I.2. Defenisi Operasional
Defenisi Operasional merupakan penguraian indicator-indikator yang termasuk penjabaran lebih lanjut tentang konsep dan keterikatan konsep yang
telah diterangkan. Menurut Masri Singarimbun, defenisi operasional adalah merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca defenisi
operasional dalam suatu penelitian seorang peneliti akan tahu pengukuran suatu variabel, sehingga ia dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut
Singarimbun 1989 : 46. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi indikator peranan, yang akan
diukur adalah aktivitas yang dilakukan oleh Pusaka Indonesia dalam proses
pendampingan dan penanganan korban, meliputi :
1. Investigasi; adalah serangkaian tindakan untuk mengumpulkan
fakta-fakta dalam mencari kebenaran informasi tentang keberadaan korbanpelaku.Investigasi dapat dilakukan berdasarkan ;
penerimaan laporan langsung berasal dari keluargakorban, penerimaan laporan tidak langsungberasal dari LSM lainmedia
massarujukan polisi, dengan indikator : a.
Kunjungan ke rumah korban; untuk mengetahui tempat tinggal korban dan kondisi sosial dan ekonomi keluarga.
b. Meminta korbankeluarga untuk melakukan kunjungan ke
PUSAKA, apabila investigasi yang dilakukan berdasarkan pengaduan tidak langsung; untk mengetahui posisi kasus
yang dialami korbankronologis kasus.
Universitas Sumatera Utara
2. PenjemputanPenyelamatan korban : adalah tindakan yang
dilakukan untuk memindahkan korban dari lokasi kejahatanpelaku dan memberi rasa aman kepada korban, dengan indikator :
a. Melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian; untuk
mendapatkan bantuan perlindungan hukum. b.
Menempatkan korban di rumah aman sementara Drop In Center; untuk menjauhkan korban dari pelaku.
3. Pemeriksaan kondisi kesehatan korban : adalah melakukan
langkah-langkah medis yang dipandang perlu untuk korban, misalnya Visum et Repertum, rekam medicbagi korban
kekerasan, dengan indikator : a. Membawa korban ke RS, dengan merujuk ke Pusat Layanan
Terpadu di RS Polda; untuk mengetahui kondisi kesehatan korban; adapun pendampingan saat pemeriksaan kesehatan dengan tujuan
agar korban serasa terlindungi. 4.
Konseling dan pemberian bimbingan psikologis : adalah tindakan yang dilakukan sebagai upaya penguatan psikologis korban,
dengan indikator : a. Melakukan wawancara terhadap korban, berkaitan dengan latar
belakang masalah, kejadian kasus, sampai harapan-harapan korban ke depannya.
5. Pelaporan kepada pihak yang berwajib litigasi : adalah langkah
hukum berupa pembuatan Berita Acara Pemeriksaan BAP,
Universitas Sumatera Utara
apabila pihak keluarga korban menginginkan kasusnya dilanjutkan, dengan indikator :
a. Proses hukum mulai dari Polisi, Jaksa sampai Pengadilan; unruk memperoleh bantuanperlindungan hukum.
6. Proses perlindungan : adalah langkah yang kepada korban yang
kasusnya telah selesai ditangani, dengan indikator : a.
Rehabilitasi : untuk pemulihan kondisi korban penguatan secara psikologis, apabila diperlukan oleh korban.
b. Reintegrasi : untuk mengembalikan korban kepada
lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan. 7.
Monitoring : adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan kondisi fisik, psikoligis, sosial,
ekonomi dari korban, dengan indikator : a.
Melakukan kunjungan ke rumah korban, atau melalui telepon; untuk mengetahui kondisi korban selanjutnya,
memantau perkembangan dari modal usaha yang telah diberikan
b. Mengikutsertakan korban dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Pusaka Indonesia; untuk melibatkan dalam kegiatan yang dilakukan Pusaka Indonesia.
.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian