5.Sarana dan pra-sarana hiburan yang sangat menonjolkan unsur kekerasan dan topik negatif lainnya Manik, 1999 : 35
E. Korban Dan Pelaku Kekerasan Terhadap Anak E.1 Korban
Pada dasarnya setiap anak dan perempuan dapat menjadi korban tindak kekerasan termasuk:
1. Anak-anak dari keluarga miskin yang berasal dari pedesaan atau daerah kumuh perkotaan.
2. Anak-anak dengan pendidikan terbatas. 3. Anak-anak yang tinggal dengan masalah ekonomi, politik dan sosial yang
serius. 4.Anak-anak yang putus sekolah.
5.Korban kekerasanfisik, psikis, seksual 6.Anak-anak yang mendapat tekanan untuk bekerja dari orangtua atau
lingkungannya. 7.Anak-anak yang ingin mencari pekerjaan anak yang beraktifitas di jalan,
terminal, stasiun kereta api, pelabuhan, lampu merah dan pasar. Kementrian Koordinator Bidang Kesra RI, 2003 : 3
Universitas Sumatera Utara
E.2. Pelaku
Pelaku atau orang yang melakukan tindak kekerasan terhadap anak jalanan adalah semua orang yang berada di lingkungan kehidupan anak tersebut, seperti :
1. Orang tua kandung karena kasus perceraian, ketidakmampuan ekonomi dan kurangnya pendidikan.
2. Orang tua yang tidak menghendaki kelahiran anak. 3. Orang tua tiri atau saudara tiri.
4. Teman-teman sebaya. 5.Orang-orang yang berinteraksi di lingkungan jalanan terminal, stasiun kereta
api, pasar, pelabuhan, penjual asongan.Rosenberg, 2003 : 23.
G. Dampak Kekerasan
Akibat yang ditimbulkan dari kekerasan pada anak jalanan dapat dilihat dalam dua bagian, yaitu yang dilihat dalam jangka waktu pendek dan akibat baru
muncul setelah melewati rentang waktu panjang lama. a. Dampak jangka pendek, adalah dampak yang muncul seketika itu juga ketika
anak mengalami tindak kekerasan, hal ini dapat berupa : •
Munculnya rasa takut yang berlebihan •
Anak yang menjadi korban akan menarik diri dari kehidupan sosial. •
Bila kekerasan merupakan kekerasan emosional, maka akan muncul ketidaknyamanan merasa tertekan batin, stress bahkan frustasi.
• Bila kekerasan berupa kekerasan fisik, maka anak akan merasa kesakitan,
luka bahkan dapat berakibat kematian.
Universitas Sumatera Utara
• Dalam kasus pelecehan seksual dan perkosaan, anak perempuan korban
kekerasan dapat menderita kehamilan tidak diinginkan, dan beban mental menanggung rasa malu kepada lingkungan sosialnya.
b. Dampak jangka panjang, adalah kondisi yang muncul dalam jangka waktu yang cukup lama setelah kejadian kekerasan atau bahkan dapat melekat selama
hidup korban, hal ini dapat berupa : •
Trauma terhadap hal-hal yang dirasakan berhubungan dengan kekerasan yang pernah dialaminya.
• Perasaan curiga yang berlebihanparanoid pada orang-orang yang
disekitarnya. •
Hilangnya kepercayaan diri dan stress berat sampai dengan depresi. •
Kecacatan fisik permanen, bila kekerasan dilakukan disertai dengan kekerasan fisik yang berlebihan.
H.Kerangka Pemikiran
Dalam memaparkan pengertian anak jalanan ini, perlu adanya batasan tentang anak. Anak jalanan merupakan suatu pribadi dan dunia tersendiri yang
berbeda dengan dunia anak-anak lain. Sebagai suatu dunia di dalamnya terdapat mekanisme hidup yang khas seperti cara berinteraksi, berkomunikasi, berperilaku,
berkelompok, dan bertahan hidup. Mekanisme tersebut terbentuk dari proses interaksi dengan cara hidup di
jalanan dan umumnya berinteraksi dengan orang-orang yang berada di jalanan oleh karena itu siapapun yang bekerja dengan anak jalanan dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
mencapai perubahan-perubahan yang diinginkan harus memahami mekanisme hidup mereka tersebut Gempita, 2005: 13.
Anak jalanan sering diidentifikasikan sebagai anak yang bebas, liar, tidak mau diatur, melakukan kegiatan negatif seperti mencuri, berkelahi, mabuk,
menggunakan obat-obatan terlarang, melakukan hubungan seks dan lain-lain. Kondisi ini muncul karena hubungan dengan orangtua renggang bahkan
sebahagian telah putus. Mereka berada dijalanan tanpa kontrol dan perhatian, bahkan diantaranya ada yang justru diusir orangtua atau sengaja meninggalkan
rumah. Hidup tanpa adanya orangtua memungkinkan anak bebas melakukan apa sajawww.komisihukum.co.id.
Budaya dalam kehidupan anak jalanan terbangun dari interaksi mereka selama berada di jalanan yang sudah pasti berbeda dengan budaya yang ada di
masyarakat”normal”. Sub kultur menjadi sebutan bagi budaya yang lahir tersebut sering menjadi pegangan bagi orang yang masih hidup dalam komunitas tersebut
menjadi hukum todak tertulis yang patut dipatuhi. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan beberapa pendamping di Medan, ada beberapa
sifat khas yang dimiliki oleh anak jalanan yaitu : rasa solidaritas yang tinggi, ulet dalam bekerja walaupun usia mereka masih tergolong muda, mandiri, tidak perlu
identitas dalam bentuk formal, rasa ingin tahu dan kreatifitas yang tinggi, keinginan akan kebebasan yang tinggi tanpa aturan formal yang mengikat Edy
Ikhsan, dkk, 2004 : 1. Pada awal kajian tentang anak jalanan, persoalan kemiskinan ekonomi
keluarga sering disebut sebagai penyebab utama munculnya anak jalanan Putranto, 1992. Hubungan kemiskinan dengan faktor-faktor lain yang membuat
Universitas Sumatera Utara
anak-anak beresiko turun ke jalan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang membuat anak beresiko menjadi anak jalanan antara lain; faktor keluarga dan
faktor lingkungan. Hasil pengumpulan survei dilapangan menunjukkan bahwa kekerasan
yang terjadi dalam keluarga menjadi faktor penting yang mendorong anak untuk turun ke jalan disamping faktor lingkungan. Motif kekerasan terhadap anak dapat
terkait dengan masalah ekonomi. Hal ini bisa terjadi ketika sebuah keluarga mengalami berbagai masalah akibat beban ekonomi yang tidak
tertahankan.Sebagian atau seluruh masalah keluarga kemudian terpaksa dibebankan pada anak-anak mereka. Bentuk pelimpahan beban itu bukan saja
memaksa anak bekerja,tetapi bisa juga menjadikan anak sebagai sasaran pelampiasan kekesalan terhadap keadaan. Ketika si anak sudah menjadi sasaran
pelampiasan kekesalan, maka tindak kekerasan sangat mungkin akan dilakukan orangtua terhadap anak-anak mereka.
Ada kalanya kekerasan dalam keluarga berkaitan dengan kasus perceraian orangtua, atau orangtua yang kawin lagi menyebabkan si anak tidak merasa
nyaman hidup bersama orangtua tiri. Ketidaknyamanan itu selain memang nyata dirasakan si anak, juga akibat mitos-mitos tentang kekejaman ibuayah tiri.
Lingkungan sosial tertentu dapat mendorong anak menjadi anak jalanan. Banyak ditemukan kasus dimana seorang anak yang pernah berkonflik dengan
warga akibat tindakan kriminal yang dilakukannya merasa tidak nyaman lagi tinggal di kampung tersebut. Anak seperti ini merasa dikucilkan dan tidak mampu
lagi bersosialisasi dengan masyarakat. Dalam kondisi seperti ini anak akan lebih mudah untuk terseret dalam kehidupan jalanan, apalagi bila si anak tersbut
Universitas Sumatera Utara
memang memiliki relasi yang relatif tetap dengan komunitas jalanan. Dalam kasus yang lain ditemukan juga bahwa seorang anak “baik-baik” saja terpengaruh teman
atau orang dewasa di kampung tersbut memang bekerja di jalanan. Pusaka Indonesia merupakan salah satu lembaga sosial yang membawa isu
lembaga sosial yang membawa isu perlindungan anak child protection, menegakkan hak-hak anak dan perempuan. Perlindungan terhadap anak dari
segala persoalan yang selalu mengintainya, karena anak tergolong rentan. Persoalan anak yang menjadi sorotan Pusaka Indonesia meliputi : anak yang
berkonflik dengan hukum, perlindungan anak pada situasi emergency pasca tsunami, eksploitasi ekonomi, fisik dan sosial diantaranya ; anak jalanan, buruh
anak jermal, pelacur anak trafiking, kekerasan terhadap anak. Dimana aktivitasnya antara lain meliputi : Investigasi, penematan korban, pemeriksaan
kondisi kesehatan, proses perlindungan, dan monitoring.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Lingkungan Keluarga
Anak Jalanan
Mengalami kekerasan
Aktivitas Pusaka Indonesia -
Investigasi -
Penempatan Korban -
Pemeriksaan Kondisi Kesehatan
- Proses Perlindungan
- Monitoring
Korban ABDH Tidak
Ya
Universitas Sumatera Utara
I.Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional I.1. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, individu yang menjadi pusat
perhatian Singarimbun, 1989: 33.
Konsep penelitian sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kekacauan atau kesalahpahaman yang dapat mengaburkan tujuan penelitian .Konsep yang
dipakai dalam penelitian ini adalah : 1.
Penanganan adalah proses, cara, perbuatan menangani. 2.
Anak jalanan adalah anak yang berusia mulai dari 0-18 tahun dan melakukan kegiatan di jalan, terminal, dan tempat-tempat umum,
baik tinggal dengan orangtua ataupun tidak. 3.
Kekerasan terhadap anak jalanan adalah segala bentuk tindak kekerasan terhadap anak jalanan yang berakibat, menyakiti secara
fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap anak jalanan termasuk ancaman, pemaksaan, atau perampasan semena-mena,
kebebasan baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun pribadi.
4. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak jalanan yang meliputi
kekerasan fisik, kekerasan seksual, tindak pengabaian dan penelantaran, kekerasan emosional, dan kekerasan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
I.2. Defenisi Operasional
Defenisi Operasional merupakan penguraian indicator-indikator yang termasuk penjabaran lebih lanjut tentang konsep dan keterikatan konsep yang
telah diterangkan. Menurut Masri Singarimbun, defenisi operasional adalah merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca defenisi
operasional dalam suatu penelitian seorang peneliti akan tahu pengukuran suatu variabel, sehingga ia dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut
Singarimbun 1989 : 46. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi indikator peranan, yang akan
diukur adalah aktivitas yang dilakukan oleh Pusaka Indonesia dalam proses
pendampingan dan penanganan korban, meliputi :
1. Investigasi; adalah serangkaian tindakan untuk mengumpulkan
fakta-fakta dalam mencari kebenaran informasi tentang keberadaan korbanpelaku.Investigasi dapat dilakukan berdasarkan ;
penerimaan laporan langsung berasal dari keluargakorban, penerimaan laporan tidak langsungberasal dari LSM lainmedia
massarujukan polisi, dengan indikator : a.
Kunjungan ke rumah korban; untuk mengetahui tempat tinggal korban dan kondisi sosial dan ekonomi keluarga.
b. Meminta korbankeluarga untuk melakukan kunjungan ke
PUSAKA, apabila investigasi yang dilakukan berdasarkan pengaduan tidak langsung; untk mengetahui posisi kasus
yang dialami korbankronologis kasus.
Universitas Sumatera Utara
2. PenjemputanPenyelamatan korban : adalah tindakan yang
dilakukan untuk memindahkan korban dari lokasi kejahatanpelaku dan memberi rasa aman kepada korban, dengan indikator :
a. Melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian; untuk
mendapatkan bantuan perlindungan hukum. b.
Menempatkan korban di rumah aman sementara Drop In Center; untuk menjauhkan korban dari pelaku.
3. Pemeriksaan kondisi kesehatan korban : adalah melakukan
langkah-langkah medis yang dipandang perlu untuk korban, misalnya Visum et Repertum, rekam medicbagi korban
kekerasan, dengan indikator : a. Membawa korban ke RS, dengan merujuk ke Pusat Layanan
Terpadu di RS Polda; untuk mengetahui kondisi kesehatan korban; adapun pendampingan saat pemeriksaan kesehatan dengan tujuan
agar korban serasa terlindungi. 4.
Konseling dan pemberian bimbingan psikologis : adalah tindakan yang dilakukan sebagai upaya penguatan psikologis korban,
dengan indikator : a. Melakukan wawancara terhadap korban, berkaitan dengan latar
belakang masalah, kejadian kasus, sampai harapan-harapan korban ke depannya.
5. Pelaporan kepada pihak yang berwajib litigasi : adalah langkah
hukum berupa pembuatan Berita Acara Pemeriksaan BAP,
Universitas Sumatera Utara
apabila pihak keluarga korban menginginkan kasusnya dilanjutkan, dengan indikator :
a. Proses hukum mulai dari Polisi, Jaksa sampai Pengadilan; unruk memperoleh bantuanperlindungan hukum.
6. Proses perlindungan : adalah langkah yang kepada korban yang
kasusnya telah selesai ditangani, dengan indikator : a.
Rehabilitasi : untuk pemulihan kondisi korban penguatan secara psikologis, apabila diperlukan oleh korban.
b. Reintegrasi : untuk mengembalikan korban kepada
lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan. 7.
Monitoring : adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan kondisi fisik, psikoligis, sosial,
ekonomi dari korban, dengan indikator : a.
Melakukan kunjungan ke rumah korban, atau melalui telepon; untuk mengetahui kondisi korban selanjutnya,
memantau perkembangan dari modal usaha yang telah diberikan
b. Mengikutsertakan korban dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Pusaka Indonesia; untuk melibatkan dalam kegiatan yang dilakukan Pusaka Indonesia.
.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjekobjek penelitian seseorang, masyarakat, dan lain-lain pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya Nawawi 1990: 63. Dalam hal ini menggunakan tipe penelitian deskriptif ingin membuat
gambaran atau melukiskan secara sistematis, actual dan akurat tentang peranan Yayasan Pusaka Indonesia dalam penanganan terhadap anak jalanan yang
berkonflik dengan hukum.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lembaga swadaya masyarakat yaitu Yayasan Pusaka Indonesia yang berada di jalan Setiabudi no. 173E.Alasan pemilihan
lokasi penelitian ini, karena Yayasan Pusaka Indonesia secara aktif terlibat dalam menangani kekerasan terhadap anak termasuk anak-anak jalanan dengan memberi
penanganan khusus dalam rangka mengurangi tindak kekerasan terhadap anak khususnya anak-anak jalanan.
Universitas Sumatera Utara
C. Populasi dan Sampel