C. Struktur Lembaga Yayasan Pusaka Indonesia : 1.Badan Pembina Yayasan:
Ketua Badan Pembina : Marasamin Ritonga, SH Sekretaris Pembina
: Mahadi, SH Bendahara
: Prof. DR. Ningrum : Natasya Sirait, SH
Anggota : Denny Purba, SH, MLI
: Ariffani, SH
1. DR. Mahmul Siregar, SH, Mhum
2.Badan Pengawas:
2. Drs. Zahrin Piliang, MAP
3. Rusdiana, SE
Ketua Badan Pengurus : Edy Ikhsan, SH, MA Deputi Badan Pengurus: Drs. Prawoto
Sekretaris : Sari Suti H Nasution, SS
3.Badan Pengurus
Universitas Sumatera Utara
Audit Internal : Kristina Perangin-angin, SE
Bendahara : Irma Sari, Amd
Kasir : Nur Azmi
Office boy : Suhendra
Security : Indra
Koordinator : Ifwardi, SH
Anggota : Helen Napitupulu, SH
: Fatwa Fadillah
4.Divisi Anak dan Perempuan
Koordinator : Marjoko, SH
Anggota : Burhanuddin, MSP
5.Divisi Lingkungan dan Demokratisasi
6.Divisi Litigasi
Koordinator : Elisabeth J. Perangin-angin, SH
Anggota : Widya Susanti, S,Psi
: Mitra Lubis, SH
Universitas Sumatera Utara
Koordinator : Khairul Amri
Anggota : Yulhasni, SS
Pusaka Indonesia juga memiliki sekitar 30 staf di empat perwakilan CC Child Centre, yakni :
7.Divisi Riset, Pengembangan dan Indok
1. Di Lamno NAD, Banda Aceh
2. Di Gunung Sitoli, Nias
3. Teluk Dalam, Nias Selatan
4. Pulau Simeulue dan Lhoksumawe.
Pusaka Indonesia memiliki lima program besar, yakni : 1. Melakukan Perlindungan bagi anak yang berhadapan dengan hukum.
Aktivitas :
D. Program Yayasan Pusaka Indonesia :
a. Pemberian layanan hukum bagi anak-anak yang menjadi korban
dan pelaku tindak pidana.
Universitas Sumatera Utara
b. Melakukan kajian dan kritisi terhadap peraturan yang berkaitan
dengan anak yang berhadapan dengan hukum. c.
Mendorong terbentuknya lembaga restoratif dan diversi bagi anak- anak sebagai pelaku tindak pidana.
d. Penyusunan dokumentasi kasus-kasus kekerasan yang dialami anak
dan perempuan. 2. Melakukan upaya untuk melawan dan mencegah terjadinya tindak pidana
kekerasan, termasuk Perdagangan anak dan perempuan. Aktivitas:
a. Penguatan kapasitas organisasi masyarakat dalam memerangi perdagangan
anak dan perempuan di Sumatera Utara. b.
Kampanye kesadaran publik tentang bahaya praktek perdagangan anak dan perempuan di Sumatera Utara.
c. Penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan dukungan bagi Komite Aksi
Propinsi dalam melakukan pencegahan praktek perdagangan anak dan perempuan.
d. Dukungan bagi penguatan aparatur penegak hukum dalam perlindungan
dan penanganan korban perdagangan anak dan perempuan, khususnya dalam pendirian sheltercrisis centre bagi anak dan perempuan korban
kekerasan.
Universitas Sumatera Utara
e. Melakukan pendampingan hukum bagi korban tindak kekerasan dan
trafiking. 3. Melakukan pencegahan anak-anak yang bekerja di sektor terburuk.
Aktivitas: a.
Penyusunan draft peraturan daerah Sumatera Utara dalam mencegah anak- anak bekerja di sektor terburuk di Sumatera Utara.
b. Penyusunan buku proses pembuatan dan pengesahan peraturan daerah
dalam mencegah anak bekerja di sektor terburuk. c.
Monitoring terpadu dengan aparat pemerintah dan penegak hukum terhadap anak-anak yang bekerja di jermal.
d. Bantuan hukum bagi anak-anak yang bekerja di sektor terburuk.
e. Pembuatan publikasi untuk kampanye public menentang pekerja anak di
sektor terburuk dan keluarga. f.
Program pencegahan anak bekerja di sektor terburuk melalui progran PKBM.
4. Melakukan Penyelamatan anak-anak korban Tsunami dan Gempa Bumi di Aceh dan Nias.
Aktivitas: a.
Pendataan anak-anak yang terpisah dengan orantua dan keluarganya akibat Tsunami dan Gempa di Aceh dan Nias.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemberian logistik child food, hygiene kits dan school kit kepada anak-
anak korban Tsunami dan Gempa di Aceh dan Nias. c.
Pemberianpelayanan perwalian guardian-ship bagi anak-anak korban Tsunami.
d. Program Lifeskill dan livehood bagi kelompok perempuan konflik dan
Tsunami di Aceh dan Nias. e.
Pelayanan traumatic, pendidikan emergency psikososial bagi anak-anak korban tsunami dan gempa di Aceh dan Nias.
5. Melakukan Penguatan Kapasitas Kelompok Anak dan Perempuan dalam Isu Lingkungan dan Demokratisasi.
Aktivitas : a.
Program penguatan komunitas anak dan lingkungan. b.
Program pendidikan politik bagi perempuan. c.
Program penguatan kapasitas kelompok rakyat dalam konservasi hutan dan orang utan.
d. Program pendidikan lingkungan di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
D.1 Program yang telah dijalankan oleh Yayasan Pusaka Indonesia :
1. Penanganan dan Pendampingan Korban Perdagangan Manusia ICMC. 2. Monitoring Penyusunan Draft Ranperda Tentang bentuk-Bentuk Pekerjaan
Terburuk Untuk AnakILO-OPEC. 3. Perlindungan Hukum dan HAM serta Penyadaran Hukum Bagi Anak-
Jalanan di Kota Medan Save the Children. 4. Pendokumentasian Kasus dan Pembuatan Buku Saku Pendamping Save the
Children. 5. Membangun Koordinasi Penanganan Perempuan dan Anak Korban
Trafiking di Sumatera UtaraUS. Embassy. 6.Advokasi Pengembangan Kapasitas Propinsi Sumatera Utara Untuk
Memberantas Perdagangan Anak Jalanan Berkonflik dengan HukumSave the Children.
7.Peningkatan Kapasitas Peer Group Dalam Penanganan Anak Jalanan Berkonflik dengan HukumSave the Children.
8. Workshop Penyusunan Program Bagi Anak Jalanan di Kota Medan Save the Children.
9. Pendataan Anak Korban Gempa dan Tsunami Aceh dan Nias yang ada di Medan IDTVR-Save the Children.
Universitas Sumatera Utara
10. Workshop Evaluasi dan Refleksi Penanganan Anak Jalanan di Sumatera UtaraSave the Children.
11. Pencetakan Buku”Membangun Kekuatan di Atas Ketidakpastian Perlindungan Hukum” Save the Children.
12. Kampanye Anti Trafiking di Propinsi NAD ICMC. 13. Penanganan dan Penanggulangan Trafiking di Sumatera Utara Uni Eropa-
EIDHR. 14. Pemberdayaan Anak Berkonflik dengan Hukum yang dibina di Lembaga
Pemasyarakatan LP Anak Tanjung Gusta Medan APBD Sumut. 15. Program penguatan Good Governance di Tingkat Desa PGRI-UNDP.
16. Program Bantuan Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan dan Trafiking APBD Sumut.
17.Program Penguatan Masyarakat di TNBG CEPF, Bitra Konsorsium. 18. Program Fasilitasi pembuatan Ranperda ADD TIFA Foundation.
D.2 Program yang sedang berjalan:
• Program Penanggulangan dan Penegakan Hak-Hak Anak Korban Gempa
Bumi dan Tsunami di Aceh dan Nias UNICEF :
• Program Livelihood bagi keluarga yang memelihara Anak Separated dan
Uncompanied di NAD JOHANITER.
Universitas Sumatera Utara
• Program Pengembangan Children Center di NAD dan Nias UNICEF.
• Program Disaster Risk Reduction di Lhoksumawe, Aceh Utara dan
Simeuleu. •
Program Penguatan PKBM di NAD Save the Children. •
Program Pengembangan Media Anak di NAD dan Nias UNICEF •
Program pengurangan resiko Bencana berbasis sekolah di kabupaten Simeuleu-NAD CORDAID.
Saat sekarang di Pusaka Indonesia terlibat sekitar 50 aktivis dengan berbagai disiplin ilmu.Sebanyak 35 orang dari 50 aktivis itu juga telah direkrut sebagai
staf kontrak yang bekerja di NAD dan Nias.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menguraikan data-data hasil penelitian di lapangan yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara.Penelitian ini
dilakukan terhadap anak jalanan yang berkonflik dengan hukum sebagai korban yang kasusnya ditangani oeh Pusaka Indonesia, terhitung mulai tahun 2005-2007.
Berjumlah 20 orang yang terdiri dari 5 orang korban pelecehan seksual, 5 orang korban penganiayaan, 7 orang korban penjualan anaktrafiking, 3 orang korban
pemerkosaan.Adapun data-data yang dianalisis dalam bab ini adalah sebagai berikut:
A.Karakteristik Umum Responden
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur
F
1 2
3 4 – 8 Tahun
9 – 13 Tahun 14 – 18 Tahun
2 6
12 10
30 60
Jumlah
20 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa responden terbanyak adalah berumur 14-18 tahun sebanyak 12 orang 60, terdiri atas 5 orang korban
Universitas Sumatera Utara
pelecehan seksual, 3 orang korban penjualan anaktrafiking, 2 orang korban pemerkosaan dan 2 orang korban penganiayaan.Responden berikutnya berumur 9-
13 tahun sebanyak 6 orang 30, terdiri atas 3 orang korban penganiayaan dan 3 orang korban penjualan anaktrafiking. Sedangkan responden yang berumur 4-8
tahun sebanyak 2 orang 10, yang terdiri dari 1 orang korban pemerkosaan dan 1 orang korban trafiking.
Kekerasan terhadap anak child abuse dapat didefenisikan sebagai peristiwa pelukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan
dan kesejahteraan anak. Bentuk kekerasan meliputi kekerasan fisik seperti menampar, memukul dan lain-lain. Umumnya korban kekerasan jenis ini akan
tampak secara langsung pada fisiknya seperti: luka memar, berdarah dan lan- lain.Kekerasan psikis seperti: penggunaan kata-kata kasar, mempermalukan di
depan umum dan lain-lain. Umumnya kekerasan jenis ini dimana korban akan merasa rendah diri, lemah dan lain-lain. Kekerasan seksual seperti: paksaan atau
ancaman untuk melakukan hubungan seksual, dan lain-lain.Umumnya korban jenis ini memiliki tanda-tanda fisik seperti: pembengkakan, pendarahan pada alat
kelamin, infeksi vagina atau penyakit kelamin, dan lain-lain.Serta memiliki gejala tingkah laku seperti: rasa takut sendirian dengan orang dewasa dengan ciri
tertentu,melukai orang lain, dan lain-lain.Kekerasan ekonomi seperti: memaksa anak untuk memberi kontribusi untuk ekonomi keluarga.Umumnya korban akan
kehilangan waktu belajar dan bermain seperti anak-anak seusianya, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak, dapat dilihat dari 3 aspek yaitu; aspek kondisi sang anak sendiri seperti anak yang
mengalami cacat fisik maupun mental, kehadiran anak yang tidak diinginkan, dan lain-lain. Faktor orangtua seperti; pernah mengalami kekerasanpenganiayaan
sewaktu kecil, menganggurpendapatan tidak mencukupi, dan lain-lain. Faktor lingkungan sosial seperti; kondisi sosial ekonomi yang rendah, status perempuan
yang rendah, danlain-lain. Umumnya anak jalanan yang berkonflik dengan hukum sebagai korban
adalah perempuan anak jalanan korban kekerasan, dan juga anak jalanan yang mendapat tekanan untuk bekerja dari orang tua atau lingkungan, dan lain-lain.
Dari hasil wawancara, responden yang menjadi korban trafiking menyatakan faktor penyebabnya adalah kemiskinan yang mendorong mereka
untuk bekerja di jalanan, rendahnya pendidikan dan pengetahuan sehingga mudah untuk diperdaya.Hanya diiming-imingi dijanjikan mendapt gaji besar, dapat
hidup dengan berkecukupan, tanpa kejelasan bentuk pekerjaan. Sedangkan responden yang menjadi korban kekerasan seksual dan trafiking berumur 4-8
tahun menyatakan tidak paham dengan kejadian yang menimpanya, dan takut dengan ancaman dari si pelaku. Sedangkan responden berumur 9-13 tahun
menyatakan merasa takut dengan ancaman yang diberikan.Kondisi anak yang masih labil, dapat dipengaruhi denganditakut-takuti, sehingga memudahkan
pelaku untuk menjalankan aksinya. Umumnya kekerasan seksual baru diketahui setelah dilakukan lebih dari 1 kali, alasannya dikarenakan anak merasa takut
dengan ancaman dari si pelaku, sebagian lagi rasa takut kepada orangtua, oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu kebanyakan anak jalanan yang mendapat pelecehan seksual memilih untuk bungkam.
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
F
1 2
Perempuan Laki-Laki
15 5
75 25
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data diatas diktahui bahwa responden didominasi oleh perempuan, sebanyak 15 orang 75, dan selebihnya anak laki-laki sebanyak 5
orang 25.Anak adalah anggota masyarakat yang tergolong lemah, termasuk juga anak-anak jalanan. Tanpa disadari anak sebenarnya secara penuh telah
menyerahkan hidupnya kepada orang tua.Dalam pola hubungan ini, orangtua diharapkan menjadi tempat bernaung yang aman bagi anak. Dimana hal ini
diperlukan dalam proses pertumbuhan anak secara mental.Faktor kemiskinan, kultur masyarakat yang patriarkis, suara perempuan yang kurang dihargai, dan
lain-lain. Perempuan menjadi anggota keluarga nomor dua, yang menjadi bagian dalam keluarga yang harus pasrah menjalankan keputusan yang biasanya
ditentukan oleh ayahnya..Mendapat tekanan untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian keluarga. Rendahnya pengetahuan perempuan, yang
sering menyebabkan mereka tertipu dengan iming-iming yang pada akhirnya menjerumuskan mereka sebagai komoditi seks.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
F
1 2
3 4
5 Tidak Sekolah
Belum Sekolah SD
SMP SMU
2 3
7 6
2 10
15 35
30 10
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa responden terbanyak memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 7 orang 35, sedangkan tingkat SMP sebanyak
6 orang 30, belum sekolah sebanyak 3 orang 15, SMU sebanyak 2 orang 10 dan tidak sekolah 2 orang 10.
Rendahnya pendidikan artinya rendah akan pengetahuan, yang sering menyebabkan mereka mudah untuk diperdaya. Banyak orang tua yang tidak
mempersiapkan anak-anaknya menghadapi pelecehan seksual dan semacamnya, seks masih dianggap kurang penting untuk dibicarakan dengan anak-anaknya,
yang terpenting anaknya harus bekerja agar dapat memberikan kontribusi untuk keluarganya.Padahal seharusnya anak-anak diberkan pengetahuan tentang seks
sesuai usianya,agar suatu saat apabila anak jalanan yang sangat rentan mendapat perlakuan yang tidak seharusnya dapat melapor kepada orangtuanya, dan tidak
memilih untuk bungkam saja. Alasan eksternal dari kebungkaman itu tentu saja karena anak mendapat ancaman dari pelaku. Selain itu, anak merasa malu jika ia
Universitas Sumatera Utara
mendapat pelecehan seksual terutama dari teman-temannya. Walaupun belum memahami sepenuhnya tentang sesuatu yang telah terjadi pada dirinya, sebagai
manusia seorang anak mempunyai naluri dan mencium ketidakberesan yang telah diperbuat orang terhadap dirinya.Dari hasil pengamatan dilapangan diketahui
bahwa responden dengan tingkat pendidikan SD,SMP,SMU, dan tidak sekolah dikarenakan kondisi keluarga yang tidak mampu sehingga tidak dapat
melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
No Agama
F 1
2 Islam
Kristen 13
7 65
35 Jumlah
20 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa responden terbanyak adalah beragama Islam sebanyak 13 orang 65, sedangkan beragama Kristen sebanyak
7 orang 35.Setiap agama mengajarkan pada penganutnya untuk saling menyayangi satu sama lainnya, saling membantu dalam kesulitan. Tentunya
mengajarkan penganutnya untuk tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun terhadap orang lain. Namun terkadang manusianya yang tidak menjalankan ajaran
itu dengan baik. Terjadinya tindak kekerasan, eksploitasi, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan masyarakatlingkungan tempat tinggal dan cara bergaul yang mengabaikan segi keimanankeagamaan.
Dari hasil pengamatan di lapangan, tidak jarang dari pelaku adalah orang- orang yang taat beragama, orang-orang yang disegani, dan diberi kepercayaan
oleh masyarakat.Dapat dilihat bahwa cara pandang seseorang terhadap agama berbeda-beda, ada yang berpikir agama sebagai ajaran yang harus ditaati, ada
yang berpikir agama hanya sebuah kepercayaan yang memang harus dimiliki oleh setiap manusia, sebagian lagi menjadikan agama sebagai simbol tanpa adanya
implementasi dari ajaran agama itu sendiri. Dan pada akhirnya lahirlah orang- orang yang beragama tapi tidak bermoral.
B.Pandangan Korban Mengenai Peranan Pusaka Indonesia B.1 Investigasi
Tabel 5 Karakteristik Jawaban Responden Mengenai Darimana Diperoleh Informasi
Tentang Pusaka Indonesia No
Jawaban F
1 2
3 Teman, Orang Tua
Staf Pusaka Indonesia Lain-Lain
12 6
2 60
30 10
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas dietahui bahwa responden sebanyak 12 orang 60 menyatakan memperoleh informasi tentang Pusaka Indonesia dari teman
dan orang tua.Responden yang menyatakan memperoleh informasi tentang Pusaka Indonesia dari staf sebanyak 6 orang 30, sedangkan 2 orang 10
menyatakan memperoleh informasi tentang Pusaka Indonesia dari rujukan Polda
Universitas Sumatera Utara
dan LSM lain. Investigasi adalah serangkaian tindakan untuk mengumpulkan fakta-fakta dalam mencari kebenaran dan informasi tentang keberadaan korban.
Investigasi dapat dilakukan berdasarkan penerimaan laporan langsung, yaitu laporanpengaduan yang berasal dari korbankeluarga. Penerimaan laporan tidak
langsung, yaitu laporan dari LSM lain, media massa dan rujukan polisi. Investigasi yang dilakukan oleh staf Pusaka Indonesia dengan melakukan
kunjungan langsung ke rumah korban, tujuannya untuk mengetahui tempat tinggal korban dan mengetahui kondisi sosial dan ekonomi keluarga korban. Kemudian
meminta korbankeluarga untuk melakukan kunjungan ke Pusaka Indonsia, apabila investigasi yang dilakukan berdasarkan pengaduan tidak langsung,
tujuannya untuk mengetahui posisi kasus yang dialami korban pembuatan kronologis kasus.
Tabel 6 Distribusi Jawaban Responden Apakah Puas dengan Informasi yang
Diberikan Oleh Pusaka Indonesia No
Jawaban F
1 2
Puas Tidak Puas
6 100
Jumlah 6
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 6 orang 100 yang memperoleh informasi tentang Pusaka Indonesia dari staf Pusaka
Indonesia menyatakan merasa puas dengan informasi yang diberikan. Menurut responden dengan adanya informasi dari Pusaka Indonesia, maka korbankeluarga
Universitas Sumatera Utara
mengetahui harus kemana mengadukan masalahnya. Umumnya tidak terungkapnya kasus dikarenakan rendahnya pengetahuan masyarakat dalam
pemenuhan haknya dan masih beranggapan bahwa masalah itu adalah urusan intern keluarga.
Sebagaimana Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga
kemasyarakatan dari sudut fungsinya. Lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang
berfungsi untuk memelihara hubungan –hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.
Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pengaduan Kasus kepada
Pusaka No
Jawaban F
1 2
Secara Langsung Secara Tidak Langsung
15 5
75 25
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 15 orang 75 menyatakan membuat pengaduan langsung, yaitu dengan cara langsung
datang ke Pusaka Indonesia. Responden yang memperoleh informasi tentang keberadaan Pusaka Indonesia dari teman dan orang tua menyatakan membuat
pengaduan langsung. Kemudian responden yang memperoleh informasi tentang keberadaan Pusaka Indonesia dari staf Pusaka Indonesia, tentunya setelah staf
Pusaka Indonesia melakukan investigasi berupa kunjungan ke rumah korban
Universitas Sumatera Utara
untuk mengetahui kebenaran informasi tentang korban. Kemudian responden diminta untuk datang langsung ke Pusaka Indonesia guna melengkapi kronologis
kasus. Sedangkan responden dengan pengaduan tidak langsung sebanyak 5 orang 25, menyatakan memperoleh informasi tentang keberadaan Pusaka Indonesia
dari LSM lain dan rujukan Polda, menyatakan setelah melaporkan kasusnya terlebih dahulu kepada pihak polisi dan LSM lain. Kemudian pihak kepolisian dan
LSM lain tersebut merujuk kepada Pusaka Indonesia. Dimana antara pihak kepolisian dan LSM lain tersebut memiliki jaringan kerja. Berdasarkan
informasirujukan tersebut responden membuat pengaduan kepada Pusaka Indonesia.
Lembaga-lembaga sosial sebagai wadah pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial memiliki tujuan, sasaran, dan misi yang disesuaikan dengan bidang
kegiatannya. Oleh karena itu badan-badan atau lembaga sosial memiliki klasifikasi dan karakterstiknya masing-masing, sehingga bentuk-bentuk intervensi
sosial baik yang bersifat formal maupun non-formal, merupakan lembaga yang menjalankan fungsi sosial dalam bidang kesejahteraan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Dengan Siapa Datang ke Pusaka
Indonesia No
Jawaban F
1 2
3 Orang Tua
Saudara Lain-Lain
14
6 70
30
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 14 orang 70 menyatakan pada saat membuat pengaduan ke Pusaka Indonesia datang
bersama orangtuanya, sedangkan 6 orang 30 menyatakan pada saat membuat pengaduan ke Pusaka Indonesia datang bersama staf Pusaka Indonesia. Dari hasil
pengamatan di lapangan, responden yang datang bersama orang tuanya, dikarenakan rata-rata korban masih berusia dibawah 18 tahun dan masih tinggal
bersama orang tuanya. Kebanyakan dari responden adalah korban kekerasan seksual seperti; perkosaan, pencabulan, incest. Sedangkan responden yang datang
ke Pusaka Indonesia bersama staf Pusaka Indonesia, kebanyakan adalah korban trafiking. Dari hasil wawancara dengan staf, Pusaka Indonesia melakukan
penjemputan dan penyelamatan terhadap korban yang berkoordinasi dengan Unit konseling dan pemulangan anak dari tempat tujuan trafiking yang biasanya berada
di luar kota tempat tinggal korban.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden Apakah Pengaduan Langsung Direspon Oleh
Pusaka Indonesia No
Jawaban F
1 2
Langsung Direspon Tidak Langsung Direspon
20 100
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 yang membuat pengaduan kasus kepada Pusaka Indonesia menyatakan
bahwa pengaduannya langsung direspon oleh Pusaka Indonesia. Lembaga- lembaga sosial pada dasarnya merupakan bentuk-bentuk perwujudan fungsi-
fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan bentuk-bentuk program pelayanan yang bervariasi. Ini dapat dilihat dari bidang pelayanan sosial dalam praktek
pekerjaan sosial. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, lembaga sosial dapat memberikan sanksi-sanksi, dan sumber-sumber yang diperlukan pekerja sosial
dan profesi lainnya yang tekait dalam menjalankan kegiatan prakteknya. Dari hasil dengan wawancara dengan staf Pusaka Indonesia selalu
merespon semua pengaduan dari setiap anak jalanan yang menjadi korban kekerasan serta akan segera ditindak lanjuti.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Respon yang Diberikan Oleh
Pusaka Indonesia No
Jawaban F
1 2
3 Baik
Kurang Baik Tidak Baik
20 100
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menilai baik terhadap respon yang diberikan oleh Pusaka Indonesia pada
saat membuat pengaduan kasus. Dari hasil wawancara, responden menyatakan bahwa pada saat membuat pengaduan kasus, responden diterima dengan baik dan
ramah. Sebagaimana fungsi dari lembaga kemasyarakatan yaitu, memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku
atau di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, yang menyangkut kebutuhan pokoknya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11 Distribusi Jawaban Apakah Respon Sesuai dengan Harapan
No Jawaban
F
1 2
3 Sesuai dengan harapan
Kurang sesuai dengan harapan Tidak sesuai dengan harapan
20 100
Jumlah
20 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menyatakan bahwa respon yang diberikan oleh Pusaka Indonesia telah
sesuai dengan harapan. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa responden memperoleh informasi yang jelas mengenai proses penanganan yang akan dijalani
nantinya, jika kasus dilanjutkan secara hukum. Adapun proses hukum yang dilalui adalah pelaporan kepada pihak yang berwajib, melimpahkan berkas kasus ke
Kejaksaan sampai pada sidang di Pengadilan. Serta proses pendampingan yang dilakukan selama kasus ditangani, adanya proses perlindungan berupa
pemeriksaan kondisi kesehatan korban, penempatan korban, pemberian konseling dan bimbingan psikologis dan monitoring yang dilakukan setelah kasus selesai.
Sebagaimana fungsi dari lembaga kemasyarakatan yaitu, menjaga kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Begitu pula upaya yang dilakukan oleh Pusaka
Indonesia sebagai sebuah lembaga kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden Adakah Kesulitan Saat Pengaduan Kasus
kepada Pusaka Indonesia No
Jawaban F
1 2
Mengalami kesulitan Tidak Mengalami kesulitan
20
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menyatakan tidak mengalami kesulitan pada saat membuat pengaduan
kasus kepada Pusaka Indonesia. Dari hasil wawancara, responden menyatakan tidak mengalami kesulitan dikarenakan pada saat membuat pengaduan kasus
diterima dengan baik dan ramah oleh staf Pusaka Indonesia, serta memproleh informasi mengenai proses penanganan kasus secara hukum litigasi dan proses
pendampingan non-litigasi. Adapun informasi yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan dari responden. Sebagaimana fungsi dari lembaga
kemasyarakatan yaitu, memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, artinya sistem pengawasan dari
masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Universitas Sumatera Utara
B.2 Penjemputan dan Penyelamatan Korban
Tabel 13 Distribusi Jawaban Responden Pernah atau Tidaknya Pusaka Melakukan
PenjemputanPenyelamatan No
Jawaban F
1 2
Pernah melakukan penjemputan Tidak pernah melakukan
penyelamatan 7
13 35
65
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebanyak 13 orang 65 menyatakan bahwa Pusaka Indoesia tidak pernah melakukan penjemputan dan
penyelamatan,adapun ke-13 orang responden merupakan korban pelecehan seksual, pemerkosaan dan penganiayaan. Sedangkan 7 orang 35 menyatakan
bahwa Pusaka Indonesia pernah melakukan penjemputan dan penyelamatan, 7 orang tersebut merupakan korban trafiking. Penjemputan dan penyelamatan
korban adalah tindakan yang dilakukan untuk memindahkakan korban dari lokasi kejahatan dan memberi rasa aman kepada korban, dengan melakukan koordinasi
dengan pihak kepolisian untuk mendapatkan bantuanperlindungan hukum. Menempatkan korban di rumah aman sementara Drop In Centre, dengan tujuan
untuk menjauhkan korban dari pelaku kejahatan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14 Distribusi Jawaban Responden Dimanakah Ditempatkan
No Jawaban
F
1 2
3 Drop In Centre
Rumah Singgah Lain-Lain
7 100
Jumlah 7
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan ditempatkan di Drop In Centre DIC. DIC sebagai tempat
penampungan bagi anak yang sedang direhabilitasi akibat trauma dan gangguan kejiwaan. Bentuk kekerasan pada anak jalanan tidak sebatas pukulan dan
tamparan, tetapi berkembang pada pelecehan seksual dan pemerkosaan. Untuk itu perlunya memindahkan korban, dengan tujuan untuk menjauhkan korban dari
ancaman pelaku sehingga merasa aman. Dari hasil wawancara, responden menyatakan mendapatkan ancaman dari
pelaku maupun keluarga pelaku. Biasanya ancaman yang dilakukan bertujuan untuk menakut-nakuti korban dan keluarganya agar mencabut kasusnya atau
memilih menyelesaikan persoalan tersebut dengan jalan kekeluargaan atau dijanjikan akan diberi uang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Lamanya Berada di DIC
No Jawaban
F
1 2
3 Satu Hari
Seminggu Lain-lain
7 100
Jumlah 7
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan selama lebih dari seminggu berada di DIC Drop In
Centre.Umumnya korban berada di DIC selama kasusnya diproses secara hukum dan dianggap korban perlu memperoleh konseling dan bimbingan psikologis.
Berdasarkan hsil wawancara, lamanya responden berada di DIC tergantung dari lamanya proses penyelesaian kasus sampai ke pengadilan.
Tabel 16 Distribusi Jawaban Responden Apakah Merasa Aman di DIC
No Jawaban
F
1 2
Aman Tidak Aman
7 100
Jumlah 7
100
Data Primer 2008
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan merasa aman selama berada di DIC Drop In Centre.
Sebagaimana tujuan dari penempatan korban untuk menjauhkan korban dari para pelaku juga untuk memberikan rasa aman.
Tabel 17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perlakuan Staf Pusaka Indonesia
Selama Di DIC No
Jawaban F
1 2
3 Mendapat perlakuan yang baik
Mendapat perlakuan yang kurang
Mendapat perlakuan yang tidak baik
7 100
Jumlah 7
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan mandapat perlakuan yang baik dari staf Pusaka Indonesia
selama berada di DIC Drop In Centre. Sebagaimana fungsi dari lembaga kemasyarakatan yaitu, memberikan pegangan kepada masyarakat untuk
mengadakan sistem pengendalian sosial, artinya sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah-laku anggota-anggotanya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 18 Distribusi Jawaban Mengenai Kebutuhan Selama Di DIC
No Jawaban
F
1 2
Kebutuhan Terpenuhi Kebutuhan Tidak Terpenuhi
7 100
Jumlah
7 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan terpeuhi kebutuhannya selama berada di DIC. Mulai dari
kebutuhan makan, minum, MCK dan lain-lainnya di fasilitasi oleh Pusaka Indonesia. Dari hasil pengamatan di lapangan, bagi korban yang tidak memiliki
atau tidak membawa barang-barang miliknya maka kepada korban akan diberikan 1-2 pasang baju. Sebagaimana fungsi dari lembaga kemasyarakatan yaitu menjaga
kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Pusaka Indonesia sebagai sebuah lembaga kemasyarakatan berupaya menjalankan fungsinya.
Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kegiatan Selama Di DIC
No Jawaban
F
1 Mengikuti Konseling dan
Bimbingan Psikologis 7
100
Jumlah
7 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan kegiatan yang dilakukan selama berada di DIC adalah
Universitas Sumatera Utara
mengikuti konseling dan bimbingan psikologis yang dilakukan oleh Pusaka
Indonesia. Gillin dan Gillin di dalam karyanya yang berjudul General features of social
institutions, telah menguraikan beberapa ciri umum lembaga kemasyarakatan sebagai berikut:
1.Suatu lembaga kemsayarakatan adalah organisasi pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
2. Suatu rangkaian kekekalan tertentu merupakan cri semua lembaga kemasyarakatan.
3. Lembaga masyarakat mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. 4.Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan. 5.Lembaga biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan.
6.Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis atau tidak tertulis.
Universitas Sumatera Utara
B.3 Pemeriksaan Kondisi Kesehatan Tabel 20
Distribusi Jawaban Responden Pernah Tidaknya Mengikuti Pemeriksaan Kondisi Kesehatan
No Jawaban
F
1 2
Pernah mengikuti pemeriksaan kondisi kesehatan
Tidak pernah mengikuti pemeriksaan kondisi kesehatan
9 11
45 55
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas dietahui bahwa responden sebanyak 11 orang 55 menyatakan tidak pernah mengikuti pemeriksaan kondisi kesehatan yang
dilakukan oleh Pusaka Indonesia. Sedangkan 9 orang 45 menyatakan penah mengikuti pemeriksaan kondisi kesehatan yang dilakukan oleh Pusaka Indonesia.
Pemeriksaan kondisi kesehatan kkorban adalah melakukan langkah-langkah medis yang dipandang perlu untuk korban, misalnya Visum et Repertum, rekam medic
bagi korban kekerasan. Pemeriksaan kondisi kesehatan korban dilakukan dengan membawa korban ke Rumah Sakir, dengan merujuk ke Pusat Layanan Terpadu di
Rumah Sakit Polda, bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan korban, adapun pendampingan yang dilakukan saat pemeriksaan kondisi kesehatan dengan
tujuan agar korban merasa terlindungi. Dari hasil wawancara, 11 orang yang menyatakan tidak pernah mengikuti
pemeriksaan kondisi kesehatan yang dilakukan oleh Pusaka Indonesia
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan telah memeriksakan kondisi kesehatannya sebelum membuat laporanpengaduan kasus kepada Pusaka Indonesia. Kebanyakan dari responden
adalah korban kekerasan seksual.
Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Bentuk Pemeriksaan Kondisi
Kesehatan No
Jawaban F
1 2
3 Pemeriksaan Medis
Perawatan Kesehatan Lain-Lain
9 100
Jumlah 9
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 9 orang 100 menyatakan bentuk dari pemeriksaan kondisi kesehatan adalah
pemeriksaan medis, berupa Visum et Repertum, rekam medic bagi korban kekerasan. Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam kamus besar kekerasan adalah
perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan juga
diartikan dengan tindakan yang membawa kekuatan untuk melakukan ataupun tekanan berupa fisik maupun non-fisik. Dalam pengertian yang sempit, kekerasan
mengandung makna sebagai serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau binatang, atau serangan penghancuran perasaan yang sangat keras,
kejam dan ganas atau ganas diri sesuatu yang secara potensial dapat menjadi milik seorang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Dimanakah Pemeriksaan Kondisi Kesehatan
No Jawaban
F
1 2
3 Rumah Sakit
Puskemas Lain-Lain
9 100
Jumlah
9 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 9 orang100 menyatakan pemeriksaan kondisi kesehatan dilakukan di Rumah
Sakit. Pusaka Indonesia membawa korban ke korban ke Rumah Sakit dengan merujuk ke Pusat Layanan Terpadu di Rumah Sakit Polda.
Tabel 23 Distribusi Jawaban Mengenai Pemeriksaan Kondisi Kesehatan
No Jawaban
F
1 2
3 Pemeriksaan yang baik
Pemeriksaan yang cukup baik Pemeriksaan yang kurang baik
9 100
Jumlah 9
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 9 orang 100 menilai baik terhadap pemeriksaan kondisi kesehatan yang diberikan.
Peranan role merupakan aspek dinamis kedudukan status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia
Universitas Sumatera Utara
menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup. Hal itu berarti bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan- kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan
adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa setiap pemeriksaan kondisi kesehatan sangat bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan korban.
Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Apakah Pemeriksaan Kondisi Kesehatan
Sesuai dengan Kebutuhan No
Jawaban F
1 2
3 Sesuai dengan kebutuhan
Kurang sesuai dengan kebutuhan Tidak sesuai dengan kebutuhan
9 100
Jumlah 9
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 9 orang menyatakan bahwa pemeriksaan kondisi kesehatan yang dilakukan oleh Pusaka
Indonesia sudah sesuai dengan kebutuhan. Dari hasil wawancara, responden menyatakan memperoleh pemeriksaan medis yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sebagaimana fungsi dari lembaga kemasyarakatan yaitu, menjaga kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Apakah Memperoleh Manfaat dari
Pemeriksaan Kondisi Kesehatan No
Jawaban F
1 2
Bermanfaat Tidak Bermanfaat
9 100
Jumlah 9
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa respon sebanyak 9 orang 100 menyatakan memperoleh manfaat dari pemeriksaan kondisi kesehatan
yang dilakukan oleh Pusaka Indonesia. Para korban dipaksa dalam perbudakan seks dan seringkali dibius dengan obat-obatan dan menderita kekerasan yang luar
biasa. Para korban yang diperjualbelikan untuk eksploitasi seksual menderita cedera fisik dan emosional akibat kegiatan seksual yang belum waktunya,
diperlakukan dengan kasar, dan menderita penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks termasuk HIVAIDS. Dari hasil wawancara, responden
menyatakan bahwa kondisi kesehatannya mulai membaik setlah mengikuti pemeriksaan kondisi kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Apakah Staf Pusaka Indoensia Mendampingi
Saat Pemeriksaan Kondisi Kesehatan No
Jawaban F
1 2
Mendampingi korban Tidak Mendampingi korban
9 100
Jumlah 9
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 9 orang 100 menyatakan didampingi oleh staf Pusaka Indonesia saat pemeriksaan
kondisi kesehatan di Rumah Sakit. Pendampingan yang dilakukan oleh staf Pusaka Indonesia bertujuan agar korban merasa dilindungi. Peranan yang melekat
pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat social Paosition merupakan
unsur stats yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu
proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan
Berdasarkan hasil wawancara, setiap korban selalu didampingi oleh staff Pusaka Indonesia dalam pemeriksaan kondisi kesehatan, dimana hal ini dilakukan
agar korban memperoleh pemeriksaan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
B.4 Konseling dan Bimbingan Psikologis Tabel 27
Distribusi Jawaban Responden Pernah Tidaknya Mengikuti Konseling dan Bimbingan Psikologis yang Dilakukan Oleh Pusaka Indonesia
No Jawaban
F
1 2
Pernah mengikuti konseling Tidak Pernah mengikuti
konseling 20
100
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menyatakan pernah mengikuti konseling dan bimbingan psikologis yang
dilakukan oleh Pusaka Indonesia. Konseling dan bimbingan psikologis adalah tindakan yang dilakukan sebagai upaya penguatan psikologis korban.
Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Apakah Senang Mengikuti Konseling dan
Bimbingan Psikologis No
Jawaban F
1 2
3 Senang
Kurang Senang Biasa Saja
17
3 85
15
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebanyak 17 orang 85 menyatakan merasa senang saat mengikuti konseling dan bimbingan psikologis
yang dilakukan oleh Pusaka Indonesia. Sedangkan responden yang menyatakan biasa saja saat mengikuti konseling dan bimbingan psikologis sebanyak 3 orang
15. Pelecehan seksual, trafiking bahkan perkosaan seringkali dialami oleh
anak jalanan, terutama anak perempuan yang hidup di jalan. Para korban mengalami banyak hal yang mengerikan seperti luka fisik dan psikologis,
termasuk penyakit dan pertumbuhan yang terhambat., seringkali meninggalkan pengaruh permanen yang mengasingkan para korban dari keluarga dan
masyarakat mereka. Para korban seringkali kehilangan kesempatan penting mereka untuk mengalami perkembangan sosial, moral dan spiritual. Dalam
banyak kasus eksploitasi pada korban terus meningkat, dimana seorang anak yang diperjualbelikan dari satu kerja paksa dapat terus diperlakukan dengan kejam di
tempat lain. Dari hasil wawancara, responden yang menyatakan senang dikarenakan
dengan adanya konseling responden dapat berbagi cerita mengenai masalahnya. Sedikit mengurangi beban serta cukup mendapat masukan-masukan berharga.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 30 Distribusi Jawaban Responden Apakah Konseling dan Bimbingan Psikologis
Sangat Membantu No
Jawaban F
1 2
3 Membantu
Kurang Membantu Tidak membantu
19
1 95
5
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas dietahui bahwa responden sebanyak 19 orang 95 menyatakan bahwa konseling dan bimbingan psikologis membantu, sedangkan
yang menyatakan biasa saja sebanyak 1 orang 5. Dalam hal ini konseling dan bimbingan psikologis sebagai suatu tindakan yang dilakukan sebagai upaya
penguatan psikologis korban. Dari hasil pengamatan di lapangan, responden menyatakan sangat terbantu dengan adanya pemberian konseling dan bimbingan
psikologis tersebut, karena dapat berbagi cerita mengenai masalahnya. Dapat mengurangi beban mental karena menerima masukan-masukan yang berharga.
Dan berdasarkan wawancara, sebagian besar responden merasa sangat terbantu dengan adanya konseling dan bimbingan psikologis, dan terkadang ada
juga korban yang kurang bekerjasama ketika diadakan konseling dan bimbingan psikologis karena biasanya ia masih merasa malu atas apa yang sudah dialaminya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 31 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Waktu Konseling dan Bimbingan
Psiokologis No
Jawaban F
1 2
Sudah Cukup mengikuti konseling
Belum Cukup mengikuti konseling
17 3
85 15
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 17 orang 85 menyatakan bahwa waktu yang disediakan untuk mengikuti konseling dan
bimbingan psikologis sudah cukup, sedangkan yang menyatakan belum cukup sebanyak 3 orang 15.Dari hasil wawancara dengan staff Pusaka Indonesia, hal
ini juga tergantung dengan apa yang sudah dialami oleh korban. Jika ia mengalami trauma yang cukup berta maka akan membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan korban lainnya. Peranan role merupakan aspek dinamis kedudukan status. Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam
peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-
perbuatan orang lain. Dalam hal ini yang sangat memegang peranan penting adalah psikolog yang disediakan oleh Pusaka Indonesia dalam menangani korban-
korban kekerasan.
Tabel 32 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pemberian Konseling dan
Bimbingan Psikologis No
Jawaban F
1
2
3 Cara pemberian konselingnya
baik Cara pemberian konselingnya
cukup Baik Cara pemberian konselingnya
kurang baik 20
100
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menilai baik terhadap cara pemberian konseling dan bimbingan psikologis
yang dilakukan oleh staf Pusaka Indonesia. Adapun kegiatan konseling dan bimbingan psikologis tersebut meliputi:
1. Mewawancarai korban, yang berkaitan dengan latar belakang masalah. 2. Pembuatan kronologis kasus dan harapan-harapan korban kedepannya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 33 Distribusi Jawaban Responden Kondisi Setelah Mengikuti Konseling dan
Bimbingan Psikologis No
Jawaban F
1 2
3 Lebih Baik
Baik Biasa Saja
2 18
10 90
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sbanyak 18 orang 90 menyatakan kondisinya baik setelah mengikuti konseling dan bimbingan
psikologis, sedangkan 2 orang 10 menyatakan kondisinya lebih baik setelah mengikuti konseling dan bimbingan psikologis. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin sering responden mengikuti konseling dan bimbingan psikologis maka kondisi psikologisnya semakin membaik.
Universitas Sumatera Utara
B.5 Pelaporan kepada Pihak Yang Berwajib Litigasi Tabel 34
Distribusi Jawaban Responden Apakah Pengaduan Dilaporkan kepada Pihak Berwajib
No Jawaban
F
1
2 Dilaporkan ke pihak yang
berwajib Tidak Dilaporkan kepada pihak
yang berwajib 20
100
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menyatakan pengaduan yang dibuat telah dilaporkan kepada pihak
berwajib oleh Pusaka Indonesia. Pelaopran kepada pihak yang berwajib litigasi adalah langkah hukum berupa pembuatan Berita Acara Pemeriksaan BAP,
apabila pihak keluarga korban menginginkan kasusnya dilanjutkan. Proses hukum mulai dari polisi, jaksa sampai pengadilan, dengan tujuan untuk memperoleh
bantuanperlindungan hukum.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 35 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Waktu yang Dibutuhkan Untuk
Melaporkan Pengaduan kepada Pihak Berwajib No
Jawaban F
1 2
1-3 Hari 4-7 Hari
15 5
75 25
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 15 orang 75 menyatakan waktu yang diperlukan oleh Pusaka Indonesiauntuk
melaporkan pengaduan kasus kepada pihak berwajib selama 1-4 hari, sedangkan responden yang menyatakan diperlukan waktu selama 4-7 hari sebanyak 5 orang
25. Berdasarkan hasil wawancara dengan staff Pusaka Indonesia lamanya
proses pengaduan ini tergantung dari kelengkapan data-data korban yang dibutuhkan dalam menunjang pembuatan berkas kasus.Jika hanya proses
pembuatan pengaduan itu hanya berlangsung selama 1-2 hari saja, dan jika data tentang korban tidak lengkap akan memakan waktu lebih dari 3 hari.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 36 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tahap Setelah Pengaduan
No Jawaban
F
1 2
3 Pembuatan BAP
Kronologis kasus Lain-Lain
20 100
Jumlah
20 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di astas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menyatakan bahwa setelah kasus dilaporkan kepada pihak berwajib maka
tahap selanjutnya yang dilalui adalah pembuatan Berita Acara Pemeriksaan BAP. Dari hasil pengamatan di lapangan, pembuatan BAP apabila pihak
keluarga korban menginginkan kasusnya dilanjutkan. Tetapi ada juga keluarga korban yang tidak ingin kasusnya dilanjutkan secara hukum, karena kasus
diselesaikan dengan jalan damai kekeluargaan.
Tabel 37 Distribusi Jawaban Responden Apakah Didampingi Oleh Kuasa Hukum dari
Pusaka Indonesia No
Jawaban F
1 2
Didampingi kuasa hukum Tidak Didampingi kuasa hukum
20 100
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menyatakan didampingi oleh Kuasa Hukum dari Pusaka Indonesia.
Bereapa tugas dari Kuasa Hukum antara lain: 1. Mendampingi klien yang membuat pengaduan dan penyelesaian kasus
lewat jalur hukum, mulai dari kepolisian, kejaksaan sampai ke Pengadilan
2. Melakukan lobby dan negosiasi dengan aparat penegak hukum. 3. Memonitoring perkembangan kasus dan menindak lanjutinya.
4. Melakukan pressure kepada pihak-pihak yang terkait dalam penanganan kasus.
Tabel 38 Distribusi Jawaban Responden Apakah Kasus Dilimpahkan ke Kejaksaan
dan Pengadilan No
Jawaban F
1 2
Dilimpahkan ke Pengadilan Tidak Dilimpahkan ke
Pengadilan 20
100
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menyatakan kasusnya telah dilimpahkan ke kejaksaan dan pengadilan,
untuk memperoleh bantuanperlindungan hukum. Menurut responden selama dalam proses hukum, aktivitas yang dilakukan adalah melemgkapi berkas-berkas
Universitas Sumatera Utara
kasus. Mulai dari melengkapi bukti-bukti, menhadirkan saksi-saksi dan dengan rutin mengikuti jalannya persidangan.
Tabel 39 Distribusi Jawaban Responden Apakah Puas dengan Keputusan Pengadilan
No Jawaban
F
1
2
3 Puas dengan keputusan
pengadilan Belum puas dengan keputusan
pengadilan Tidak puas dengan keputusan
pengadilan 10
5
5 50
25
25
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 10 orang 50 menyatakan merasa puas dengan keputusan pengadilan, sedangkan 5 orang
25 menyatakan belum puas karena kasusnya belum ada keputusan pengadilan karena kasusnya belum selesai, dan 5 orang 25 menyatakan tidak puas dengan
keputusan pengadilan. Dari hasil wawancara, responden yang menyatakan tidak puas dengan keputusan pengadilan dikarenakan hukuman yang dijatuhkan kepada
pelaku terlalu ringan. Menurutnya hukuman yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dialami korban yang harus ditanggung korban seumur hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 40 Distribusi Jawaban Responden Apakah Proses Hukum Sesuai dengan
Kebutuhan No
Jawaban F
1 2
Sesuai Tidak Sesuai
10 10
50 50
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebanyak 10 orang 50 menyatakan proses hukum sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan 10 orang
50 menyatakan proses hukum tidak sesuai dengan kebutuhan. Dari hasil wawancara, 10 responden menyatakan bahwa proses hukum tidak sesuai,
dikarenakan lamanya waktu pemeriksaan berkas dari kepolisian di kejaksaan dan persidangan yang tertunda, padahal saksi-saksi dan bukti-bukti telah lengkap.
Menurut responden, proses hukun terkesan lambat dan tidak memihak orang miskin.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 41 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penanganan Kasus yang
Dilakukan Oleh Pusaka Indonesia No
Jawaban F
1 2
Puas dengan penanganan kasus Cukup puas dengan penanganan
kasus 17
3 85
15
Jumlah
20 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 17 orang 85 menyatakan merasa puas dengan upaya penanganan kasus yang dilakukan
oleh Pusaka Indonesia, sedangkan 3 orang 15 menyatakan cukup puas dengan upaya penanganan kasus yang dilakukan oleh Pusaka Indonesia. Dari hasil
wawancara, responden yang menyatakan puas dengan alasan bahwa Pusaka Indonesia benar-benar sepenuhnya dan serius dalam membantu penyelesaian
kasus. Mulai dari pendampingan yang diberikan sampai penanganan melalui jalur hukum.
Universitas Sumatera Utara
B.6 Proses Perlindungan Non-Litigasi. Tabel 42
Distribusi Jawaban Responden Pernah Tidaknya Mendapatkan Perlindungan dari Pusaka Indonesia
No Jawaban
F
1
2 Pernah mendapatkan
perlindungan Tidak pernah mendapatkan
perlindungan 7
13 35
65
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 13 orang 65 menyatakan tidak pernah mendapat perlindungan dari Pusaka Indonesia,
sedangkan 7 orang 35 menyatakan pernah mendapatkan perlindungan oleh Pusaka Indonesia. Proses perlindungan non-litigasi adalah langkah di luar
hukum kepada korban yang kasusnya selesai ditangani. Proses perlindungan non-litigasi yang dilakukan adalah rehabilitasi yaitu
pemulihan kondisi korban, dengan memberikan penguatan secara psikologis, apabila diperlukan oleh korban. Selanjutnya adalah reintegrasi yaitu
mengembalikan korban kepada lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan.Perlindungan diperoleh juga tergantung dari masalah yang dihadapi,
biasanya yang memperoleh perlindungan adalah korban-korban yang mendapatkan ancaman ataupun intimidasi dari pelaku kekerasan dan keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 43 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Bentuk Perlindungan
No Jawaban
F
1 2
3 Ditempatkan di DIC
Ditempatkan di Rumah Singgah Lain-Lain
7 100
Jumlah 7
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan ditempatkan di DIC Drop In Centre selama dalam proses
perlindungan oleh Pusaka Indonesia. Drop In Centre sebagai tempat penampungan bagi anak yang sedang direhabilitasi akibat trauma dan gangguan
kejiwaan. Bentuk kekerasan pada anak tidak sebatas pukulan dan tamparan, tetapi berkembang pada pelecehan seksual dan pemerkosaan.Resiko kekerasan dalam
berbagai jenis dan bentuknya bisa menyerang semua kategori anak jalanan, tidak peduli usia dan jenis kelamin. Akan tetapi, karena posisi sosial yang lebih lemah,
maka anak perempuan yang lebih rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan tersebut, terutama untuk tipe kekerasaneksploitasi seksual dan kekerasan mental.
Untuk itu perlunya memindahkan korban , dengan tujuan untuk menjauhkan korban dari ancaman pelaku sehingga merasa aman.
Dari hasil wawancara, responden menyatakan mendapatkan ancaman dari pelaku maupun keluarga pelaku. Biasanya ancaman tersebut bertujuan untuk
menakut-nakuti korban dan keluarga agar mencabut kasusnya atau memilih
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan persoalan tersebut dengan jalan kekeluargaan atau dijanjikan akan diberi uang. Ancaman tersebut biasanya dilakukan langsung oleh pelaku atau
keluarganya.
Tabel 44 Distribusi Jawaban Responden Apakah Mendapatkan Konseling dan
Bimbingan Psikologis Selama Dalam Perlindungan No
Jawaban F
1 2
Mendapatkan konseling Tidak Mendapatkan konseling
7 100
Jumlah 7
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan mendapatkan konseling dan bimbingan psikologis selama
dalam proses perlindungan Pusaka Indonesia. Konseling dan bimbingan psikologis adalah tindakan yang dilakukan sebagai upaya rehabilitasi untuk
pemulihan kondisi korban yaitu berupa penguatan psikologis korban. Adapun kegiatan konseling dan bimbingan psikologis tersebut meliputi:
1.Mewawancarai korban, yang berkaitan dengan latar belakang masalahkasus.
2. Pembuatan kronologis kasus dan harapan-harapan korban kedepannya. Beban yang diderita oleh seorang anak yang baru saja mengalami
kekerasan seksual, dan eksploitasi bukan hanya sebatas rasa sakit pada alat kelaminnya, tetapi juga rasa malu dan sakit hati serta rasa takut yang harus
dideritanya seumur hidup, terutama setelah dewasa, ketika ia kemudian
Universitas Sumatera Utara
mengetahui apa yang telah menimpa dirinya secara jelas. Ironisnya, sebagian besar pelaku dari kejahatan pada anak jalanan adalah kerabat dekatnya atau orang
yang sudah dikenal baik oleh anak. Alasan ini yang menjadikan perlu adanya pemberian konseling dan bimbingan psikologis pada korban. Karena bukan hanya
fisik yang sakit tetapi juga psikisnya.
Tabel 45 Distribusi Jawaban Responden Perlu Tidaknya Konseling dan Bimbingan
Psikologis Diberikan No
Jawaban F
1 2
Perlu diberikan konseling Tidak perlu diberikan konseling
7 100
Jumlah 7
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan perlu diberikannya konseling dan bimbingan psikologis.
Dalam hal ini konseling dan bimbingan psikologis sebagai suatu tindakan yang dilakukan sebagai upaya penguatan psikologis korban. Dari hasil pengamatan di
lapangan, responden menyatakan sangat terbantu dengan adanya pemberian konseling dan bimbingan psikologis tersebut, karena responden dapat berbagi
cerita mengenai masalahnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 46 Distribusi Jawaban Responden Apakah Aman Selama Dalam Perlindungan
No Jawaban
F
1 2
Aman Tidak Aman
7 100
Jumlah
7 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan merasa aman selama dalam perlindungan Pusaka Indonesia.
Sebagaimana tujuan dari penempatan korban untuk menjauhkan korban dari pelaku juga untuk memberikan rasa aman.Dari hasil wawancara, bahwasanya
pelaku kekerasan bisa berasal dari orang tua anak jalanan, kelompok pengamen dewasa, preman setempat, dan warga kampung sekitar. Ejekan dan hinaan
dimaki, diancam, diperas merupakan bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak jalanan, terutama bagi anak perempuan dan juga anak yang
hidup dijalan yang berusia dibawah 15 tahun. Tidak jarang pelaku kekerasan terhadap anak jalanan adalah masyarakat umum ketika anak melakukan kegiatan
di jalanan. Bentuk kasar lain kekerasan mental yang dialami anak jalanan adalah penolakan secara kasar oleh warga masyarakat sekitar. Adapun motif dari
tindakan mereka itu adalah perasaan tidak suka tang dilandasi stigmatisasi bahwa anak jalanan adalah pengganggu ketertiban.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 47 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perasaan Setelah Kasus Selesai
dan Dapat Kembali ke Dalam Lingkungan No
Jawaban F
1 Senang
7 100
Jumlah 7
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 7 orang 100 menyatakan merasa senang ketika kasusnya telah selesai melalui jalur
hukum dan dapat kembali ke dalam lingkungannya. Sebagai upaya reitegrasi, untuk mengembalikan korban kepada lingkungan keluarga, dan masyarakat. Dari
hasil wawancara, responden menyatakan bahwa senang ketika kasusnya selesai dan dapat kembali kepada keluarga, teman-teman dan dapat melakukan hal-hal
yang biasa dilakukannya. Kebanyakan dari responden menyatakan saat itu mempunyai niat untuk kehidupan kedepannya menjadi lebih baik lagi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 48 Distribusi Jawaban Responden Adakah Kesulitan Setelah Kembali ke Dalam
Lingkungan No
Jawaban F
1
2 Mengalami kesulitan kembali ke
lingkungan Tidak Mengalami kesulitan
kembali ke lingkungan 4
3 57,1
42,9
Jumlah 7
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 4 orang 57,1 menyatakan mengalami kesulitan setelah kembali ke
lingkungannya,sedangkan 3 orang 42,9 menyatakan tidak mengalami kesulitan. Dari hasil wawancara, responden yang menyatakan mengalami
kesulitan dengan alasan masyarakat di lingkungannya beranggapan negatif. Dikarenakan responden pernah manjadi PSK, sehingga mengakibatkan rasa malu
untuk dapat berinteraksi secara normal.
Universitas Sumatera Utara
B.7 Monitoring Tabel 49
Distribusi Jawaban Responden Pernah Tidaknya Staf Pusaka Indonesia Melakukan Monitoring
No Jawaban
F
1
2 Pernah melakukan monitoring
Tidak Pernah melakukan monitoring
20 100
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 20 orang 100 menyatakan bahwa staf Pusaka Indonesia pernah melakukan monitoring.
Monitoring adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan kondisi fisik, sosial, ekonomi dari korban setelah terminasi
kasus selesai. Monitoring yang dilakukan berupa melakukan kunjungan ke rumah korban, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi korban selanjutnya,
memantau perkembangan dari bantuan yang diberikan. Mengikutsertakan korban dalam kegiatan Pusaka Indonesia, seperti kegiatan amal, bazar, dan lain-lain.
Bertujuan untuk melibatkan korban dalam kegiatan yang dilakukan oeh Pusaka Indonesia, dan menjaga hubungan baik meskipun telah terminasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 50 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Frekuensi Monitoring
No Jawaban
F
1 2
2 – 6 Kali 7 – 12 Kali
10 10
50 50
Jumlah
20 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas bahwa frekuensi monitoring yang dilakukan oleh staf Pusaka Indonesia 2-6 kali sebanyak 10 orang 50 dan monitoring yang
dilakukan 7-12 kali 50. Dari hasil wawancara, responden menyatakan bahwa staf Pusaka melakukan monitoring setiap bulannya.
Tabel 51 Distibusi Jawaban Responden Mengenai Bentuk Monitoring
No Jawaban
F
1 2
3 Menelpon
Mengunjungi Rumah Lain-lain
20 100
Jumlah
20 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sbanyak 20 orang 100 menyatakan bahwa bentuk monitoring yang dilakukan oleh staf Pusaka
Indonesia adalah mengunjungi rumah korban, bertemu dengan korban secara langsung untuk mengetahui perkembangan baik secara fisik, psikologis, ekonomi
Universitas Sumatera Utara
dan sosial. Dari hasil wawancara, responden menyatakan bahwa staf Pusaka Indonesia melakukan monitoring setiap bulannya.
Tabel 52 Distribusi Jawaban Responden Apakah Puas dengan Monitoring yang
Dilakukan Oleh Staf Pusaka Indonesia No
Jawaban F
1 2
3 Puas dengan monitoring
Cukup Puas dengan monitoring Tidak puas dengan monitoring
10 10
50 50
Jumlah
20 100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 10 orang 50 menyatakan puas dengan monitoring yang dilakukan oleh staf Pusaka
Indonesia, sedangkan 10 orang 50 menyatakan cukup puas dengan montoring tersebut. Dan berdasarkan hasil wawancara dengan staff biasanya korban tidak
langsung dibiarkan. Tetapi tetap dimonitoring selama waktu tertentu sampai ia benar-benar bisa dalam kembali kedalam lingkungannya seperti semula.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemayarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat social
position merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian
diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 53 Distrbusi Jawaban Responden Pernah Tidaknya Memperoleh Bantuan dari
Pusaka Indonesia No
Jawaban F
1
2 Tidak pernah memperoleh
bantuan Pernah memperoleh bantuan
11
9 55
45
Jumlah 20
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 11 orang 55 menyatakan tidak pernah memperoleh bantuan dari Pusaka Indonesia,
sedangkan 9 orang 45 menyatakan pernah memperoleh bantuan dari Pusaka Indonesia. Dari hasil wawancara, bantuan yang diberikan berupa modal usaha,
bantuan uang dan sembako.
Tabel 54 Distribusi Jawaban Responden Apakah Bantuan yang Diberikan Sesuai
dengan Kebutuhan No
Jawaban F
1 2
3 Sesuai dengan kebutuhan
Kurang sesuai dengan kebutuhan Tidak sesuai dengan kebutuhan
5 4
55,6 44,4
Jumlah 9
100
Data Primer 2008
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 5 orang 55,6 menyatakan bantuan yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan,
sedangkan 4 orang 44,4 menyatakan bantuan yang diberikan kurang sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana fungsi dari lembaga kemasyarakatan yaitu,
menjaga kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Tabel 55 Distribusi Jawaban Responden Apakah Yang Dilakukan Terhadap Bantuan
yang Diberikan No
Jawaban F
1 2
Membuka Usaha Keperluan Sehari-hari
5 4
55,6 44,4
Jumlah 9
100
Data Primer 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 5 orang 55,6 menyatakan mempergunakan bantuan yang diberikan untuk membuka
usaha, sedangkan 4 orang 44,4 menyatakan mempergunakan bantuan yang diberikan untuk keperluan sehari-hari.
Dari hasil wawancara, responden yang mempergunakan bantuan yang dibeikan untuk membuka usaha diantaranya usaha menjual ikan di pasar,
membuka kedai sampah dan lain sebagainya. Bantuan modal yang telah diberikan Pusaka Indonesia semata-mata bantuan tanpa harus dikembalikan, yang bertujuan
untuk menciptakan kegiatan baru yang dapat menghasilkan uang, agar dapat membantu perekonomian keluarga. Tentunya agar korban tidak kembali kepada
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan sebelumnya. Tetapi dalam hal ini Pusaka terus melakukan monitoring terhadap perkembangan usaha tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan