen yang terkandung di dalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, semakin besar pula nilai bobot jenisnya.

4.4 Analisis dengan GC-MS

Hasil analisis dengan GC-MS minyak atsiri dari rimpang temu kunci segar diperoleh 11 puncak utama dari 31 puncak pada kromatogram GC yaitu kamfor, 1,8-sineol, nerol, metil sinamat, trans- β-osimen, kamfen, sitral, 1-limonen, kamfen hidrat, linalool, z-sitral. Hasil analisis dengan GC-MS minyak atsiri dari simplisia temu kunci diperoleh 9 puncak utama dari 26 puncak pada kromatogram GC yaitu β-osimen, 1,8-sineol, kamfor, nerol, kamfen, 1-limonen, metil sinamat, linalool, dan kamfen hidrat. Hasil analisis dengan GC-MS minyak atsiri dari rimpang temu kunci segar dan kering dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19-20, halaman 72-82. Tabel 4.4 Waktu tambat dan kadar komponen minyak atsiri hasil analisis GC-MS dari rimpang temu kunci segar Universitas Sumatera Utara No Nama Komponen Waktu tambat menit Rumus molekul Berat molekul Kadar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kamfen 1-Limonen 1,8-Sineol Trans- β-Osimen Linalool Kamfor Kamfen Hidrat Z-Sitral Nerol Sitral Metil Sinamat 3,666 4,968 5,045 5,288 6,372 7,590 7,650 9,847 10,186 10,607 13,581 C 10 H C 16 10 H C 16 10 H 18 C O 10 H C 16 10 H 18 C O 10 H 16 C O 10 H 18 C O 10 H 16 C O 10 H 18 C O 10 H 16 C O 10 H 10 O 136 2 136 154 136 154 152 154 152 154 152 162 6,83 4,39 14,83 8,22 3,91 21,20 4,18 2,39 10,48 5,12 8,28 Tabel 4.5 Waktu tambat dan kadar komponen minyak atsiri hasil analisis GC-MS dari simplisia temu kunci No Nama Komponen Waktu tambat menit Rumus molekul Berat molekul Kadar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kamfen 1-Limonen 1,8-Sineol Trans- β-Osimen Linalool Kamfor Kamfen Hidrat Nerol Metil Sinamat 3,656 4,955 5,029 5,307 6,357 7.552 7,624 10,180 13,558 C 10 H C 16 10 H C 16 10 H 18 C O 10 H C 16 10 H 18 C O 10 H C 16 10 H 18 C O 10 H 18 C O 10 H 10 136 O 136 154 136 154 136 154 154 162 6,81 3,65 17,50 25,30 2,48 16,24 2,29 13,20 3,52 Berdasarkan Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 di atas dapat disimpulkan bahwa komponen minyak atsiri dari simplisia temu kunci kehilangan komponen z-sitral dan sitral dari rimpang temu kunci segar. Dapat dilihat pula adanya perbedaan kadar antara komponen yang satu dengan yang lain. Salah satu contohnya adalah kamfor pada minyak atsiri rimpang temu kunci segar memiliki kadar 21,20 sementara pada minyak atsiri simplisia temu kunci mengalami penurunan kadar menjadi 16,24. Demikian pula dengan komponen lain yang sama namun Universitas Sumatera Utara memiliki kadar yang berbeda. Hal ini dapat di sebabkan oleh lamanya sampel terpapar dengan udara yang dapat menyebabkan sampel mengalami penguapan sehingga terjadi penguapan pada komponen minyak atsiri yang lebih mudah menguap. Perubahan minyak atsiri juga dapat terjadi karena adanya proses reaksi konjugasi, hidrolisis, reduksi dan juga oksidasi. Tempat penyimpanan sampel dapat mempengaruhi penyusutan dan komponen dari minyak atsiri Guenther, 1987.

4.5 Analisis dan Fragmentasi Hasil Spektrometri Massa