terhadap anak jalanan korban kekerasan. Menjadi masukan bagi lembaga lain dan pemerintah.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan
sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka Berisikan uraian dan konsep-konsep yang berkaitan dengan
masalah-masalah dan objek-objek yang diteliti dan juga berisikan kerangka berfikir, defenisi konsep, serta defenisi operasional.
Bab III : Metode Penelitian Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, tehnik pengumpulan data dan teknis analisa data.
Universitas Sumatera Utara
Bab IV : Deskripsi Lokasi Penelitian Bab ini berisikan sejarah singkat tentang berdirinya Yayasan
Pusaka Indonesia dan gambaran mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.
Bab V : Analisis Data Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian
beserta analisis pembahasannya.
Bab VI : Penutup Berisikan kesimpulan dan hasil penelitian serta saran-saran yang
bermanfaat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Lembaga Kemasyarakatan A.1 Pengertian lembaga Kemasyarakatan
Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut fungsinya. Lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai
suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta
pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya Soekanto. 2000 : 219.
Lembaga-lembaga sosial sebagai wadah pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial memiliki tujuan, sasaran dan misi yang disesuaikan dengan
bidang kegiatannya. Oleh karena itu badan-badan atau lembaga sosial memiliki klasifikasi dan karakteristiknya masing-masing, sehingga bentuk-bentuk
intervensi sosial berbeda satu dengan yang lainnya. Demikian pula dengan organisasi-organisasi sosial, baik yang bersifat formal maupun non-formal,
merupakan lembaga yang menjalankan fungsi sosial dalam bidang kesejahteraan sosial.
Lembaga sosial pada dasarnya merupakan perwujudan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan bentuk-bentuk program pelayanan yang
bervariasi. Ini dapat dilihat dari bidang pelayanan sosial dalam praktek pekerjaan sosial. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, lembaga sosial dapat memberikan
Universitas Sumatera Utara
sanksi-sanksi, dan sumber-sumber yang diperlukan pekerja sosial dan profesi lainnya yang terkait dalam menjalankan kegiatan praktek Nurdin, 1989 : 41.
A.2 Fungsi Lembaga Kemasyarakatan
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana
mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, yang
terutama menyangkut kebutuhan pokoknya. 2.
Menjaga kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. 3.
Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial Social control, artinya sistem
pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota- anggotanya Soekanto, 2000 : 245.
A.3 Ciri-ciri Umum lembaga Kemasyarakatan
Gillin dan Gillin di dalam karyanya yang berjudul General features of social institution, telah menguraikan beberapa ciri umum lembaga
kemasyarakatan sebagai berikut : 1.
Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. 2.
Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri semua lembaga kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa
tujuan tertentu. 4.
Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan. 5.
Lembaga biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan.
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi
tertulis atau tidak tertulis Soekanto, 2000: 230
B.Pengertian Anak Jalanan
Pengertian anak jalanan menurut Odi Shalahudin adalah” seseorang yang berumur dibawah 18 tahun yang menghabiskan waktunya atau seluruh waktunya
di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya”www. Bpk.go.id
UNICEF memberi batasan mengenai anak jalanan yaitu: anak jalanan merupakan anak-anak berumur 16 tahun yang telah melepaskan diri dari
keluarga,sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya larut dalam kehidupannya yang berpindah-pindah di jalan raya
www.bpk.go.id .
Keberadaan anak jalanan saat ini menjadi salah satu fenomena yang eksis di Indonesia,dan menjadi gambaran sosial kota-kota besar pada umumnya.
Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadikan anak-anak terpaksa turun ke jalan. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar penyebab anak menjadi anak
Universitas Sumatera Utara
jalanan berkaitan langsung dengan kemiskinan dan lemahnya kondisi sosial ekonomi keluarga.
Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada dijalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak
semua anak jalanan berada di jalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orangtua atau atas dasar pilihannya sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian Depsos RI dan UNDP di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996, anak jalanan terbagi kedalam 4 kategori, yakni :
1. Anak jalanan yang hidup di jalanan
Karakteristiknya adalah : a.
Telah putus hubungan dengan orangtuanya atau lama tidak bertemu dengan orangtuanya minimal setahun sekali.
b. Berada dijalan seharian dan meluangkan 8-10 jam untuk bekerja serta
sisanya untuk menggelandang dan tidur. c.
Bertempat tinggal dijalan dan tidur disembarang tempat seperti emper toko, kolong jembatan, taman, terminal, stasiun, dll.
d. Tidak bersekolah lagi.
e. Pekerjaan pada umumnya adalah mengamen, mengemis, pemulung, dan
serabutan melakukan apa saja yang hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
f. Rata-rata berusia dibawah 14 tahun.
Universitas Sumatera Utara
2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan
Karakteristiknya adalah sebagai berikut : a.
berhubungan tidak teratur dengan orangtuanya secara periodik misalnya seminggu sekali, sebulan sekali dan tidak tentu. Mereka umumnya bekerja
diluar kota yang bekerja dijalanan. b.
Berada di jalanan sekitar 8-10 jam untuk bekerja, sebagian mencapai 16 jam.
c. Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri, mengikuti
orangtuanyasaudaranya, atau ditempat kerjanya di jalanan, tempat tinggal mereka umumnya pada lingkungan kumuh yang terdiri dari orang-orang
yang berasal dari lingkungan yang sama. d.
Tidak bersekolah lagi. e.
Pekerjaan mereka pada umumnya adalah penjual koran, pengasong, pencuci bis, pemulung sampah, penyemir sepatu, dll yang hasilnya untuk
memenuhi dirinya sendiri dan orangtuanya. Bekerja tujuan utama anak stelah tidak sekolah lagi terlebih sebahagian diantaranya harus memenuhi
kebutuhan orangtuanya karena miskin, cacat atau tidak mampu bekerja. f.
Rata-rata usianya dibawah 16 tahun.
3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan.
Karakteristiknya adalah : a.
Berhubungan teratur yakni setiap hari bertemu dengan keluarganya. b.
Berada dijalanan sekitar 4-6 jam untuk bekerja. c.
Tinggal dan tidur dengan orangtuawali.
Universitas Sumatera Utara
d. Masih bersekolah.
e. Pekerjaan mereka pada umumnya adalah menjual koran, menjual
penganan, alat tulis, plastik untuk bawaan barang, menyemir sepatu, pengamen, dll untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan orangtuanya.
f. Usia rata-rata dibawah 14 tahun.
Menurut Yayaasan Kesejahteraan Anak Indonesia anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orangtuanyachildren of
the street. Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah
terputus. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.
2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orangtuanya. Mereka
adalah anak yang bekerja di jalananchildren on the street. Mereka seringkali diidentikkan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak
teratur kepada orangtuanya dikampung. Umumnya mereka bekerja dari pagi hingga sore seperti menyemir sepatu, pengasong,pengamen, dan
menjadi kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara-saudara atau teman-temannya senasib.
3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orangtuanya. Mereka tinggal
dengan orangtuanya, beberapa jam dijalanan, sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan adalah karena terbawa teman, belajar
Universitas Sumatera Utara
mandiri, membantu orangtua dan disuruh orangtua. Aktivitas usaha mereka yang palling mencolok adalah berjualan koran.
4. Anak-anak jalanan yang berusia diatas 16 tahun. Mereka berada dijalanan
untuk mencari kerja, atau masih labil disuatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang
mengikuti orang dewasa orangtua ataupun saudaranya ke kota.Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang
belanjaankuli panggul, pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung
www.suaramerdeka.com .
Himpunan Mahasiswa pemerhati Masyarakat marjinal kota Himmata mengelompokkan anak jalanan menjadi 2 kelompok :
1. Anak semi jalanan. Anak semi jalanan adalah anak-anak yang
hidup dan yang hidup mencari penghidupan dijalanan, tetapi tetap berhubungan dengan keluarga.
2. Anak jalanan murni. Anak jalanan yang diistilahkan anak yang
hidup dan menjalani kehidupan dijalanan tanpa punya hubungan dengan keluarga Asnawati dalam
www.bpk.go.id .
Universitas Sumatera Utara
C.Kekerasan Anak C.1 Pengertian Kekerasan
Istilah kekerasan dalam bahasa Inggris berasal dari kata “Violence” secara etimologi kata “Violance” merupakan gabungan dari 2 kata yaitu “Vis”yang
berarti daya atau kekuatan dan “Latus” yang berasal dari kata “Ferre” yang berarti membawa. Jadi yang dimaksud dengan violance adalah membawa kekuatan
Windhu, 1992 : 62 dalam Manik, 1999 : 19. Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam kamus besar , kekerasan adalah
perbuatan seseorang atau kelompok orang yag menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan
diartikan juga dengan tindakan pemaksaan. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa kekerasan adalah tindakan yang membawa kekuatan untuk
melakukan ataupun tekanan berupa fisik maupun non fisik. Dalam pengertian yang sempit, kekerasan mengandung makna sebagai
serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau binatang, atau serangan penghancuran perasaan yang sangat keras, kejam dan ganas atas diri atau
sesuatu yang secara potensial dapat menjadi milik seseorang Windhu, 1992 : 62 dalam Manik, 1999 : 20.
Secara teoritis, kekerasan terhadap anak child abuse dapat didefenisikan sebagai peristiwa pelukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya dilakukan
oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap
kesehatan dan kesejahteraan anak Suyanto, 2000 : 23.
Universitas Sumatera Utara
C.2Klasifikasi Kekerasan Anak
Menurut organisasi kesehatan duniaWHO,ada beberapa jenis kekerasan pada anak, yaitu :
a. Kekerasan Fisik, yaitu tindakan yang menyebabkan rasa sakit atau potensi menyebabkan sakit yang dilakukan oleh orang lain, dapat terjadi sekali atau
berulang kali, seperti dipukul, ditenang, dijewer, dicubit, dilempar dengan bena keras serta dijemur dibawah terik sinar matahari.
b. Kekerasan Seksual adalah keterlibatan anak dalam kegiatan seksual yang tidak dipahaminya. Kekerasan seksual ini dapat juga berupa:
a. Perlakuan tidak senonoh dari orang lain.
b. Kegiatan yang menjurus pada pornografi.
c. Perkataan-perkataan porno dan tindak pelecehan organ
seksual anak d.
Perbuatan cabul dan persetubuhan pada anak-anak yang dilakukan oleh orang lain dengan tanpa tanggung jawab.
e. Tindakan mendorong atau memaksa anak terlibat dalam
kegiatan seksual yang melanggar hukum seperti dilibatkannya anak pada kegiatan prostitusi.
c.Tindak Pengabaian dan Penelantaran adalah ketidakpedulian orangtua atau orang yang bertanggung jawab atas anak pada kebutuhan mereka seperti :
a. Pengabaian pada kesehatan anak
b. Pengabaian dan penelantaran pada pendidikan anak
c. Pengabaian pada pengembangan emositerlalu dikekang
Universitas Sumatera Utara
d. Penelantaran pada pemenuhan gizi
e. Penelantaran dan pengabaian pada penyediaan perumahan
f. Pengabaian pada kondisi keamanan dan kenyamanan.
d.Kekerasan Emosional berupa segala sesuatu yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional anak. Hal ini dapat berupa :
a. Kata-kata yang mengancam
b. Menakut-nakuti
c. Berkata-kata kasar
d. Mengolok-olok anak
e. Perlakuan diskriminatif dari orangtua, keluarga, pendidik,
dan masyarakat f.
Membatasi kegiatan sosial dan kreasi anak pada teman dan lingkungannya
e.Kekerasan EkonomiEksploitasi Komersial berarti penggunaan tenaga anak untuk bekerja dan kegiatan lainnya demi keuntungan orangtuanya atau
oranglain seperti : a.
Menyuruh anak bekerja secara berlebihan b.
Menjerumuskan anak pada dunia prostitusi untuk kepentingan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 5 undang-undang NO. 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tanggaPKDRT mengkategorikan bentuk kekerasan
dalam rumah tangga adalah: a.
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat pasal 6.
b. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, danatau penderitaan psikis berat
pada seseorang pasal 7. c.
Kekerasan seksual adalah pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah
tangga tersebut, danatau pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tanggnya dengan orang lain
untuk tujuan komersial danatau tujuan tertentu. d.
Penelantaran rumah tangga.
D. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak